Jakarta:(Globalnews id) – Perpustakaan Nasional (Perpusnas) menggelar pemilihan pustakawan berprestasi terbaik tingkat nasional 2024. Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi kepada pustakawan yang berdedikasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
“Ajang ini diselenggarakan sebagai bentuk apresiasi kepada pustakawan atas dedikasi tinggi, disiplin, dan sadar akan tanggung jawab sebagai pelayan jasa informasi kepada masyarakat,” ujar Sekretaris Utama Perpusnas Joko Santoso di Jakarta, Selasa (25/6/2024).
Menurut Joko Santoso, saat ini 64% masyarakat Indonesia merupakan generasi milenial dan generasi Z yang memiliki perilaku berbeda dalam memanfaatkan informasi dan pengetahuan.
“Oleh karena itu, pustakawan perlu beradaptasi melalui inovasi dan kreativitas dalam kegiatan kepustakaan, termasuk dalam format multimedia untuk memperkuat daya baca dan literasi, termasuk literasi digital,” ujarnya.
Salah satu inovasi tersebut datang dari Santi Delliana, pustakawan Universitas Kalbis. Ia menghadirkan inovasi optimalisasi TikTok di Perpustakaan Universitas Kalbis untuk meningkatkan habitus membaca. Perpustakaan menggunakan media digital untuk menumbuhkan, mempertahankan, dan meningkatkan habitus membaca dengan akun @lrckalbis.
Santi masuk ke dalam 15 finalis Pustakawan Berprestasi tahun ini setelah melalui proses penjaringan dan seleksi ketat secara virtual dan terpusat selama satu bulan (20 April – 20 Mei 2024).
“Dari 531 pendaftar, terpilihlah 15 finalis yang akan berkompetisi melalui proses selanjutnya, yakni penilaian wawancara dan presentasi terkait inovasi di bidang perpustakaan yang telah dilakukan serta dampaknya di masyarakat,” ungkap Plt. Kepala Pusat Pembinaan Pustakawan Nurcahyono.
Santi menjelaskan bahwa, diperlukan perubahan paradigma dalam memandang habitus membaca.
Menurut Kurniasih (2016), habitus membaca tidak lagi boleh dipandang dari seberapa banyak buku yang dibaca, tetapi dari berapa banyak bahan bacaan online yang telah diklik, dibaca, dibagikan, didiskusikan, disimpan, atau diunduh.
“Ini disebabkan oleh perubahan revolusioner dalam perilaku masyarakat dalam hal membaca,” tuturnya.
Perkembangan teknologi informasi telah memberikan berjuta pilihan media membaca selain buku dengan kemasan yang beraneka ragam yang mengundang minat.
Hal kedua yang harus dilakukan adalah adaptasi perpustakaan, yang salah satu fungsinya adalah menjadi agen penggerak budaya membaca. Adaptasi ini bukan hanya terbatas pada penggunaan teknologi sebagai pendukung layanan, tetapi juga pada bagaimana mengoptimalkan media digital sebagai aset untuk menumbuhkan, mempertahankan, dan meningkatkan habitus membaca. Optimalisasi ini terjadi jika perpustakaan secara proaktif menggunakan media digital untuk tujuan tersebut.
TikTok, sebuah platform media sosial yang sangat populer saat ini, menjadi tantangan bagi perpustakaan untuk memberdayakannya sebagai sarana dan stimulus menumbuhkan, mempertahankan, dan meningkatkan habitus membaca.
Harapannya, inovasi yang diperkenalkan oleh Perpustakaan Universitas Kalbis dapat menjadi role model bagi perpustakaan-perpustakaan lain dalam konteks menumbuhkan, mempertahankan, dan meningkatkan habitus membaca di Indonesia.(jef)