TAMBOLAKA :(Globalnews.id) – Bandara Lede Kalumbang (TMC) di Tambolaka, Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan pintu gerbang udara ke objek wisata Pulau Sumba. Keindahan salah satu pulau nan elok di NTT ini sudah dikenal mencanegara dan menjadi salah satu pulau dengan keindahan alam tercantik di dunia. Pantai-pantainya, air terjunnya, rumah-rumah tradisionalnya, juga bukit-bukit dengan savana yang indah, adalah daya tarik wisatanya yang menakjubkan.
Bandara Lede Kalumbang di bawah pengelolaan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan. Terletak di area seluas 137,46 hektare. Memiliki landasan pacu dengan dimensi 2.300 x 45 meter, yang bisa didarati pesawat sekelas Boeing 737-500 atau Airbus A320. Sebenarnya landasannya sudah bisa didarati pesawat sekelas Boeing 737-900, jika kekuatan Pavement Classification Number (PCN)-nya yang saat ini dirilis 42 sudah meningkat.
“Landasan pacu Bandara Lede Kalumbang sudah di-overlay beberapa waktu lalu dan sekarang PCN-nya sudah naik menjadi 100, tapi belum dirilis,” kata Agus Priyatmono, Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Kelas II Lede Kalumbang ketika ditemui di kantornya, Senin (3/10/2024).
Saat ini, taxiway-nya hanya satu dengan dimensi 108 x 23 meter dan apron berukuran 268 x 95 meter. “Area parkir pesawat ini bisa menampung lima pesawat sekelas Boeing 737-500 dan ATR 72500/600,” ujar Agus Priyatmono.
Bandara Lede Kalumbang memiliki terminal penumpang seluas 5.400 meter persegi. Bangunannya berciri khas rumah tradisional Sumba, yang memiliki bentuk atap menara. Rumah-rumah tradisional Sumba yang dikenal dengan nama “Uma” itu berdesain unik dan mempunyai atap tinggi seperti menara. Dibangun menggunakan bahan-bahan alami, seperti kayu, bambu, dan ilalang.
Terminalnya berkapasitas 250 penumpang per keberangkatan, yang dihiasi mural keindahan alam Sumba, seperti Waikuri Lagoon dan Kampung Prai Ijing. Di sisi luar area publik terdapat tiang-tiang dengan hiasan khas Sumba. Ada pula patung Pasola, pendekar berkuda di Tanah Sumba. Di sisi ini ada area parkir seluas 12.100 meter persegi, juga gedung kantor UPBU dan tower AirNav Indonesia.
Selama pandemi covid-19, bandara yang berada di Kabupaten Sumba Barat Daya ini tidak seramai sebelumnya. Selepas pandemi, kenaikan trafik mulai terlihat. Tahun 2022, jumlah pergerakan pesawat 3.157 dan penumpang 169.944 orang, sementara kargonya
761.472 kg. Tahun 2023, jumlah pergerakan pesawat 3.296 naik 4,4% dan penumpang 177.867 orang naik 4,1%, sementara kargonya 597.032 kg turun 21,1%.
Tahun 2024, trafik Bandara Lede Kalumbang yang menjadi gerbang bagi tiga kabupaten: Sumba Barat Daya, Sumba Barat, dan Sumba Tengah, ini makin meningkat. Sementara masyarakat Kabupaten Sumba Timur memiliki Bandara Umbu Mehang Kunda (WGT) di Waingapu.
Sebelumnya bandara ini bernama Bandara Tambolaka yang letaknya di Kabupaten Sumba Barat. Setelah pemekaran wilayah, bandara ini masuk ke wilayah Sumba Darat Daya. Pada Novermber 2022, bandara berganti nama menjadi Bandara Lede Kalumbang, nama salah seorang tokoh dan bupati Sumba Barat yang banyak berjasa bagi masyarakat.
Menurut Agus Priyatmono, untuk memberi kenyamanan bagi penumpang, Bandara Lede Kalumbang ditata ulang dan dibenahi. Di ruang tunggu keberangkatan misalnya, ditata agar tidak terlalu sesak jika penumpang penuh. Di satu sisi diperuntukan sebagai tempat berjualan produk UMKM local. Selain toilet dan mushola, terminal juga memiliki ruang untuk menyusui dan area bermain anak-anak. Di sisi lain ada juga CIP lounge, sebagi ruang untuk VIP.
Fasilitas lain yang tak kalah penting adalah pemadam kebakaran. Bandara Lede Kalumbang memiliki fasilitas PKP-PK kategori VI. Di sini ada tiga kendaraan PKP-PK, ambulans, dan mobil komando, juga bak air dan mesin pompa.
Bandara-bandara di NTT dengan lahan yang kering, umumnya rawan kebakaran. Karena itu, fasilitas PKP-PK vital dan perlu perhatian penuh untuk kelaikan dalam penggunaannya. Bukan hanya untuk keadaan darurat bandara, tapi juga seringkali digunakan untuk keadaan akibat terdampak dari kebakaran eksternal.
Saat ini, Bandara Lede Kalumbang didarati pesawat Boeing 737-500 NAM Air berkapasitas 120-an penumpang dua kali sehari empat kali seminggu. Rencananya pada Oktober ini, pesawat NAM Air akan terbang setiap hari dengan frekuensi satu atau dua kali per hari. Ada juga ATR 72-600 Wings Air dengan 72 penumpang yang terbang tiga kali sehari tiap hari. Sebelumnya ada Citilink yang terbang dengan ATR 72-600, walaupun saat ini belum terbang lagi.
Rute penerbangan dari Tambolaka yang sekarang ada adalah Tambolaka-Denpasar dan Tambolaka-Kupang. Penumpang yang akan ke Jakarta atau kota lain biasanya transit di Denpasar. Penumpang pesawat terbang dari Tambolaka juga berharap ada penerbangan langsung ke Surabaya dan Jakarta, bukan hanya ke Denpasar dan Kupang.
Penerbangan carter dengan pesawat fixed wing ataupun helikopter juga rutin terbang empat kali sebulan. Ada Nihiwatu Sumba, resor terbaik dunia di Sumba, yang menjadi tujuan bagi wisatawan pengguna penerbangan carter itu. Sementara helikopter, yang dioperasikan Fly Bali, terbang untuk mengeksplorasi keindahan pulau eksotis Sumba.
“Pergerakan pesawat saat ini ada 16 pergerakan per hari. Kami berharap akan bertambah lagi, apalagi menjelang akhir tahun untuk peak season tahun baru. Citilink dan Super Air Jet juga sudah berencana terbang ke Tambolaka,” ucap Agus Priyatmono.(jef)