Arsip Tag: Banpres produktif

Bupati Bolaang Mongondow Timur Minta Maaf terkait Pernyataan Banpres Produktif Usaha Mikro

Bolaang Mongondow Timur:(Globalnews.id)- Bupati Bolaang Mongondow Timur (Boltim) Sehan Landjar menyatakan permintaan maafnya kepada Presiden Jokowi dan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, terkait pernyataannya tentang Banpres Produktif untuk Usaha Mikro (BPUM) yang sempat viral di media sosial.

“Saya memberikan apresiasi pada Presiden Jokowi dan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki. Saya sama sekali tidak ada maksud lain, selain bagaimana masyarakat bisa ringan bebannya,” ungkap Bupati Boltim, saat bertemu dengan Deputi Bidang Pembiayaan KemenKopUKM Hanung Harimba Rachman, di Boltim, Senin (28/12).

Turut hadir dalam kesempatan itu, Staf Khusus MenKopUKM Bidang Ekonomi Kerakyatan Riza Damanik, Staf Khusus MenKopUKM Bidang Hukum dan Pengawasan Agus Santoso, dan Kepala Perwakilan OJK Provinsi Sulut, Gorontalo, dan Maluku Utara Darwisman.

Sehan mengaku, pernyataannya itu spontan terucap setelah mendapati beberapa nasabah yang akan menerima Banpres Produktif Usaha Mikro dari salah satu lembaga pembiayaan.

Bupati Sehan memuji adanya BPUM yang sangat membantu masyarakat kecil dan berharap program yang bagus ini bisa dilanjutkan pada 2021. “Saya juga berharap akan banyak lagi masyarakat di Boltim yang menerima BPUM ini,” ucap Bupati.

Bupati juga meminta agar pengawasan di lapangan terkait penyaluran BPUM ini terus ditingkatkan. “Sekali lagi, saya minta maaf pada Menteri Teten karena spontanitas saya yang lalu menjadi viral. Saya hanya ingin pelaksana di lapangan diawasi,” aku Sehan.

Pada prinsipnya, Bupati Boltim sangat respek atas adanya program BPUM ini. “Ini bentuk kasih sayang kepada masyarakat, jangan sampai rakyat Boltim tidak dapat lagi. Saya minta maaf sudah bikin gaduh,” imbuh Sehan.

Sementara itu, Deputi Bidang Pembiayaan KemenKopUKM Hanung Harimba Rachman menegaskan bahwa Banpres Produktif tidak ada kaitannya dengan bisnis apapun dari lembaga pengusul BPUM.

“Tugas kami adalah memastikan yang bersangkutan berhak mendapatkan BPUM dan disalurkan sesuai ketentuan. Yaitu, langsung ke rekening yang bersangkutan. Tidak ada kaitannya dengan rekening lembaga pengusul dan tak dipungut biaya apapun,” tegas Hanung.

Hanung menilai, dalam hal penyaluran BPUM, harus tepat sasaran dan sesuai prosedur. Sejak diluncurkan pada 24 Agustus 2020 oleh Presiden Jokowi di Istana Negara, penyaluran Bantuan Presiden Produktif Usaha Mikro saat ini telah mencapai realisasi 100 persen, dengan nilai anggaran Rp28,8 triliun.

Realisasi bantuan tersebut telah menggerakkan 12 juta pelaku usaha mikro yang mengalami kesulitan akibat Covid-19.

“KemenKopUKM selaku koordinator pelaksana program Banpres Produktif bersama dengan lembaga lainnya, bekerja cermat, transparan, dan hati-hati, tetapi sekaligus juga cepat dalam menjalankan program ini,” tambah Hanung.

Mengenai permasalahan nasabah yang disampaikan Bupati Sehan Landjar, Hanung menyatakan bahwa pinjaman yang diberikan salah satu lembaga pembiayaan pengusul BPUM yakni Esta Dana Ventura kepada UMKM merupakan kewenangan atau ranahnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Sedangkan Kepala Perwakilan OJK provinsi Sulut, Gorontalo, dan Malut Darwisman mengatakan, ada salah pemahaman di publik terkait penyaluran BPUM ini.

Namun, pihaknya menjanjikan pengawasan terhadap lembaga pembiayaan yang menyusukan BPUM akan terus dilakukan OJK. “Dan kalau ada pelanggaran di dalamnya, akan ditindak sesuai ketentuan berlaku,” pungkas Darwisman. (Jef)

Penyaluran Banpres Produktif Usaha Mikro di Bolaang Mongondow Timur Melibatkan Pemda

Jakarta:(Globalnews.id)- Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM Hanung Harimba Rachman menegaskan bahwa penyaluran program Banpres Produktif Usaha Mikro (BPUM) berpegang pada prinsip kehati-hatian. Proses penyaluran melibatkan banyak pihak yang dijamin kredibilitasnya sesuai aturan yang berlaku termasuk Pemerintah Daerah di seluruh Indonesia.

“Tata cara penyaluran Banpres Produktif telah diatur dalam Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 6 Tahun 2020,” kata Hanung, dalam rilisnya di Jakarta, Jumat (25/12).

Berdasarkan PermenKopUKM tersebut, pelaku usaha mikro yang ingin mendaftar harus melalui lembaga pengusul yang telah ditentukan. Antar lain bank penyalur, koperasi berbadan hukum, dinas yang membidangi koperasi dan UKM tingkat provinsi, kabupaten/kota, Kementerian/Lembaga, perbankan dan perusahaan pembiayaan yang telah terdaftar di OJK, serta BLU yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan dana bergulir kepada koperasi dan/atau usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah.

KemenkopUKM secara intensif juga telah melakukan sosialisasi program, baik secara langsung ke daerah melibatkan banyak pihak termasuk dinas terkait yang merupakan bagian dari Pemerintah Daerah, melalui media massa, maupun secara online di berbagai channel media sosial.

Sosialisasi kepada Dinas yang membidangi Koperasi dan UMKM Provinsi/DI/Kabupaten/Kota seluruh Indonesia dilakukan melalui virtual zoom meeting pada tanggal 5 Agustus 2020.

Koordinasi penyaluran juga dilakukan melalui surat Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM nomor 367/SM/VIII/2020 tanggal 4 Agustus 2020 perihal Pendataan Program Bantuan Bagi Pelaku Usaha Mikro (BPUM).

Kemudian, surat Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM nomor 491/SM/X/2020 tanggal 6 Oktober 2020 perihal Perpanjangan Waktu Pendataan Program Bantuan Bagi Pelaku Usaha Mikro (BPUM).

Selain itu Deputi Bidang Pembiayaan telah menetapkan Keputusan Nomor 101 Tahun 2020 tentang Penetapan Tim Kelompok Kerja (POKJA) Penyaluran Bantuan Pemerintah Bagi Pelaku Usaha Mikro (BPUM) Provinsi/DI, terdiri dari 8 (delapan) orang per provinsi di seluruh Indonesia yang memiliki tugas dan fungsi mengkordinasikan kegiatan BPUM dengan pihak terkait di wilayah Kabupaten/Kota dan Pusat, sosialisasi kegiatan BPUM, serta membantu verifikasi terhadap kebenaran data, informasi dan kelengkapan administrasi.

Penyaluran di Bolaang Mongondow Timur

Khusus jumlah penerima BPUM di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, tercatat sebanyak 3.205 usaha mikro dengan total nilai bantuan Rp7.692.000.000 (tujuh miliar enam ratus sembilan puluh dua juta rupiah). Rincian penerima BPUM berdasarkan lembaga pengusul sebagai berikut :
a. Dinas Koperasi dan UKM sebanyak 420 usaha mikro.
b. Koperasi sebanyak 42 usaha mikro.
c. Perbankan dan Lembaga Pembiayaan sebanyak 449 usaha mikro.
d. BUMN/BLU sebanyak 2.294 usaha mikro.

Salah satu lembaga pengusul dalam penyaluran di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur adalah PT Esta Dana Ventura. Berdasarkan data, PT Esta Dana Ventura merupakan Lembaga Pembiayaan/Lembaga Keuangan Non Bank dan telah memiliki izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan nomor KEP-8/D.05/2015 untuk melaksanakan kegiatan usaha modal usaha. Oleh karena itu, PT Esta Dana Ventura masuk dalam kategori sebagai pengusul BPUM sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Menurut Hanung, lembaga pengusul bertanggung jawab untuk melakukan verifikasi data calon penerima Banpres Produktif.

“Selanjutnya, bagi pelaku usaha mikro saat mendaftar cukup melengkapi data usulan yang terdiri dari NIK, nama lengkap, alamat tempat tinggal sesuai KTP, Bidang usaha, nomor telepon,” jelas Hanung.

KemenKopUKM sendiri, lanjut Hanung, hanya menangani aspek pemrosesan data awal atau cleansing untuk menghilangkan kemungkinkan terjadinya data ganda atau tidak sesuai format sebelum dilanjutkan ke verifikator dan validator.

“Seluruh data usaha mikro yang diusulkan kemudian diproses cleansing atau pembersihan oleh KemenKopUKM. Dari proses cleansing, kemudian data mendapat proses verifikasi dan validasi di Sistem Informasi Kredit Program (SIKP) Kemenkeu dan Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) OJK,” papar Hanung.

Calon penerima yang lolos kemudian diproses sebagai nominator sebelum ditetapkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran sebagai penerima Banpres Produktif Usaha Mikro.

Hanung menambahkan, lembaga penyalur dalam hal ini Bank BRI, BNI, dan BNI Syariah, akan melakukan proses Know Your Customer (KYC) untuk memastikan kebenaran data penerima bantuan. Penerima yang telah melewati seluruh proses tersebut wajib menandatangani Surat Pertanggungjawaban Mutlak atas data yang disampaikan.

“BPK juga melakukan pemeriksaan untuk memastikan penyaluran Banpres tepat sasaran dan tatakelola pelaksanaan yang benar,” tandas Hanung.

Hanung menekankan bahwa semua proses sejak pengajuan usulan, pemeriksaan data, dan verifikasi calon penerima bantuan, dikoordinasikan dan dikawal oleh BPKP.

“Dana Banpres Produktif sebesar Rp2,4 juta per usaha mikro, langsung diterima yang bersangkutan melalui rekening masing-masing. Dan itu tanpa potongan sepeser pun,” tegas Hanung.

Terkait evaluasi ini, KemenKopUKM terus bersinergi dengan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) serta PT Permodalan Nasional Madani (PNM) yang terlibat penuh untuk melakukan evaluasi.

“Dari survei sementara dari TNP2K menyatakan penggunaan dana Banpres Produktif, yaitu 88,5% digunakan untuk pembelian bahan baku, dan 23,4% digunakan untuk pembelian alat produksi,” kata Hanung.

Sejak diluncurkan pada 24 Agustus 2020 oleh Presiden Jokowi di Istana Negara, penyaluran Bantuan Presiden Produktif Usaha Mikro saat ini telah mencapai realisasi 100 persen, dengan nilai anggaran Rp28,8 triliun. Realisasi bantuan tersebut telah menggerakkan 12 juta pelaku usaha mikro yang mengalami kesulitan akibat Covid-19.

“KemenKopUKM selaku koordinator pelaksana program Banpres Produktif bersama dengan lembaga lainnya, bekerja cermat, transparan, dan hati-hati, tetapi sekaligus juga cepat dalam menjalankan program ini,” pungkas Hanung.(Jef)

Korban PHK Bisa Miliki Usaha Berkat Banpres Produktif

Purworejo:(Globalnews.id) – Pandemi Covid-19 membuat ketenangan dan kenyamanan Bayu Aji Okivianto terusik. Bagaimana tidak. Kantor tempat dimana pria berusia 22 tahun warga Desa Mudal, Purworejo, Jawa Tengah, bekerja, mengalami kerugian yang besar.

“Akibatnya, saya terkena pemutusan hubungan kerja alias PHK,” kenang Bayu.

Di tengah kegalauannya menapaki kehidupannya, di awal-awal pandemi, Bayu pun memutuskan untuk membuka usaha. “Itu satu-satunya cara untuk saya, pasca kena PHK,” kata Bayu.

Bermodal keyakinan tinggi, Bayu pun membuka toko kelontong, termasuk berjualan aneka minuman jus dan sosis bakar.

Namun, belum lama berjualan, Bayu merasakan pedih kedua, karena pendapatannya dari berjualan menurun hingga 40% akibat dampak pandemi yang tak kunjung usai.

Di tengah nyaris putus asa, Bayu pun mendapat kabar mendapat hibah Banpres Produktif Usaha Mikro (BPUM) sebesar Rp2,4 juta. “Dana itu untuk menambah modal usaha saya,” ungkap Bayu.

Bayu bercerita, proses mendapatkan Banpres Produktif tak terlalu sulit. “Saya mendaftar ke Dinas UMKM Purworejo. Kemudian mendapat SMS dari bank untuk mencairkan,” jelas Bayu.

Kini, ketika pandemi masih mendera, Bayu sudah mengembangkan usaha melalui berjualan online. Khususnya, untuk produk sosis bakarnya. “Meski pendapatan belum stabil, namun ada peningkatan walau sedikit,” tukas Bayu.

Bayu berharap pandemi segera berakhir. Namun, meski nanti pandemi berakhir, Bayu menginginkan hibah Banpres Produktif tetap ada. “Sehingga, usaha kecil seperti saya bisa terus berkembang,” pungkas Bayu.(Jef)

Nurhasanah: Berkat Banpres Produktif, Saya Bisa Berbisnis Lagi

Garut:(Globalnews.id)- Bagi hampir seluruh pelaku usaha mikro, pandemi Covid-19 bukan sekadar mengancam jiwa dan kesehatan saja. Lebih dari itu, pandemi telah membuat para pelaku usaha mikro berguguran. Tak terkecuali bagi Nurhasanah, warga Perum Garut residance , Garut, Jawa Barat.

“Usaha saya bergerak di bidang minuman untuk anak anak sekolah, dengan enyuplai ke kantin sekolah,” ucap Nurhasanah .

Sebelum pandemi, usaha Nurhasanah terbilang lumayan lancar dengan mampu meraih omzet tak kurang dari Rp2 juta. Bahkan, per dua hari, dirinya mampu mendapatkan keuntungan sebesar Rp208 ribu.

Namun, setelah datangnya pandemi, ketenangan Nurhasanah dalam berbisnis mulai terusik. “Penjualan terhenti karena sekolah ditutup. Tidak ada aktifitas murid sama sekali,” keluh Nurhasanah.

Sejak itu, Nurhasanah pun benar-benar tidak mendapat penghasilan sama sekali. “Penurunan pendapatan saat pandemi ya 100%,” ucap Nurhasanah.

Ketika modal usaha semakin menipis karena terpakai untuk kebutuhan sehari-hari, Nurhasanah mendapat kabar menggembirakan. Yaitu, mendapat dana hibah Banpres Produktif Usaha Mikro (BPUM).

“Dana itu saya gunakan untuk modal usaha, agar usaha saya bisa bergerak lagi,” tukas Nurhasanah.

Nurhasanah bercerita, proses mendapatkan Banpres Produktif tersebut sangatlah mudah. “Alhamdulillah mudah, dengan menjadi nasabah PNM. Sehingga, nama saya tercatat sebagai yang mendapatkan Banpres. Saya sangat senang sekali untuk bisa usaha lagi,” ungkap Nurhasanah.

Hanya saja, berhubung sekolah masih tutup, Nurhasanah pun banting stir dengan melakoni bidang usaha lain. “Untuk saat ini ,saya mencoba berjualan kerudung dengan cara dikreditkan. Hasilnya lumayan,” kata Nurhasanah.

Menurut Nurhasanah, bisnis dengan mengkreditkan barang itu harus dilakukan dengan sabar. Karena, menghadapi situasi sekarang ini,dan yang namanya dikreditkan modalnya harus dua kali lipat.

“Ada sih peningkatan meski hanya sedikit. Sedikit juga hasilnya saya ambil , lumayan untuk nambah-nambah penghasilan,” kata Nurhasanah.

Oleh karena itu, Nurhasanah berharap ke depannya dapat menerima kembali bantuan permodalan seperti BPUM. “Harapannya sih ingin setiap bulan mendapatkannya. Sehingga, saya semangat untuk mengembangkan modal usaha,” pungkas Nurhasanah.(Jef)

Suryati: Berkat Banpres Produktif, Saya Bisa Berbisnis Lagi

Garut:(Globalnews.id)- Bagi hampir seluruh pelaku usaha mikro, pandemi Covid-19 bukan sekadar mengancam jiwa dan kesehatan saja. Lebih dari itu, pandemi telah membuat para pelaku usaha mikro berguguran. Tak terkecuali bagi Suryati, warga Desa Sukakarya, Tarogong Kidul, Garut, Jawa Barat.

“Usaha saya bergerak di bidang minuman untuk anak anak sekolah, dengan enyuplai ke kantin sekolah,” ucap Suryati.

Sebelum pandemi, usaha Suryati terbilang lumayan lancar dengan mampu meraih omzet tak kurang dari Rp2 juta. Bahkan, per dua hari, dirinya mampu mendapatkan keuntungan sebesar Rp208 ribu.

Namun, setelah datangnya pandemi, ketenangan Suryati dalam berbisnis mulai terusik. “Penjualan terhenti karena sekolah ditutup. Tidak ada aktifitas murid sama sekali,” keluh Suryati.

Sejak itu, Suryati pun benar-benar tidak mendapat penghasilan sama sekali. “Penurunan pendapatan saat pandemi ya 100%,” ucap Suryati.

Ketika modal usaha semakin menipis karena terpakai untuk kebutuhan sehari-hari, Suryati mendapat kabar menggembirakan. Yaitu, mendapat dana hibah Banpres Produktif Usaha Mikro (BPUM).

“Dana itu saya gunakan untuk modal usaha, agar usaha saya bisa bergerak lagi,” tukas Suryati.

Suryati bercerita, proses mendapatkan Banpres Produktif tersebut sangatlah mudah. “Alhamdulillah mudah, dengan menjadi nasabah PNM. Sehingga, nama saya tercatat sebagai yang mendapatkan Banpres. Saya sangat senang sekali untuk bisa usaha lagi,” ungkap Suryati.

Hanya saja, berhubung sekolah masih tutup, Suryati pun banting stir dengan melakoni bidang usaha lain. “Untuk saat ini ,saya mencoba berjualan kerudung dengan cara dikreditkan. Hasilnya lumayan,” kata Suryati.

Menurut Suryati, bisnis dengan mengkreditkan barang itu harus dilakukan dengan sabar. Karena, menghadapi situasi sekarang ini,dan yang namanya dikreditkan modalnya harus dua kali lipat.

“Ada sih peningkatan meski hanya sedikit. Sedikit juga hasilnya saya ambil , lumayan untuk nambah-nambah penghasilan,” kata Suryati.

Oleh karena itu, Suryati berharap ke depannya dapat menerima kembali bantuan permodalan seperti BPUM. “Harapannya sih ingin setiap bulan mendapatkannya. Sehingga, saya semangat untuk mengembangkan modal usaha,” pungkas Suryati.(Jef)

Usaha Mikro di Subang Rasakan Manfaat Banpres Produktif

Subang :(Globalnews.id)- Pelaku usaha mikro di Kabupaten Subang, Jawa Barat, benar-benar merasakan manfaat dari Banpres Produktif Usaha Mikro (BPUM) sebesar Rp2,4 juta untuk kelangsungan usahanya.

Ayum, misalnya. Perempuan berusia 60 tahun ini sejak 2003 membuka usaha warung nasi timbel. “Bagi saya, Banpres Produktif sangat bermanfaat, dan digunakan sebagai modal untuk memulai usaha kembali,” kata Ayum.

Ayum mengaku, penjualan sehari-hari tetap stabil sampai saat ini, karena tempat berjualannya di sekitar area kantor Dinas Koperasi, UMKM, Perdagangan, dan Perindustrian, Kabupaten Subang, yang cukup ramai. “Sekarang dapat hasil dari jualan banyak sekali,” ucap Ayum.

Ayum bercerita, dulu, kalau butuh modal usaha, dirinya selalu meminjam ke Bank keliling atau di Subang terkenal dengan nama Bank Emok. “Jadi, untuk dagangan besok, saya pinjem dulu ke bank emok. Selesai jualan, baru saya bayar. Begitu terus setiap hari,” ujar Ayum.

Namun, sejak mendapatkan dana BPUM, Ayum tidak pernah lagi meminjam lagi ke Bank Emok. Manfaat lainnya, dana tersebut juga dijadikan modal usaha untuk makanan kering dan buah di warung nasi timbelnya.

“Awalnya, saya hanya berjualan sedikit. Alhamdulillah, setelah mendapatkan bantuan BPUM, warung saya jadi banyak variasi jualannya. Seperti gorengan, buah-buahan, makanan ringan,” jelas Ayum.

Ayum menjelaskan, proses pengajuan BPUM pertama kali pada Agustus 2020. Dua bulan kemudian baru mendapatkan SMS notifikasi dan proses pencairan di Bank BRI berlangsung satu hari. “Langsung masuk ke rekening saya, dan tidak mengalami kendala sama sekali,” kata Ayum.

Ayum mengucapkan terimakasih kepada Kepala Dinas, khususnya Presiden Jokowi. “Sangat-sangat membantu, sehingga saya mendapatkan bantuan UMKM,” kata Ayum.

Selain Ayum, Asep Saepudin (41 tahun) juga merasakan manfaat dari BPUM untuk kelangsungan usahanya. Usaha Asep adalah warung kopi dan makanan seblak

“Setelah mandapat dana BPUM, saya bisa kembali berjualan kembali. Tadinya, selama pandemi saya bergantian jualan dengan istri. Istri jaga warung kopi, sedangkan saya ikut proyek dan jualan keliling,” papar Asep.

Walaupun keuntungan yang diperoleh Asep belum seperti sebelum ada pandemi, namun dirinya bersyukur masih bisa berjualan kembali.

Asep bercerita, dirinya mengetahui ada BPUM pada Oktober 2020 dari tetangga, RT, dan RW. Pengajuan awal ke RT dan RW, lalu ke kelurahan untuk diusulkan ke Dinas Koperasi setempat.

“Setelah dicek ke Bank BRI, akhirnya Bank BRI mengkonfirmasi bahwa nama saya benar terdaftar. Saya melakukan verifikasi. Sore harinya, dana BPUM langsung masuk ke rekening saya,” tukas Asep.

Asep mengucapkan terimakasih untuk semua pihak yang sudah membantu dirinya mendapat dana hibah tersebut. Terutama, kepada Presiden Jokowi.

Martabak Mini

Penerima BPUM lainnya di Subang adalah Ujang Samsudin (56 tahun) yang memiliki usaha berjualan martabak mini. “Setelah mendapat dana BPUM, saya dapat membuka kembali usaha untuk berjualan,” kata Ujang.

Ujang menjelaskan, dana yang didapat dibagi dua untuk modal kakak perempuannya yang juga berjualan. “Saya kasihan kepada kakak yang tidak mendapatkan dana bantuan dikarenakan NIK-nya tidak terdaftar,” ungkap Ujang.

Sejak pandemi, Ujang tidak pernah lagi jualan, tepatnya sebelum awal puasa. Dirinya mengetahui dari sesama warga, kemudian mencoba mengajukan ke Balai Desa pada awal Oktober. Selang berapa minggu, Ujang mendapat kabar bahwa KTP/NIK-nya terdaftar.

“Saya langsung melakukan proses pencairan ke Bank BRI, dan esok harinya langsung cair,” cerita Ujang.

Ujang pun memberi apresiasi kepada Dinas Koperasi dan UKM, terutama kepada Presiden Jokowi, atas bantuan hibah permodalan yang membuat usahanya jalan kembali.(Jef)

MenkopUKM: Banpres Produktif Usaha Mikro Telah Tersalur 92 Persen

KLATEN – Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menegaskan, Bantuan Presiden Produktif bagi Usaha Mikro telah tersalurkan sebesar 92 persen atau 11 juta usaha mikro dari total 12 juta usaha mikro.

“Banpres produktif usaha mikro sudah 92 persen atau 11 juta lebih, dari target 12 juta usaha mikro,” tegas MenkopUKM Teten Masduki usai mengunjungi KJUB Puspetasari
Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Sabtu (5/12/2020)

Menurut Teten, penyaluran banpres produktif seharusnya bisa dipercepat. Namun, masih menunggu beberapa daerah di wilayah Indonesia Timur, yang kuotanya belum terpenuhi. Alasan pemerataan kata Teten, menjadi pertimbangan.

“Sebenernya bisa dipercepat, namun masih menunggu di beberapa daerah di wilayah Timur yang kuotanya belum terpenuhi. Kita harus perhatikan juga aspek pemerataan,” katanya

Pihaknya memastikan, tahun 2021 banpres produktif usaha mikro akan dilanjutkan. Hal tersebut karena Presiden Jokowi menginstruksikan sektor UMKM khususnya usaha mikro masih terpukul akibat pandemi Covid-19.

“Insya Allah tahun depan akan dilanjutkan. Presiden sudah instruksikan karena UMKM masih berat terutama di mikro,” ujarnya.

Teten mengaku telah mengusulkan kepada DPR agar anggaran bagi program Banpres produktif ditambah sebesar Rp48 triliun bagi 20 juta pelaku usaha mikro.

“Kami usulkan juga dengan DPR, penerima 20 juta usaha mikro dengan total 48 triliun,” kata MenkopUKM.

Namun demikian, hal itu akan dibahas ditingkat Komite PEN, karena bukan merupakan anggaran rutin KemenkopUKM.

“Karena ini bukan anggaran rutin maka akan masuk pembahasan di komite PEN. Ada kelanjutan dibicarakan di Kemenko,” tambahnya.

MenkopUKM mengusulkan agar yang telah mendapatkan banpres produktif usaha mikro sebesar Rp2,4 juta, mendapatkan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) super mikro dibawah Rp10 juta dengan bunga 0 persen.

Menteri Teten mengakui berdasarkan data KemenkopUKM, sampai saat ini ada sebanyak 28 juta pelaku usaha mikro yang menginginkan banpres produktif. Namun pemerintah hanya sanggup mengucurkan 12 juta.

“Kita evaluasi. Ke depan yang mendapatkan harus yang baru. Karena ada 28 juta yang minta. Kita hanya memberikan 12 juta,” kata Teten.

KemenkopUKM berharap kedepan penerima bantuan tersebut dapat menjalankan usahanya. Selain itu mereka menjadi bankable dan terhubung dengan lembaga pembiayaan, agar dapat meningkatkan usahanya.(Jef)

Usaha Mikro di Tabanan Kembali Menggeliat Berkat Sentuhan Banpres Produktif

Tabanan:(Globalnews.id) – Dampak pandemi Covid-19 memang teramat dahsyat dirasakan hampir seluruh pelaku UMKM di Indonesia. Tak terkecuali, bagi Kabupaten Tabanan, Bali. Bahkan, dengan ditutupnya jalur pariwisata Bali membuat para pelaku usaha disana kesulitan berkembang.

“Bisa dibayangkan beban berat yang kita rasakan di Bali. Terlebih lagi, kehidupan UMKM kita amat bergantung kepada kehadiran para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara,” ungkap Sekretaris Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Tabanan, I Wayan Murda, beberapa waktu lalu.

Banyak pelaku usaha di Tabanan tiarap tanpa melakukan kegiatan usaha apa pun. “Karena, hampir semua pasar yang ada di Tabanan tutup,” keluh Wayan Murda.

Namun, aku Wayan Murda, ketika Banpres Produktif Usaha Mikro (BPUM) cair, seiring mulai dibukanya kegiatan ekonomi, para pelaku UMKM yang tadinya babak belur kembali menggeliat.

“Oleh karena itu, saya berharap program Banpres Produktif bisa terus dilanjutkan. Dimana yang belum tercover pada tahun ini, akan dapat pada tahun depan,” kata Wayan Murda.

Salah satu pelaku usaha di Tabanan yang terdampak pandemi dan merasakan manfaat Banpres Produktif adalah I Gusti Nyoman Yagnye. Dia melakoni usaha sebagai penjual sembako dan menerima pesanan babi guling.

Sebelum pandemi, kata Nyoman, setiap bulan mendapat orderan tak kurang dari lima ekor babi. Sementara pendapatannya dari jualan di warung sembako berkisar antara Rp250 ribu sampai Rp300 ribu sehati.

“Sekarang ini, penjualan sangat merosot sepi, sedangkan orderan babi guling kurang lebih hanya satu sampai dua ekor,” ucap Wayan, seraya menyebutkan bahwa dari penjualan sembako hanya dapat Rp100 sampai Rp150 ribu perhari. Bahkan, terkadang tidak dapat penghasilan sama sekali.

Wayan beruntung, di tengah kesulitan tersebut, dirinya mendapat Banpres Produktif sebesar Rp2,4 juta. “Saya diberitahu Bank BRI dan langsung saya datang ke BRI pada waktu itu dan langsung cair dananya,” cerita Wayan.

Dana hibah tersebut, Wayan pergunakan untuk membeli barang-barang sembako, seperti, minyak dan tepung. “Selain itu, saya juga beli bibit babi, untuk orderan babi guling,” tukas Wayan.

Wayan pun berterimakasih atas bantuan dari Presiden Jokowi tersebut, serta Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Tabanan dan Bank BRI. “Harapan saya, semoga ke depannya, bantuan seperti ini terus berlanjut dan mudah mendapatkannya. Sehingga, usaha saya bisa lancar kembali,” pungkas Wayan.(Jef)

Banpres Produktif Bangkitkan Lagi Usaha Cincau dan Pempek di Cibinong


Bogor:(Globalnews.if)- Bagi pelaku usaha mikro, badai pandemi Covid-19 benar-benar menjadi bencana besar. Tak hanya membuat usaha mereka banyak yang tiarap, tak sedikit juga yang gulung tikar.

Bagaimana tidak. Modal usaha mereka terpakai untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. “Karena tidak adanya pemasukan. Kalau pun ada, sangat minim sekali,” keluh Ferdi Chandra, pedagang minuman cincau hitam di Pondok Rajeg Asri, Cibinong.

Dengan nama usaha Ferdian Food, selama ini Ferdi berjualan produk minuman cincau hitam, cincau hitam berbentuk jelly, lemon, dan madu hitam.

“Usaha saya sudah berjalan lima tahun, dan sudah mempunyai legalitas halal, PIRT pada kemasan minumannya,” aku Ferdi.

Bagi Ferdi, mendapatkan dana Banpres Produktif untuk Usaha Mikro (BPUM) ibarat mendapat nafas dan energi baru bagi usahanya.

“Dana itu saya gunakan untuk modal belanja bahan baku yang kebetulan sudah habis karena penjualan menurun saat pandemi sehingga mempengaruhi pemasukan,” jelas Ferdi.

Apalagi, aku Ferdi, bahan baku yang digunakan harganya cukup mahal, karena cincau hitam produksi sendiri melalui proses alami. Jadi, dengan menerima Banpres Produktif, sangat bermanfaat sekali bagi Ferdi.

“Akhirnya, saya bisa kembali untuk belanja bahan baku bikin cincau hitam,” tandas Ferdi.

Ferdi menambahkan, dalam mendapatkan Banpres Produktif, dirinya mendapat bantuan pendataan dan pendampingan dari Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Bogor. “Selama ini saya menjadi binaan dinas,” imbuh Ferdi.

Pempek dan Tekwan

Selain Ferdi, Yuni juga merasakan betul manfaat dari Banpres Produktif bagi usahanya yang berdagang pempek dan tekwan di kantin UKM kawasan Cibinong Kabupaten Bogor.

Sebelum pandemi, dengan merek Pempek Kakak, Yuni mampu menjual 1000 box. Namun, karena pandemi ini untuk mencapai 500 box saja sudah bersyukur sekali.

Yuni mengaku, usaha yang dirintis bersama anaknya yang masih kuliah ini menerima Banpres Produktif karena mendapat informasi dari Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Bogor.

“Prosesnya mudah karena didampingi terus oleh Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Bogor,” kata Yuni.

Dana Banpres Produktif digunakan Yuni untuk menambah modal. “Untuk pemutaran dagang pempek, yang sempat menurun karena pandemi Covid-19,” ucap Yuni.

Yuni menjelaskan, pemasaran pempeknya melalui online, dan pengirimannya bisa sampai ke Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, bahkan sampai ke Lampung.

Yuni memilih dagang usaha pempek karena memiliki resep warisan keluarga yang mubazir kalau tidak dimanfaatkan untuk dijadikan pendapatan rumah tangganya.

“Usaha yang sudah berjalan tiga tahun ini sekarang lagi tahap proses urus legalitas agar bisa memperluas pasarnya,” pungkas Yuni.(Jef)

Bisnis Budidaya Ikan Lohan di Kuningan Bangkit Lagi Berkat Banpres Produktif

Kuningan:(Globalnews.id)- Een Sukreno (56 tahun) tak pernah menyangka bahwa bisnis budidaya ikan Lohan yang sudah digeluti selama 10 tahun mengalami penurunan penjualan secara drastis diterpa dampak pandemi Covid-19.

“Dalam kondisi normal, saya bisa meraih pendapatan tak kurang dari Rp2 juta sebulan. Bahkan, bisa mencapai Rp4 juta bila terjual ikan Lohan ukuran besar,” ucap perempuan asal Awirarengan, Kuningan, Jawa Barat, tersebut.

Ikan Lohan yang dibudidaya Een bersama putranya, sudah menembus pasar luar Kuningan. Seperti NTB, Lampung, Bekasi, Surabaya, dan Riau. Belum lama, ada juga datang untuk membeli benih Lohan dalam jumlah besar dari Majalengka dan Cianjur.

Bahkan, aku Een, dirinya pernah mendapat pesanan dari India namun tidak bisa dipenuhi karena takut risiko benih Lohan mati saat perjalanan pengiriman ke sana.

Een menambahkan, kenapa dirinya memilih bisnis budidaya ikan Lohan karena faktor harganya yang terus tinggi. Untuk setiap tiga ekor benih Lohan dibandrol seharga Rp100 ribu. Kalau sudah jadi, ikan kecil Lohan dihargai Rp150 ribu per ekor.

“Yang ukuran sedang harganya bisa mencapai Rp700 ribu. Sedangkan yang ukuran besar, tak kurang dari harga Rp2 juta,” ucap Een.

Menurut Een, sekali belanja benih ikan Lohan, dirinya harus merogoh kocek sebesar Rp5 juta. Belum lagi dengan pembelian peralatan budidaya seperti akuarium dan alat-alat lainnya.

Dalam memasarkan ikan Lohannya, selain banyak yang datang ke rumahnya yang menjadi tempat usaha, tak sedikit juga yang memesan via digital atau online. “Anak saya yang tugasnya memasarkan lewat online,” kata Een.

Kisah manis itu sempat terhenti karena dampak dari pandemi yang melanda Indonesia, termasuk wilayah-wilayah yang selama ini rutin memesan benih dan ikan Lohan dari dirinya.

Tapi, kini, seiring dengan kondisi pasar semakin kondusif, ditambah dengan hibah Banpres Produktif Usaha Mikro (BPUM) sebesar Rp2,4 juta, usaha Een kembali berjalan normal.

“Alhamdulillah, dengan dana Banpres Produktif itu, untuk menambah jumlah akuarium pembudiyaan Lohan dan menambah jumlah benih ikan Lohan,” tukas Een.

Een yang merupakan nasabah program Mekaar (Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera) dari PT Permodalan Nasional Madani (PNM) bercerita bahwa untuk mendapatkan Banpres Produktif dirinya dibantu penuh oleh PNM.

“Tidak sulit, karena semua pendataan didampingi PNM,” ungkap Een.

Ke depan, Een menginginkan pengembangan usahanya menjadi lebih besar lagi. “Mudah-mudahan, saya tetap bisa mendapat bantuan-bantuan hibah seperti Banpres Produktif. Karena, untuk membesarkan usaha budidaya Lohan, dibutuhkan jumlah akuarium yang banyak,” kata Een.

Tak hanya itu, Een juga berharap mendapatkan pelatihan, khususnya dalam pengemasan benih ikan Lohan secara aman. “Dengan pemasaran via online, tak menutup kemungkinan akan ada pesanan dari luar negeri,” pungkas Een.(Jef)