Peringatan 100 Tahun Puputan Badung Perkokoh Tegaknya NKRI

img-20161224-wa0007

DENPASAR (Globalnews.id)- Pemerintah Kota Denpasar, Bali bekerja sama dengan Puri Denpasar menyelenggarakan Sarasehan Nasional Hari Pahlawan dalam rangka merefleksikan 100 tahun Puputan Badung.

Sarasehan ini mengangkat tema “Revitalisasi nilai-nilai kepahlawanan untuk memperkokoh semangat Bhineka Tunggal Ika demi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Menteri Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga turut hadir bersama Walikota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, Anggota DPD RI sekaligus perwakilan Puri Agung A.A Ngurah Oka Ratmadi, Sesmenkop Agus Muharram, Ketua DPRD Denpasar I Gusti Ngurah Gede, Sekda Denpasar, para Kepala SKPD dan Badan se-Kota Denpasar, tokoh-tokoh masyarakat, pemerhati seni dan budaya, dan keluarga pahlawan nasional se-Bali.

Sarasehan yang menghadirkan dua pembicara utama, yakni Sejarawan I Gde Parimartha dan Dosen Fakultas Hukum Universitas Udayana I Dewa Gede Palguna, serta moderator Prof Dr Anak Agung Ngurah Anom Kumbara ini, bertujuan untuk mengingatkan kembali akan semangat perjuangan yang telah ditunjukan oleh para pahlawan bangsa khususnya mereka yang berasal dari Bali, sekaligus untuk mengingatkan pentingnya merawat NKRI melalui revitalisasi nilai-nilai pahlawan.

“Pahlawan nasional di Indonesia, Bali paling banyak makanya kami mengadakan seminar ini untuk mengingatkan kembali bahwa dalam mengisi kemerdekaan ini nilai-nilai pahlawan itu perlu dijaga dan mengingatkan pemerintah akan NKRI ini. Agar peka, jangan dibiarkan hancur. Adanya NKRI karena adanya kerajaan,” ujar perwakilan Puri Agung, A.A Ngurah Oka Ratmad saat menyampaikan sambutan pembukaan di Graha Sewaka Dharma, Denpasar, Bali, Sabtu (24/12/2016).

Dalam paparannya, sejarawan I Gde Parimartha mengatakan untuk merawat NKRI dalam merevitalisasi nilai-nilai pahlawan kita perlu menggali kembali sejarah kebangsaan, seperti apa tokoh-tokoh nasional mampu merajut pemikiran untuk menyatukan bangsa Indonesia dari beragam suku bangsa, etnis, budaya dan bahasa yang berbeda-beda.

“Tidak berpikir untuk berantakan kembali, inilah masalahnya. Perlu kebhinekaan kita, perlu kita pahami bersama untuk membangun kebersamaan, hidup bersama. Nilai pahlawan akan menunjang penggalian, revitalisasi falsafah bangsa, konsep bangsa Bhineka Tunggal Ika,” papar Parimartha.

Sedangkan menurut, Dosen Fakultas Hukum Universitas Udayana I Dewa Gede Palguna, menambahkan dewasa ini pemahaman orang terhadap sejarah itu hanya sebatas pengetahuan saja, tetapi sulit untuk membentuk kepribadian. Padahal menurut dia, sejarah menjadi titik tolak untuk melangkah ke depan. Bila sejarah itu memberikan teladan, maka itu yang harus dipegang teguh oleh generasi muda.

“Menurut saya karena kita tidak pernah bersikap serius terhadap sejarah atau kita cuma membaca sejarah itu hanya sekedar membaca tapi kita tidak pernah menarik apa sih yang kita dapatkan dari sejarah itu, karena sejarah itu menurut saya jadi titik tolak ke depan kita akan melangkah ke mana,” pungkas dia.

Walikota Denpasar, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra menyambut baik diadakannya sarasehan ini. Menurut dia melalui kegiatan ini, dapat diteliti kembali tentang permasalahan pahlawan nasional yang berasal dari Bali. Mengingat terdapat sejumlah pahlawan nasional asal Bali yang justru diusulkan oleh daerah lain, salah satu contoh misalnya pahlawan Untung Suropati dari Jawa Timur.

“Kami rasa ini membanggakan masyarakat Bali. Di dalam situasi ini kita perlu meneladani spirit pahlawan nasional. Spirit untuk jadikan visi misi bangun Kota Denpasar. Bagaimana pun juga untuk membangkit suatu daerah kita perlu suatu panutan, bimbingan agar kita bisa hadapi tantangan ke depan,” kata Walikota.

Untuk diketahui Bali memiliki 6 pahlawan nasional yang sudah diakui dalam sejarah bangsa. Yang terbaru adalah dianugerahkan I Gusti Ngurah Made Agung sebagai pahlawan nasional oleh Presiden Jokowi. I Gusti Ngurah Made Agung ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 5 November 2015 bertempat di Istana Negara, Jakarta, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 116/TK/2015 yang ditandatangani tanggal 4 November 2015.

I Gusti Ngurah Made Agung atau lebih dikenal dengan Raja Badung VII adalah raja yang turun langsung melawan penjajah hingga akhirnya gugur di medan perang. Beliau seorang Raja Badung yang berani dan pantang menyerah membela kebenaran, keadilan dan negara. Dia bersama dengan masyarakat Bali berjuang habis-habisan melawan penjajah Belanda dalam perang Puputan Badung selama 1902-1906.

I Gusti Ngurah Made Agung lahir di Puri Agung Denpasar, 5 April 1876. Dia merupakan Putra I Gusti Gede Ngurah Pemecutan atau Ida Tjokorda Gde Ngurah Pemecutan yang merupakan Raja Badung V. Ia gugur dalam Perang Puputan Badung melawan pasukan Belanda, tanggal 22 September 1906 dan mendapat gelar kehormatan Ida Betara Tjokorda Mantuk Ring Rana yang artinya raja yang gugur di medan perang.

Kepahlawanan I Gusti Ngurah Made Agung telah menginspirasi dan memotivasi dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan di Kota Denpasar. Apa yang telah oleh I Gusti Ngurah Made Agung telah memberikan dorongan semangat dan patriotisme untuk mengisi pembangunan.

Sebagai penutup, panitia sarasehan ini merekomendasikan dua hal. Pertama, kepada pemerintah Indonesia agar semangat dan nilai-nilai luhur Puputan Badung sebagai media untuk memupuk komitmen bela negara, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa demi tetap utuhnya NKRI.

Sedangkan untuk pemerintah daerah, disampaikan bahwa mengingat pahlawan nasional dari Bali berjumlah 6 orang maka diusulkan di dalam menampilkan figur pahlawan nasional tidak hanya menonjolkan salah satu figur saja, tetapi harus bersama sehingga tidak menimbulkan prasangka negatif.

“Peringatan hari Puputan Badung tidak hanya milik dari Kabupaten Badung atau Kota Denpasar saja tetapi milik kedua daerah tersebut,” tutup sang moderator, Prof Dr Anak Agung Ngurah Anom Kumbara. (jef)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.