Jakarta :(Globalnews.id)- Ratusan UKM rama-ramai kumpul di KemenKopUKM, bukan demo, tapi mereka butuh pembiayaan investasi usahanya melalui skema Crowdfunding, atau teknik pendanaan untuk proyek atau unit usaha yang melibatkan masyarakat secara luas biasanya lewat situs. Ada kebutuhan Rp 165 Miliar oleh sedikitnya 367 UKM, tujuannya karena pingin naik kelas
Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) bekerja sama dengan Yayasan Inovasi Teknologi Indonesia (INOTEK) melakukan Kick Off Program SME EPIC (Small Medium Enterprise Expo Pembiayaan Investasi Crowdfunding) 2024 untuk memperkuat kapasitas pembiayaan dan investasi UKM.
SME EPIC ini menjadi salah satu strategi dari KemenKopUKM dalam upaya mendukung sektor UKM agar bisa naik kelas melalui pendampingan untuk mendapatkan pembiayaan, investasi, dan jejaring atau mitra bisnis.
Asisten Deputi Pembiayaan dan Investasi UKM Deputi Bidang UKM KemenKopUKM Temmy Satya Permana dalam keterangan resminya, Rabu (8/5), mengungkapkan rangkaian SME EPIC terdiri dari pendampingan pengetahuan berbagai jenis pendanaan, bedah usaha untuk meningkatkan pemahaman CEO/business owner terhadap kebutuhan investasi, pelatihan membuat pitchdeck terstandar, hingga pendampingan pitching.
“UKM harus memiliki cerita yang unik terhadap produknya agar mampu berdaya saing dari ancaman produk asing. Kami optimistis UKM tidak hanya mendapatkan investasi namun juga jaringan bisnis yang lebih kuat dari program SME EPIC ini,” kata Temmy.
Temmy menambahkan, pendanaan merupakan syarat utama bagi UMKM untuk naik kelas seperti termuat dalam peraturan pemerintah (PP) nomor 7 tahun 2021. Dalam PP tersebut diamanatkan bahwa UMKM berhak mendapatkan pendanaan yang mudah dan murah, mulai dari jaminan kredit program, dan pembiayaan rantai pasok.
“Selain itu juga di atur pemerintah untuk memberikan pengetahuan serta pendampingan bagi UMKM untuk mendapatkan alternatif pendanaan,” kata Temmy.
Kick Off Program SME EPIC 2024 diikuti oleh 367 UKM dari sektor industri alkes (alat kesehatan), skincare, industry kreatif, FnB (food and beverage), dan aplikasi teknologi dengan total kebutuhan investasi senilai Rp165 miliar. Sedangkan lembaga pengembang ekosistem yang hadir yaitu 12 lembaga yang berasal dari perbankan, venture capital, private investor, angel investor, crowdfunding, dan potential buyer.
Lembaga pembiayaan dan mitra yang menghadiri acara ini adalah GITP Asia, Shafiq, UMG Idealab, ANGIN, MIKTI, Mandiri Venture Capital, Endeavor, Loox, KNEKS, Super Key Consulting, Myquick, dan Alpha JWC.
Adapun rangkaian acara dari SME EPIC terdiri dari talkshow mengenai permodalan melalui Security Crowd Funding dan Investor Point of View. Selain itu juga terdapat mini showcase UKM yang terdiri dari PT Global Essential Oil, PT Export Tani Nusantara, PT Hitara Cipta Selaras, CV Kemasan Jawara, PT Reka Natura Asia, PT Wihardja Jaya Sentosa, PT Mbrebes Mili Food, PT Fania Ersa Pratama, PT Tepa Selira, PT Agridea.
Direktur Eksekutif Yayasan INOTEK Ivi Anggraeni menambahkan, dari pengalaman membina dan mendampingi UKM selama ini, banyak UKM di Indonesia yang membutuhkan pembiayaan. Sayangnya banyak di antara pelaku UKM yang belum mengetahui berbagai jenis pembiayaan yang ada di Indonesia sehingga kurang mampu menyasar calon-calon mitra yang tepat dan sesuai dengan jasa/produknya.
Ivi berharap pelaku UKM yang mengikuti program SME EPIC ini dapat menerapkan ilmu-ilmu yang telah dipelajari dan menularkannya kepada pelaku UKM lainnya.
“Dengan demikian, mereka dapat bersama-sama berkontribusi pada kemajuan perekonomian Indonesia,” ujar Ivi.
Talkshow yang diselenggarakan membahas sukses permodalan melalui security crowdfunding oleh narasumber yaitu Arief Luqman Hakim, VP Business SHAFIQ dan UKM Fashion Dthree yang mengikuti program SME EPIC 2023 dan sukses mendapat pendanaan Rp1 miliar.
Arief menegaskan, UKM harus memiliki usaha yang produktif, berkelanjutan, dan berkembang secara bertahap. Dia mendorong UKM untuk maju dengan memiliki mimpi dan tujuan organisasi yang jelas, legalitas lengkap, pengembangan SDM, sistem bisnis yang terstruktur, pemasaran yang luas, dan diikuti pendanaan yang kuat.
Bagi Arief skema pendanaan yang dapat menjadi alternatif pilihan bagi pelaku UKM adalah security crowd funding (SCF). Menurutnya SCF adalah metode pengumpulan dana dengan skema patungan yang dilakukan oleh pemilik bisnis atau usaha untuk memulai atau mengembangkan bisnisnya.
“Skema ini cukup praktis dan simpel, menjadi ajang UKM untuk berlatih menjadi perusahaan publik yang transparan dan akuntabel, sebelum masuk Pasar Modal. Selain itu pertumbuhan investor dalam platform SCF sangat cepat, UKM harus manfaatkan peluang tersebut untuk mempercepat transformasi secara inklusif dan berkelanjutan,” kata Arief. (jef)