TOKYO:(GLOBALNEWS.ID)- Kebutuhan edukasi tentang pentingnya berinvestasi selama beberapa tahun terakhir tidak hanya dialami masyarakat yang ada di daerah, akan tetapi juga menyentuh Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di luar negeri. Para WNI yang mendapatkan penghasilan sebagai pekerja migran atau PMI kerap memiliki pengetahuan terbatas dalam hal pengelolaan uangnya.
Alih-alih menginvestasikan uangnya, para PMI hanya mengetahui cara menarik uang, bersikap konsumtif, tanpa memahami pentingnya menyimpan uangnya pada tabungan atau produk deposito. Padahal menabung pada tabungan atau deposito itu penting agar uang mereka tetap utuh sekembalinya pulang ke Indonesia.
Untuk itulah BNI bekerjasama dengan Bank Indonesia menggelar _Workshop Literasi Remitansi Nontunai dan Investasi di Era Digital untuk PMI_. Ada sekitar 300 PMI yang hadir pada event literasi keuangan Digital yang diselengarakan di Sekolah Republik Indonesia Tokyo (SRIT), Minggu (1 September 2019). Hadir pada kesempatan ini Direktur Keuangan BNI Ario Bimo yang akrab disapa Bimo.
Pengetahuan tentang berinvestasi ini menjadi krusial karena bekerja di luar negeri bukanlah pekerjaan yang selamanya, sehingga pendapatan yang diperoleh bisa saja habis dengan cepat. Inisiatif untuk menabung perlu tertanam dalam benak WNI di luar negeri.
Melalui workshop ini BI dan BNI memperluas akses informasi keuangan kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia, terutama untuk mengetahui cara berinvestasi yang aman.
Tahap awalnya, WNI perlu mengetahui implementasi remitansi oleh BI dengan kampanye Dana Berakhir di Rekening, sehingga WNI di luar negeri dan keluarganya dapat semakin mudah mengelola keuangannya, termasuk melakukan investasi untuk perencanaan masa depan.
Bimo menyampaikan bahwa keikutsertaan BNI dalam kegiatan ini merupakan wujud komitmen BNI sebagai _agent of development_ untuk meningkatkan _awareness_ WNI di Jepang akan pentingnya pengelolaan keuangan dan Investasi. Sebelum teknologi digital berkembang seperti sekarang, investasi masih dilakukan dengan cara yang tradisional. Namun seiring berjalannya waktu, dunia pasar modal pun ikut beralih ke metode digital atau yang dikenal dengan istilah _scripless_. Maka dari itu, pada kesempatan ini BNI sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara turut mendukung program Bank Indonesia ini dengan memberikan produk dan layanan perbankan terbaik bagi diaspora dan PMI di Jepang.
Semakin mudahnya WNI di Jepang dalam memperoleh fasilitas perbankan Indonesia di Jepang, diharapkan dapat mendorong masyarakat Indonesia di Jepang untuk menjadikan BNI sebagai _bank of choice_ dalam menampung dana simpanannya.
Selain itu dengan semakin lengkapnya fasilitas pengiriman uang ke Indonesia tersebut maka proses tranfer dana menjadi yang lebih mudah, cepat, aman, dan dapat dilakukan dari seluruh penjuru Jepang.
“Kondisi tersebut diharapkan dapat mendorong para PMI untuk menjadikan BNI sebagai bank Indonesia yang dapat memfasilitasi seluruh kebutuhan transaksi perbankannya,” ujar Bimo.
Bimo menyampaikan bahwa saat ini, lebih dari 45.000 pekerja asal Indonesia saat ini bekerja di berbagai sektor seperti pertanian, manufaktur, dan perikanan di Jepang. Sampai dengan bulan Juni 2019, kinerja pembukaan rekening tabungan BNI di Jepang mengalami pertumbuhan sebesar 33% secara _year on year_ (yoy). (jef)