Jakarta: (Globalnews.id) – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (IDX: BBNI) mampu mencatat pertumbuhan laba bersih yang mencapai 12,6% year on year (YoY), yaitu dari Rp 10,16 triliun pada Kuartal III Tahun 2017 menjadi Rp 11,44 triliun pada Kuartal III Tahun 2018. Perolehan Laba Bersih tersebut didorong oleh pertumbuhan Pendapatan Bunga Bersih (NII) BNI disertai perbaikan kualitas aset. Kinerja positif BNI tersebut tercapai ditengah pengetatan likuiditas yang bersumber dari ketidakpastian makro ekonomi global.
Pada Kuartal III Tahun 2018, BNI mencatat Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 14,2% (YoY), dimana komposisi DPK didominasi oleh dana murah (CASA) yang mencapai 61,9% atau meningkat dibandingkan CASA pada periode yang sama tahun 2017, yaitu 60,4%.
Ruang bagi BNI untuk menyalurkan kredit pun masih terbuka lebar, ditandai dengan likuiditas yang sehat, terlihat dari posisi Loan to Deposit Ratio (LDR) yang mencapai 89,0% pada Kuartal III Tahun 2018. Kondisi tersebut menegaskan bahwa BNI tetap mampu menjaga likuiditas yang baik dengan ruang yang cukup untuk terus melanjutkan ekspansi kredit hingga akhir tahun 2018.
Sumber Pertumbuhan Laba
Pertumbuhan laba bersih BNI yang mencapai 12,6%(YoY) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan laba bersih industri perbankan nasional yang per Juli 2018 lalu tumbuh sebesar 8,4% (YoY). Pertumbuhan laba bersih BNI tersebut ditopang oleh NII yang meningkat dari Rp 23,51 triliun pada Kuartal III Tahun 2017, menjadi Rp 26,01 triliun pada Kuartal III Tahun 2018, atau tumbuh 10,6% (YoY) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan NII di industri perbankan yang hanya mencapai 4,5% per Juli 2018. Pertumbuhan NII tersebut merupakan hasil dari penyaluran kredit BNI yang tetap terkelola dengan prudent dan optimal.
Pendukung pertumbuhan laba bersih BNI lainnya adalah Pendapatan Non Bunga yang tumbuh 6,0% (YoY), yaitu dari Rp 7,18 triliun pada Kuartal III Tahun 2017 menjadi Rp 7,61 triliun pada Kuartal III Tahun 2018. Pendapatan Non Bunga pada Kuartal III Tahun 2018 didorong oleh peningkatan kontribusi fee dari segmen business banking, antara lain fee dari trade finance yang tumbuh 16,3% (YoY) dan fee dari bank garansi yang tumbuh 28,4% (YoY). Penyokong utama Pendapatan Non Bunga juga berasal dari pertumbuhan bisnis Consumer & Retail, antara lain fee pengelolaan rekening yang tumbuh 8,9% (YoY), dan fee dari bisnis kartu yang tumbuh 6,9% (YoY).
Dengan adanya peningkatan Net Interest Income dan Non Interest Income, kualitas aset yang terjaga, serta upaya efisiensi yang konsisten telah dilakukan, maka BNI mampu meningkatkan profitabilitas yang tercermin dari Return on Equity (ROE) yang tumbuh mengesankan dari 15,9% menjadi 16,8%.
Kredit BNI
Pada Kuartal III Tahun 2018, BNI mampu mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar Rp 65,64 triliun atau meningkat 15,6% (YoY) dari posisi Rp 421,41 triliun pada Kuartal III Tahun 2017 menjadi Rp 487,04 triliun pada Kuartal III Tahun 2018. Pertumbuhan tersebut dikontribusi oleh kredit pada Bisnis Korporasi yang meningkat 18,5% (YoY), terutama kontribusi dari industri Manufaktur, Perdagangan, Restoran & Hotel, serta Konstruksi.
Pada Bisnis Konsumer, payroll loan masih menjadi penggerak utama dalam menumbuhkan kredit konsumer. Pada Kuartal III Tahun 2018, payroll loan mencatatkan pertumbuhan sebesar 43,7% (YoY). Kartu Kredit dan BNI Griya (Kredit Pemilikan Rumah) juga mencatatkan pertumbuhan yang membaik, masing-masing sebesar 8,1% dan 9,1% (YoY).
Untuk mendukung ekspansi Kredit, sampai dengan Kuartal III Tahun 2018, BNI mampu mendorong pertumbuhan DPK sebesar 14,2%(YoY), yaitu dari Rp 480,53 triliun pada Kuartal III Tahun 2017 menjadi Rp 548,59 triliun pada Kuartal III Tahun 2018. Pada Kuartal III Tahun 2018, BNI juga mampu menekan cost of fund dari 3,0% menjadi 2,8%. Hal ini karena BNI mampu menjaga rasio CASA yang meningkat ke level 61,9% pada Kuartal III Tahun 2018 dari sebelumnya 60,4% pada Kuartal III Tahun 2017. Perbaikan rasio ini didorong oleh pertumbuhan giro dan tabungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan deposito. BNI mencatatkan giro tumbuh 22,4% (YoY) pada Kuartal III 2018 dibandingkan periode yang sama tahun 2017. Adapun Tabungan tumbuh 12,7% (YoY) dibandingkan Kuartal III 2017. Sementara pertumbuhan Deposito lebih lambat, yaitu 9,8% (YoY) pada Kuartal III 2018 dibandingkan Kuartal III 2017. Hal ini merupakan strategi BNI dalam menjaga rasio CASA yang kuat di level 61,9% dan menekan biaya dana.
Dalam upaya menghimpun dana murah, BNI terus meningkatkan hubungan baik dengan nasabah institusi atau kelembagaan, baik swasta, BUMN, maupun pemerintahan, serta mengembangkan layanan digital banking sebagai platform perbankan transaksional. Keberhasilan dalam upaya – upaya tersebut dapat dibuktikan dengan penambahan jumlah rekening yang mencapai 11,1 juta; yaitu dari 30,8 juta rekening pada Kuartal III Tahun 2017 menjadi 41,4 juta rekening pada Kuartal III Tahun 2018. Selain itu, tercatat peningkatan jumlah agen branchless banking (disebut dengan Agen46) dari 62.961 agen menjadi 108.717 agen.
Perbaikan Kualitas Aset
Pada Kuartal III Tahun 2018, BNI mencatatkan nilai aset yang mencapai Rp 763,52 triliun atau tumbuh 14,3% (YoY) di atas periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu Rp 668,21 triliun. Dari sisi kualitas aset, NPL Gross BNI tercatat membaik menjadi 2,0% pada akhir September 2018 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 2,8%. Perbaikan NPL tersebut berasal dari membaiknya kolektibilitas, penyelesaian kredit, dan penurunan pokok kredit bermasalah disertai dengan pengelolaan kualitas aset yang terus membaik, salah satunya dengan cara melakukan ekspansi yang selektif dan prudent dengan manajemen risiko kredit yang terukur.
Oleh karena perbaikan kualitas kredit tersebut, BNI mampu menurunkan credit cost dari 1,7% pada Kuartal III Tahun 2017 menjadi 1,4% pada Kuartal III Tahun 2018. Sementara itu, coverage ratio juga mengalami peningkatan dari 147,4% pada Kuartal III Tahun 2017 menjadi 152,0% pada Kuartal III Tahun 2018 ini. Penetapan pencadangan ini merupakan langkah pre-emptive dan konservatif BNI yang dimaksudkan untuk mengantisipasi kemungkinan penurunan kualitas aset di masa-masa mendatang di tengah perkembangan ekonomi global dan domestik yang dinamis.
Semakin Digital
Pengembangan e-banking merupakan faktor kunci bagi perbankan ke depan sehingga hal tersebut juga menjadi fokus bisnis BNI. Pengembangan e-banking BNI ditujukan terutama untuk semakin mengefisienkan operasional, menjadi sumber pendapatan non interest income, dan sebagai strategi untuk meningkatkan CASA secara berkesinambungan.
Pengembangan e-banking BNI telah menunjukkan hasil yang baik. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan pengguna baru mobile banking BNI sebanyak 1,4 juta pengguna dengan nilai transaksi yang mencapai Rp 90,7 triliun. BNI juga terus meningkatkan kerjasama dengan beberapa e-commerce ternama sehingga jumlah transaksi melalui e-commerce meningkat 17,8% (YoY) mencapai 17,4 juta transaksi. Nilai transaksi tumbuh 26% dibandingkan pada periode yang sama tahun 2017 menjadi Rp 15,7 triliun.
Kinerja keuangan BNI tersebut tidak terlepas dari pencapaian kinerja perusahaan-perusahaan anak. BNI memiliki 5 perusahaan anak yang meliputi BNI Syariah, BNI Life, BNI Multifinance, BNI Sekuritas, dan BNI Asset Management. Kelima perusahaan anak ini pada Kuartal III Tahun 2018 mampu berkontribusi 7,3% terhadap total laba bersih BNI secara konsolidasi atau sebesar Rp 806 miliar(jef).