Perluas Layanan Digital, Sebagian Agen BRI Link Naik Kelas Jadi Teras BRI

boks

BOGOR:(Globalnews.id)- Sebagai salah satu Bank BUMN, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) memiliki mimpi besar untuk meningkatkan jumlah UMKM melalui digitalisasi.

Hal itu seiring komitmennya untuk mendukung dan menyukseskan program keuangan inklusif yang digagas oleh Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Layanan Keuangan Digital (LKD) dan Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif (Laku Pandai).

“Mimpi besar BRI tidak jauh-jauh dari UMKM. Portofolio kami di Desember 72,3 persen ada di UMKM. UMKM ini harus ditingkatkan melalui tahapan yang terdekat yakni lewat agen BRI Link. Lagi pula edukasi teknologi sudah keharusan,” ujar Corporate Secretary BRI Hari Siaga Amijarso dalam media gathering, Sabtu (4/3).

Baru-baru ini, BRI meluncurkan BRILink Mobile. BRILink Mobile merupakan aplikasi mobile yang digunakan oleh Agen BRILink dengan menggunakan internet sebagai jalur komunikasi transaksinya di mobile device, seperti smartphone atau tablet yang berbasis Android.

Jika sebelumnya agen BRILink hanya menggunakan mesin Electronic Data Capture (EDC) untuk melayani transaksi, kini agen BRILink mempunyai alternatif lain sebagai pilihan cara bertransaksi dengan menggunakan BRILink Mobile.

Kemudahan pelanggan pun akan semakin terjamin dengan adanya fleksibilitas tersebut. Tidak hanya menawarkan kemudahan saja, BRILink Mobile juga diharapkan dapat menambah jumlah pelanggan, serta meningkatkan omzet usahanya. Sebagian agen BRI Link juga akan dinaikkan kelasnya menjadi teras BRI, sehingga bisa melayani lebih luas masyarakat.

Keuntungan lain BRILink Mobile bagi pelanggan, yaitu dapat dijadikan sebagai one stop solution atas kebutuhan jasa dan layanan perbankan. Sebab beragam fitur dan layanan perbankan dapat dijangkau lebih cepat oleh agen BRILink.

Melalui agen BRILink, nasabah BRI maupun umum bisa mendapatkan yang sama layaknya di kantor BRI, seperti melakukan setoran tabungan, penarikan secara tunai, serta melakukan transaksi pembayaran melalui agen.

Tahun 2017 ini, BRI Link ditargetkan jumlahnya mencapai 135.000 agen. Per Desember 2016 jumlah agen BRI Link telah capai 84.450 orang, naik 68,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Di mana, transaksi juga melonjak 316,8 persen menjadi 98,4 juta dan volume transaksi naik 287,5 persen menjadi Rp 139,1 triliun. “Dari jumlah itu, paling banyak adanya di Sumatera 63 persen, Jawa 36 persen, dan Indonesia Timur 32 persen,” ucap Hari.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Divisi Layanan dan Contact Center BRI Joice Farida Rosandi mengatakan, BRI akan mengembangkan teknologi layanan customer atau call center yang selama ini menggunakan tenaga manusia menjadi tenaga robot. Hal itu telah direncanakan oleh perseroan guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi bank pelat merah tersebut.

“Kita harus berubah karena market kita berubah. Tapi, kita tidak tinggalkan mikro, tapi kita ajak mereka untuk masuk ke perbankan di era digital,” ungkapnya.

Joice mengatakan, ke depannya BRI akan mengoptimalkan teknologi digital dalam setiap pelayanannya. Apalagi kini perseroan telah memiliki satelit pribadi, BRISat yang akan siap digunakan pada tahun 2018 mendatang.

Nanti arahnya, BRI akan memanfaatkan Chatbot, untuk pelayanan yang paling banyak dilaporkan atau dikeluhkan oleh nasabah, seperti pemblokiran kartu saat kartu hilang, hingga perubahan PIN.

Menurutnya dengan menggunakan Chatbot, BRI bisa menekan biaya operasional BRI cukup drastis. Di samping itu, privasi nasabah juga akan lebih terjaga karena tidak terhubung dengan manusia lagi. Kendati menggunakan tenaga robot, perseroan tidak akan semena-mena merumahkan tenaga call center yang saat ini jumlahnya mencapai 351 orang. Menurutnya, pegawai yang selama ini bertugas di call center akan dipindahkan ke divisi yang masih membutuhkan tenaga manusia dan tidak bisa digantikan oleh robot.

Di sisi lain, dengan kemajuan teknologi, Joice meminta nasabah untuk lebih berhati-hati. Pasalnya, teknologi punya dua sisi, yakni bisa meningkatkan harkat kemanusiaan dan juga mengandung bahaya jika tidak bijak dalam penggunaannya.

Perbankan juga berhati-hati dengan maraknya modus kejahatan perbankan (fraud) seperti di anjungan tunai mandiri (ATM) dan electronic data capture (EDC). “Di era digital maka tanggung jawab sepenuhnya ada di nasabah. Kita kasih kemudahan akses 24 jam, di mana saja dan kapan saja itu bisa dilakukan semua di gadget,” imbuhnya seraya mengimbau agar nasabah bisa menjaga pin ATM selayaknya menjaga nyawanya.(jef)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.