Warung Tradisional Harus Berbenah dan Masuk Supply Chain Agar Tak Tergerus Ritel Modern

JAKARTA:(GLOBALNEES.ID)-Warung-tradisional yang identik dengan perekonomoan rakyat, diminta untuk berbenah jika tak ingin tergerus oleh ritel modern yang menjanjikan berbagai kelebihan seperti kenyamanan berbelanja dan harga.

Selain itu warung tradisional juga diharapkan bisa masuk dalam suplly chain (rantai produksi) sehingga mendapatkan playing field (perlakuan yang sama) dengan ritel modern khususnya dalam masalah harga.

” Bicara warung, itu identik dengan ekonomi rakyat. Ketika sektor formal tak mampu menyerap tenaga kerja, maka membuka warung menjadi pilihan paling gampang. Karena itu tak heran di setiap pelosok kita menemukan warung,” kata Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, usai membuka Festival SRC (Sampoerna Ritel Community) di parkir timur Senayan Jakarta, Minggu (24/11).

Turut hadir dalam acara yang diikuti 3 ribu pemilik warung dari 10 kota besar, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif Kemenko Perekonomian Rudi Salahudin dan Ivan Cahyadi, Direktur HM Sampoerna.

Menkop dan UKM Teten menjelaskan, saat ini tercatat ada 1.131 peritel modern (belum termasuk jaringannya) yang menawarkan belanja nyaman, harga relatif murah dan praktis.

” Sementara warung tradisional yang jumlahnya jutaan, banyak memiliki kekurangan misalnya penataan barang, harga dan sebagainya. “Mau tak mau warung harus berbenah agar bisa bersaing dengan ritel modern, syukur syukur ada aplikasi yang memungkinkan ada playing field yang sama misalnya dalam masalah harga dari pabrikan,” kata Teten.

Menkop dan UKM menyambut baik kiprah PT HM Sampoerna yang sejak 11 tahun lalu membina dan memberdayakan UKM melalui SRC. “Tapi UKM jangan mau terus dibina, harus ada niat untuk naik kelas, dimana salah satu caranya ialah dengan masuk dalam skema pembiayaan perbankan,” ujar Teten.

Dengan masuk skema pembiayaan berbunga murah seperti KUR yang hanya 6% per tahun atau Kredit Ultra Mikro (UMi) yang cuma 4% per tahun, maka UMKM tersebut sekaligus mendapat bimbingan seperti manajemen pembukuan. ” Banyak warung soto yang laris, namun mereka tidak bankable karena masalah pembukuan yang kurang tertib,” jelas Menteri.

Teten menguraikan, kesenjangan perekonomian Indonesia dimana gap antara pengusaha besar dan UKM terlalu lebar, memang harus diatasi, karena akan membahayakan jika dibiarkan. “Caranya ialah dengan melakukan kemitraan antara yang besar dan kecil, bukan dengan menarik yang besar ke bawah. Karena itu kemitraan menjadi sangat penting karena UKM tidak bisa berusaha sendirian, harus masuk dalam supply chain. Pemerintah akan mensupport misalnya dengan membuka klinik konsultasi UMKM agar bisa berkembang,” kata Menkop dan UKM.

120 Ribu Warung

Sementara itu Direktur HM Sampoerna Ivan Cahyadi mengatakan pendirian SRC ini merupakan wujud komitmen dari HM Sampoerna untuk memberdayakan perekonomian rakyat melalui usaha warung tradisional.

” Ini sudah kami lakukan sejak 11 tahun lalu, dan sampai sekarang tercatat sudah 120 ribu warung yang bergabung dengan SRC dan tersebar di seluruh Indonesia,” katanya.

Tri Mulyani, Ketua Paguyuban SRC Jakarta menambahkan acara ini merupakan inisiatif para pelaku UKM yang tergabung dalam SRC.

” Kami juga mengajak masyarakat untuk berbelanja di warung atau toko kelontong terdekat melalui gerakan ‘Berkah’ atau berbelanja di warung dekat rumah,” katanya.

Gerakan Berkah ini selain bertujuan meningkatkan perekonomian rakyat, juga untuk melestarikan tradisi lama yang sarat dengan nilai sosial dan budaya. (jef)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.