MADIUN:(GLOBALNEWS.ID)- Melalui hilirisasi minyak sawit, pada tahun 2045 Indonesia diharapkan mampu merubah posisinya dari ‘raja’ Crude Palm Oil (CPO) dunia seperti saat ini, menjadi ‘raja hilir’ sehingga kelapa sawit memberi manfaat yang maksimal kepada perekonomian Indonesia.
Untuk mendorong hilirisasi, maka perlu memperluas akses permodalan dan jaminan kepemilikan perkebunan, khususnya bagi petani sawit. Penyediaan akses permodalan khususnya untuk jangka panjang bagi petani sawit akan mendorong petani sawit untuk melakukan peremajaan tanaman sawit, bukan memperluas lahan yang dikhawatirkan terjadinya deforestasi.
“Keengganan perbankan untuk menyediakan permodalan bagi petani sawit karena biaya dan risiko yang tinggi, dapat diterapkan skema alternatif permodalan dari sektor swasta, bank komersial, investor, dan lembaga permodalan pembangunan serta pemerintah,” kata H. Muhtarom, S.Sos, Anggota Komisi IV DPR RI pada pada acara Sosialisasi dan Expo Sawit Baik Indonesia 2022 di Madiun, Minggu, 23 Oktober 2022.
Acara tersebut diselenggarakan oleh Anggota Komisi IV DPR RI bersama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) selaku pendukung pendanaan dan Jaringan Indonesia Muda (JIM) selaku penyelenggara kegiatan.
Kegiatan menghadirkan narasumber Kepala Dinas Perdagangan Kota Madiun Ansor Rasidi, S. Sos, M.Si yang diwakili Sekretaris Dinas Perdagangan Kota Madiun Budi Wibowo S, Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perusahaan Inti Rakyat atau ASPEKPIR Setiyono dan Ketua Bidang UMKM Kadin Kota Madiun Sasongko, M.Si.
Muhtarom menjelaskan lembaga keuangan perlu didukung untuk mengembangkan model investasi yang memungkinkan penyaluran modal untuk petani pada skala lebih luas. Upaya ini meliputi penyempurnaan informasi mengenai kebutuhan permodalan petani dan skoring risiko kredit. Skoring ini membantu mengidentifikasi kelompok petani yang berpotensi layak mendapatkan pinjaman, untuk mengurangi biaya pinjaman bagi bank.
Dia menjelaskan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Nasional Perkebunan Sawit Berkelanjutan (RAN-KSB) menjelaskan langkah-langkah mencapai visi pengembangan komoditas sawit berkelanjutan yakni peningkatan produksi CPO melalui peningkatan produktivitas, efisiensi pengolahan pasca panen (pabrik kelapa sawit).
Kemudian pengembangan industri hilir (produk nilai tambah tinggi, substitusi impor, promosi ekspor). Riset dan inovasi industry sawit sebagai sumber pertumbuhan baru berkelajutan dan pengembangan ekosistem dan tata Kelola industri sawit yang lebih berkelanjutan dan berdaya saing serta mengembangkan SDM industri sawit yang kreatif.
Ketua Bidang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Kadin Kota Madiun Sasongko, M.Si mengatakan kelapa sawit bisa dimanfaatkan untuk berbagai produk selain minyak goreng seperti sabun, lipstik dan sebagainya, tidak hanya bisa dipakai untuk minyak goreng. Ke depan, di Madiun bisa tumbuh usaha pengemasan minyak goreng.
Ketua Umum Aspekpir Setiyono mengatakan prospek perkebunan kelapa sawit dan hilirisasi kelapa sawit di Indonesia masih sangat terbuka dan sangat luas karena produk- produk kelapa sawit sangat banyak kegunaannya bagi masyarakat Indonesia di mana saja.
Dia menjelaskan industri hilir kelapa sawit (IHKS) memegang peranan penting dalam perekonomian nasional, khususnya sebagai penghasil devisa, penyerap tenaga kerja dan penyedia kebutuhan pokokmasyarakat.
“Kekuatan Indonesia untuk mengembangkan industri ini adalah bahan baku yang melimpah. Kelemahannya adalah infrastruktur, riset dan keahlian yang masih kurang disertai kebijakan pemerintah yang kurang mendukung,” katanya.(Jef)