Arsip Tag: Industri furnitur

MenKopUKM: Industri Furnitur Lokal Harus Mampu Bidik Pasar Ekspor Alternatif

Jakarta:(Globalnews.id) – Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mendukung industri furnitur dan home decor di Indonesia terus memperluas akses pasarnya mengingat Amerika Serikat (AS) dan Eropa yang selama ini menjadi pasar terbesar industri tersebut sedang mengalami resesi ekonomi.

“Dalam beberapa waktu ke depan industri furnitur dan home decor harus membidik pasar alternatif tak hanya Amerika dan Eropa tetapi juga Timur Tengah misalnya. Karena dunia sedang mengalami perubahan kekuatan ekonomi. Ini tak sebentar saja terjadi. Kita harus melihat potensi market baru, jangan hanya fokus di market tradisional itu-itu saja,” kata MenKopUKM Teten Masduki dalam acara launching Pameran ‘The International Furniture and Craft Fair Indonesia atau (IFFINA),’ di Jakarta, Selasa (9/5).

Menurut Menteri Teten, tidak hanya di dalam pasar domestik, negara tujuan ekspor lainnya juga diharapkan terus dikembangkan. Sehingga pasar global dan para buyer internasional tidak perlu lagi datang ke pameran-pameran furnitur di luar negeri, namun bisa langsung datang ke pameran furnitur di Indonesia termasuk di pusat-pusat showcase cluster furniture/home décor.

Mengutip dari KataData pada 2022, ekspor produk furnitur dan kerajinan Indonesia mencapai 3,5 miliar dolar AS (Rp51,65 triliun), serta menyerap sebanyak 143 ribu orang tenaga kerja dari 1.114 ribu perusahaan. Pemerintah menargetkan ekspor industri furnitur dapat menembus 5 miliar dolar AS (Rp73,78 triliun) pada 2024.

“Furnitur menjadi kekuatan ekonomi Indonesia karena Indonesia punya sumber daya alam berupa bahan baku yang kaya. Dan furnitur ini mampu menciptakan lapangan kerja yang besar,” katanya.

Selanjutnya pada 2022, sebesar 90 persen produk hasil industri furnitur dipasarkan di luar negeri dengan Amerika Serikat sebagai pangsa pasar terbesar produk furnitur Indonesia yang menyerap 51 persen, dari total nilai ekspor furnitur lokal, sementara pasar Eropa menyerap sekitar 19 persen.

Untuk itu, salah satu upaya dalam memperluas akses pasar tersebut, maka digelar pameran IFFINA 2023 yang diinisiasi oleh Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (ASMINDO). Di mana event internasional tersebut akan dilaksanakan pada 14-17 September 2023, di ICE BSD City, Tangerang, Banten.

Menteri Teten berharap, IFFINA dapat menjadi wadah bagi pelaku usaha UMKM di sektor furnitur untuk memperluas akses pasar. “Nanti harus lebih banyak lagi event furnitur di dalam negeri. Karena importir lebih senang ada pusat furnitur, sehingga tak perlu blusukan ke berbagai workshop lebih baik datang ke satu tempat produknya,” kata Teten.

MenKopUKM menyebutkan, dalam rangka mendorong peningkatan spesifikasi para pelaku UKM di sektor furnitur untuk berstandar internasional. Seperti, pendirian rumah produksi bersama (factory sharing) sektor furnitur yang berlokasi di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

Menurut Teten, Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) juga mendorong terciptanya produk furnitur/home décor yang ramah lingkungan, dengan pemanfaatan material dari bambu, bahan recycle (plastik). Pada 2023 ini, KemenKopUKM akan membangun factory sharing pengolahan bambu di Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Bambu pertumbuhan cepat, sehingga isu lingkungan bisa difokuskan lebih cepat. Bambu juga lebih produktif empat kali lipat dari jenis kayu lainnya. Seperti IKEA misalnya, mereka hingga kini masih menggunakan material bambu dari China, namun sebenarnya bambu kita juga lebih kompetitif,” katanya.

Bahkan ada sekitar pengembangan 40 ribu bambu yang ada di NTT, bersama Pemerintah, KemenKopUKM terus berupaya mempeluas bambu di daerah. “Upaya ini dapat mendorong kapasitas produksi dalam skala massal yang terstandardisasi,” ujarnya.

Selanjutnya, KemenKopUKM menginisiasi program SMExcellence yaitu melalui kegiatan kurasi, business matching antara UMKM dan aggregator/ buyer representative di sektor furnitur dan home décor agar pelaku UKM mampu menciptakan produk–produk yang dapat bersaing dan diterima pasar global.

Teten menegaskan, industri kreatif termasuk furnitur, home decor, dan home ware memiliki keunggulan kompetitif dibanding negara lain, karena Indonesia memiliki bahan baku yang beraneka ragam serta kreativitas dan tenaga kerja yang terampil.

“Saya berharap melalui kegiatan ini, dapat memperkuat pasar domestik industri furnitur dan memperkenalkan Indonesia di pasar internasional karena pasar kita sangat besar,” ucap MenKopUKM.

*Pameran Internasional IFFINA*

Di kesempatan yang sama, Ketua Umum ASMINDO Dedy Rochimat mengatakan, pihaknya kembali akan menggelar IFFINA, setelah sebelumnya sempat vakum selama enam tahun. Tahun in merupakan ke-10 kalinya penelenggaraan IFFINA sejak pertama kali digelar pada 2008, kali ini IFFINA akan didukung oleh tiga Kementerian terkait, yakni Kementerian Perindustrian, KemenKopUKM, Kementerian Perdagangan, serta Bank Indonesia (BI).

Dedy menyebut, industri mebel dan kerajinan merupakan industri yang PDB-nya terus tumbuh sejak enam tahun terakhir. Selain itu, pasar mebel dunia adalah pasar yang sangat potential bagi Indonesia. Pada 2022 saja, pasar mebel dunia berhasil mencatat pendapatan secara global sebesar 695 miliar dolar AS (Rp l10.256,8 triliun) dan diprediksi meningkat menjadi 766 miliar dolar AS (Rp11.304,6 triliun) pada akhir 2023.

“Tetapi jika dibandingkan dengan Indonesia, industri mebel indonesia saat ini baru bisa mencatatkan pendapatan sebesar 2,8 miliar dolar AS (Rp41,32 triliun) tahun 2022, yang secara ranking global menempatkan kita di urutan ke-17 dunia dan ke-4 di regional asia, masih di bawah China, Vietnam, dan Malaysia,” kata Dedy.

Menurut dia, angka tersebut masih cukup kecil, padahal industri mebel merupakan industri strategis yang memiliki banyak manfaat. Selain menjadi industri penghasil devisa yang kuat, industri mebel juga memiliki nilai tambah yang tinggi karena rantai nilai yang panjang dan keunggulan pada sumber daya alam Indonesia yang melimpah.

“Kita punya hutan produksi seluas 68 juta hektare, kita produsen 85 persen rotan dunia, dan kita nomor tiga produsen bambu terbesar dunia setelah China dan India. Industri mebel juga menjadi penyerap tenaga kerja yang besar karena termasuk dalam industri padat karya yang menyerap 500 ribu tenaga kerja langsung per tahun 2021,” ungkapnya.

Selain itu, industri mebel juga menciptakan multiplier effect yang luas bagi industri lainnya dan berkontribusi menggerakkan sektor industri lainnya melalui produk-produk bahan baku dan bahan pendukung yang dibutuhkan dalam menghasilkan produk mebel.

“Setelah pandemi berakhir dan perdagangan lintas negara sudah mulai lancar kembali, sudah saatnya bagi Indonesia untuk mendorong produksi mebel dan kerajinan, baik untuk pasar ekspor maupun kebutuhan pasar dalam negeri,” kata Dedy.

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika menambahkan, sektor industrial memberikan kontribusi sebesar 53,4 persen ke PDB Non Migas, di mana industri furnitur berkontribusi sebesar 1,3 persen dengan nilai ekspor sebesar 2,47 miliar dolar AS pada 2022, atau turun 2 persen dari ekspor tahun 2021. Diprediksi, tren ini masih akan terjadi tahun ini dan tumbuh pada 2024.

“Kontraksi disebabkan oleh kondisi global yang harus terus diwaspadai. Namun kami yakin, melihat kondisi pasar dari Indeks Kepercayaan Industri (IKI) per April 2023 sebesar 51,38 persen berada di level ekspansi. Artinya, industri furnitur perlahan masuk kategori ekspansi dan mulai bangkit lagi. Hal ini perlu dimanfaatkan oleh pelaku industri Tanah Air, agar terus lebih baik dan berdaya saing,” kata Putu.

Untuk itu, Kemenperin katanya, fokus pada tiga strategi dalam mengubah stagnasi industri furnitur. Pertama, mengalihkan pasar ekspor terdampak resesi ke pasar domestik.

Kedua, bersama kementerian terkait, memperluas negara tujuan ekspor ke pasar non tradisional dengan membentuk satgas. Dan ketiga, memperkuat media promosi lewat pameran fisik dan media digital.(Jef)

Kegigihan CV Krudut Pasarkan Produk Furniture Lokal ke Dunia

Solo:(Globalnews.id) – “Nana Karobi Ya Oki” adalah peribahasa Jepang yang bermakna “Jatuh tujuh kali bangkit delapan kali” nampak tepat menggambarkan kegigihan Rudolf Samsi dalam membesarkan CV Krudut. Sebuah pabrik furniture spesialis kursi kulit yang kini produknya telah diekspor ke berbagai belahan dunia.

Pria yang akrab disapa Rudolf tersebut, mulai tertarik dengan bidang furniture dan kulit sejak ia bekerja di tempat usaha kakaknya yang mengerjakan produk serupa.

Perlahan tapi pasti Rudolf mengambil banyak pelajaran dari sana, hingga akhirnya ia bertekad memproduksi dan menjual kursi kulit buatannya.

“Awal dapat pelanggan saya keliling Kota Solo dan Sukoharjo dengan sepeda motor saya. Ketika dapat orderan saya bonceng di sepeda motor saya, tanpa tukang saya kerjakan sendiri bahkan bisa lembur sampai pagi, karena saya selalu berusaha memuaskan pelanggan-pelanggan saya,” kata Rudolf saat ditemui di pabrik CV Krudut beberapa waktu lalu.

Cikal bakal CV Krudut juga dimulai dari ketekunan Rudolf menyuplai hasil produksinya ke pabrik-pabrik besar di Kota Solo sejak tahun 1998, dari sana Rudolf mengumpulkan pundi-pundi ilmu dan rupiah sebelum kemudian berhasil membuka pabriknya sendiri.

Bermula dari pekerjaan yang dikerjakan sendiri, kemudian dibantu dua hingga tiga orang temannya, hingga saat ini mampu membangun pabrik yang memiliki ratusan pegawai. Tak ayal hal tersebut membuat Rudolf bahagia karena mampu memberi lapangan pekerjaan bagi masyarakat di sekitar tempat tinggalnya.

“Ketika saya membuka pabrik, masyarakat di sekitar langsung banyak yang datang untuk melamar, saya langsung terima tanpa perlu ketrampilan tertentu, yang penting mereka niat kerja maka saya akan bimbing mereka, bahkan sekarang pegawai saya 90 persen adalah masyarakat sekitar Sukoharjo,” kata Rudolf.

Kisah manis itu rupanya tak berlangsung lama. Krisis moneter tahun 2008 menjadi ujian bagi Rudolf dalam menjalani bisnisnya. Ia terpaksa harus merelakan rumah tinggalnya untuk dijual, agar tetap bisa memproduksi furniture yang telah dipesan.

Alih-alih menyerah, Rudolf justru mengerahkan seluruh tekad yang ia miliki untuk melewati masa-masa sulitnya. Benar saja, hanya butuh waktu tiga bulan ia telah bisa mendapatkan rumah kesayangannya Kembali, sekaligus keberlanjutan produksinya.

Inovasi juga terus dilakukan oleh Rudolf, mulai dari variasi bahan dasar yang awalnya hanya kulit, berkembang menjadi rotan, plastik, dan enceng gondok. Hingga mengikuti berbagai pameran internasional yang bertujuan untuk perluasan pemasaran.

Terbukti, kini CV Krudut lebih fokus pada ekspor ke berbagai negara besar seperti Amerika, Mexico, Spanyol, Belanda, Italia, Australia, bahkan Israel.

“Mulai tahun 2017 saya mulai rutin mengikuti pameran internasional di Jakarta, dari sanalah saya mendapatkan beberapa pembeli dari luar negeri. Sejak itu kemudian saya rutin mengikuti pameran setiap tahun dan selalu mendapatkan pembeli baru lagi,” tutur Rudolf.

Ketika mendapatkan order dengan kapasitas yang besar dari pembeli luar, Rudolf mulai kebingungan dari sisi permodalan. Dari situlah ia mencoba mencari jalan alternatif hingga menemukan solusi melalui berbagai pendampingan dan pelatihan dari Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) khususnya dalam mengakses pembiayaan pada Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI).

“Saya juga berterima kasih kepada KemenKopUKM atas bantuannya dalam memberikan pelatihan dan memfasilitasi untuk akses pembiayaan ke LPEI hingga Rp8 miliar, yang kami manfaatkan untuk memperbesar kapasitas produksi, ekspor, menambah modal kerja, hingga membangun pabrik baru,” kata Rudolf.

Berkat kerja keras Rudolf dalam membesarkan CV Krudut, saat ini perusahaannya mampu meraih omzet USD 1,5 juta pertahunnya. Dengan omzet yang besar tersebut pula, Rudolf bahkan dengan bangga mengaku selalu taat pajak, yakni pembayaran pajak CV Krudut yang mencapai Rp44 juta tiap bulan, atau berjumlah sekitar Rp600 juta pertahunnya.

Rudolf berharap, CV Krudut dapat terus berkembang lebih besar, lebih variatif dalam menciptakan produk-produk unggulan, serta mendirikan pabrik-pabrik baru agar kapasitas produksi menjadi semakin besar sehingga mampu memenuhi permintaan konsumennya dengan baik.(Jef)

KemenKopUKM Optimistis Furnitur dan Kerajinan Indonesia Jadi Trend Setter Dunia

Tangerang:(Globalnews.id) – Deputi Bidang Perkoperasian Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) Ahmad Zabadi menyebutkan optimismenya bahwa Indonesia bisa menjadi trend setter dunia di bidang furnitur dan kerajinan karena keunggulan kompetitifnya dibandingkan negara lain.

“Indonesia unggul dalam hal ketersediaan bahan baku, kreativitas para perajin, serta produk yang berwawasan lingkungan,” kata Ahmad Zabadi, mewakili Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) pada acara Business Matching yang diselenggarakan Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), dengan para delegasi buyer dari Ethiopia peserta Trade Expo Indonesia (TEI) 2022 di Kabupaten Tangerang, Banten, Jumat (21/10).

Di depan Ketua Umum Asmindo Dedy Rochimat dan Dubes Indonesia untuk Ethiopia Al Busyra Basnur, ia mengapresiasi peran Asmindo dalam mendorong UKM masuk dalam rantai pasok global, melalui penyelenggaraan acara Business Matching dengan delegasi negara-negara sahabat yang hadir pada Trade Expo Indonesia (TEI) tahun 2022.

“Industri furnitur Indonesia terus bertumbuh sepanjang lima tahun terakhir, kinerja ekspornya mengalami peningkatan hingga 77,9 persen, menjadi peluang bagi koperasi dan UKM untuk masuk ke dalamnya,” kata Zabadi.

Zabadi menambahkan, KemenKopUKM terus berupaya untuk mendorong percepatan pertumbuhan UKM ekspor, dengan SMExcellence melalui peningkatan kemitraan antara UKM dengan agregator, BUMN, usaha besar, dan UKM ekspor untuk masuk pasar global.

“Kami berharap para agregator dan usaha besar dapat menjadi Export Leader dalam ekosistem kluster UKM,” ucap Zabadi.

Zabadi berharap para delegasi buyer dari Ethiopia dan negara lainnya, dapat mengenal produk furnitur Indonesia yang kaya ide, berkualitas, dan berwawasan lingkungan. “Kita akan tingkatkan perdagangan dan kemitraan kerja sama antar negara,” kata Zabadi.

Zabadi berharap, Business Matching ini bisa menghasilkan transaksi dan kerja sama yang berkelanjutan. “Kita tingkatkan sinergi untuk mewujudkan Indonesia sebagai trend setter industri furnitur dan home decor dunia,” ucapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Ketum Asmindo Dedy Rochimat memaparkan visi dan misi Asmindo dalam pentas bisnis furnitur dan kerajinan (handycraft), baik di pasar nasional maupun global.

Dengan keunggulan yang dimiliki, Dedy meyakini Asmindo bisa berperan banyak di pentas bisnis global. “Indonesia memiliki reputasi bagus di sektor furnitur dan kerajinan karena kekuatan warisan sejarah dan budaya atau tradisi,” ucap Dedy.

Pasar Ethiopia

Sementara itu, Dubes Indonesia untuk Ethiopia Al Busyra Basnur menjelaskan, sejak dua tahun terakhir, komunikasi dan saling kunjung pengusaha Ethiopia dan Indonesia semakin meningkat untuk kerja sama bisnis, termasuk rencana outbound investasi Indonesia di Ethiopia.

“Namun, potensi bisnis dengan Ethiopia yang berpenduduk sekitar 112 juta jiwa, terbesar kedua di benua Afrika itu, belum banyak dioptimalkan pebisnis Indonesia dan sebaliknya,” ucap Al Busyra.

Sejak 2019, kata Al Busyra, delegasi Ethiopia yang terdiri dari puluhan pengusaha menghadiri TEI dan rangkaian kegiatannya serta mengadakan pertemuan dengan rekan bisnis mereka di Jakarta.

“Mereka datang ke TEI, tidak saja untuk pertemuan dan transaksi bisnis juga sebagai wisatawan, menikmati keindahan alam, seni, dan budaya Indonesia,” kata Dubes Busyra.

Al Busyra menjelaskan, pada 2019, dirinya mempromosikan TEI di hadapan pengusaha Ethiopia dalam skala besar dan pertemuan langsung dengan pengusaha tidak hanya di Addis Ababa, juga di kota-kota lain Ethiopia. Namun, di tengah kondisi pandemi COVID-19, promosi TEI ke-35 disesuaikan dengan protokol kesehatan negara setempat.

Ethiopia adalah negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di kawasan Afrika. Pada 2008-2017 pertumbuhan ekonomni Ethiopia rata-rata di atas 10 persen.

Seperti diketahui, TEI adalah pasar promosi ekspor terbesar Indonesia yang diselenggarakan setiap tahun. Pada 2019, sebanyak 22 orang pengusaha Ethiopia menghadiri TEI ke-34. Jumlah tersebut meningkat 25 persen dari tahun sebelumnya.

Nilai perdagangan Indonesia-Ethiopia terus meningkat dari tahun ke tahun, dan surplus di pihak Indonesia. Saat ini, terdapat lima investasi Indonesia di Ethiopia. Yaitu, Century Garment Plc, Sumbiri Intimate Apparel Plc, Salim Wazaran Yahya Manufacturing Food Plc, Peace Success Industry Plc, dan Golden Sierra Abyssinia.

“Kehadiran investasi tersebut, menempatkan Ethiopia sebagai negara kedua terbesar menerima investasi Indonesia di Afrika setelah Nigeria,” ucap Busyra.(Jef)

MenkopUKM: Industri Furnitur Nasional Harus Kuat di Pasar Domestik dan Kuasai Pasar Global

Jakarta:(Globalnews.id) – Menteri Koperasi dan UKM (MenkopUKM) Teten Masduki menginginkan industri furnitur dalam negeri selain jago di kandang atau dominan di pasar lokal, juga harus mampu bersaing masuk dan menguasai pasar global.

“Kita harus memperkuat pasar domestik, karena pasar kita sangat besar. Nah, kebijakan substitusi impor kita harus diarahkan untuk masuk ke pasar global,” kata MenkopUKM, Teten Masduki, pada acara pelantikan Dewan Pengurus Pusat (DPP) Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) masa bakti 2022-2027 di Jakarta, Selasa (27/9).

Menteri Teten mencontohkan di China, dimana UKM di dalamnya yang sudah masuk pasar global, mereka juga sudah lebih dahulu menguasai pasar dalam negerinya. “Kita harus seperti itu. Dan itu harus menjadi strategi kita ke depan,” kata MenkopUKM.

Menteri Teten mengatakan pemerintah sedang terus memperkuat pasar produk dalam negeri (UMKM) dengan menetapkan 40 persen belanja negara (APBN dan APBD) harus menyerap produk UMKM. “Presiden Jokowi malah ingin tidak hanya 40 persen, tapi 100 persen,” kata Menteri Teten.

Bila kebijakan 100 persen menyerap produk lokal diterapkan, MenkopUKM meyakini kinerja UMKM Indonesia bakal semakin kuat. Termasuk di dalamnya kebijakan substitusi impor. “Terlebih lagi, prosedur untuk masuk e-Katalog LKPP dan katalog daerah, sudah dipermudah. Dari 8 prosedur menjadi 2 prosedur saja,” kata Menteri Teten.

Dan UMKM yang sudah masuk e-Katalog, tidak perlu lagi mengikuti proses tender. “Namun, jangan sampai itu dikuasai usaha besar. Memang, harus ada batasan-batasan. Misalnya, belanja senilai Rp100 juta ke bawah harus UMKM,” kata MenkopUKM.

Meski begitu, Menteri Teten menekankan belanja pemerintah juga harus produk yang berkualitas. Solusinya adalah mendorong terjadinya kemitraan antara usaha besar dengan UMKM. Misalnya, penyediaan komponen untuk industri besar, sekitar40-50 persen dipasok dari UMKM. “Langkah itu yang paling relevan dilakukan,” kata MenkopUKM.

Apalagi, terkait kemitraan tersebut, sudah diatur dalam UU Cipta Kerja. “Bagi usaha besar yang melakukan kemitraan, ada insentif pajak. Dan bagi UMKM terkecualikan dari aturan mengenai pengupahan buruh,” kata MenkopUKM.

Gambaran kemitraannya, kata MenkopUKM, usaha besar fokus pada _research and development_, bahan baku, hingga marketing. Sementara proses produksinya bermitra dengan UMKM. “Ini yang bisa kita lakukan, khususnya di industri furnitur,” ujar Menteri Teten.

Menteri Teten juga mengharapkan Asmindo bisa memanfaatkan bahan baku rotan untuk dijadikan produk unggulan asal Indonesia. “Aturan larangan ekspor bahan baku rotan bisa direlaksasi menjadi minimal bahan setengah jadi. Karena, rotan ini merupakan peluang bisnis yang besar yang masih bisa dikembangkan,” kata MenkopUKM.

Membangun Kolaborasi

Dalam kesempatan itu, Ketua Umum Asmindo Dedy Rochimat mengajak seluruh anggota Asmindo untuk membangun kolaborasi dan sinergi dengan banyak pihak, seperti pemerintah, BUMN, swasta, dan asosiasi-asosiasi bisnis lainnya.

“Sehingga, UKM mebel kita bisa naik kelas. Misalnya, kita MoU dengan REI karena semua pengembang pasti membutuhkan mebel berkualitas,” kata Dedy.

Sementara Ketua Umum DPP REI Paulus Totok Lusida mengatakan pihaknya akan menyosialisasikan MoU dengan Asmindo agar para pengembang menggunakan produk dalam negeri.

“Selama ini, para pengembang terutama yang kelas menengah atas banyak memakai produk luar negeri atau impor. Tujuan MoU ini untuk menggiatkan pemakaian produk lokal,” ujar Paulus.

Bagi Paulus, bila seluruh kantor pemerintah dan swasta memakai mebel produk lokal, maka permintaannya akan naik signifikan. Sehingga Asmindo diharapkan melakukan pembinaan terhadap UKM agar kualitas meningkat. “Kalau perlu, untuk meningkatkan produk lokal, jangan ada lagi tender. Tapi, lebih kepada proyek penunjukan langsung,” kata Paulus.

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Juan Permata Adoe berharap Asmindo mampu meningkatkan nilai ekspor nasional. Dalam arti, harus mampu bersaing di pasar global. “Untuk meningkatkan serapan produk lokal, Kadin Indonesia sudah melakukan MoU dengan LKPP sebagai suplier pengadaan barang nasional,” kata Juan.(Jef)

MenKopUKM Ajak Industri Furnitur Optimalkan Potensi Pasar Dalam Negeri

Yogyakarta:(Globalnews.id)- Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengajak para pelaku industri furnitur agar mengoptimalkan potensi pasar dalam negeri yang semakin besar peluangnya saat ini.

MenKopUKM Teten Masduki mengatakan industri furnitur dan kerajinan yang selama ini mengandalkan pasar ekspor harus mulai berbenah.

“Di tengah kondisi global yang penuh dengan ketidakpastian saat ini, pasar ekspor akan mengalami gangguan dan industri furniture dan kerajinan harus mengubah haluan ke pasar dalam negeri,” kata MenKopUKM Teten Masduki dalam Musyawarah Nasional VII Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) di Jogja Expo Center, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa (23/8).

Untuk mendukung hal ini, Menteri Teten menegaskan pemerintah memiliki kebijakan belanja pemerintah sebesar 40 persen untuk produk UMKM atau setara dengan Rp400 triliun tahun ini yang dapat dimanfaatkan oleh industri furnitur dan kerajinan.

“Industri furnitur bisa mengambil bagian di bidang penyediaan furnitur sekolah. Nilainya lumayan, ada Rp54 triliun. Sebelumnya bangku sekolah harus SNI, tapi sekarang enggak perlu. Sekarang dipangkas. Kita akan optimalkan ini. Jadi mungkin tadi belanja pemerintah kita optimalkan dan setiap tahun akan lebih mudah,” katanya.

Lebih lanjut, Menteri Teten menambahkan pemerintah sedang berbenah agar kebijakan ini dapat diserap dengan baik oleh para pelaku usaha khususnya untuk UMKM.

Hal yang dapat dilakukan ialah memetakan kebutuhan pemerintah agar penyediaan produk pun dapat dilakukan secara maksimal.

“Kami berusaha sebelum masuk tahun baru, belanja pemerintah dipetakan kebutuhannya. Sehingga bisa tahu apa pengadaan pemerintah. Kalau mendadak kan tidak bisa,” ujar Menteri Teten.

Menteri Teten mengakui, nilai ekspor furnitur Indonesia pada kuartal I 2022 sudah mencapai lebih dari 1 miliar dolar AS. Jumlah ini dikatakan lebih tinggi 15,87 persen dari tahun sebelumnya di periode yang sama.

Ekspor furnitur tersebut terdiri dari produk furnitur berbahan kayu yang mencapai 53,37 persen diikuti oleh furnitur rotan 7,24 persen, dan furnitur metal 3,95 persen dengan pangsa pasar Amerika Serikat.

Menteri Teten berharap kegiatan ini mampu memberikan peta jalan pengembangan industri furnitur dan kerajinan yang strategis bagi UKM.

Di tempat yang sama, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Asmindo Anggoro Ratmadiputro mengakui industri permebelan dan kerajinan memang menghadapi masalah cukup berat yang merupakan dampak pandemi berkepanjangan.

Hal ini berkaitan dengan pasar ekspor yang terganggu akibat beragam hal seperti inflasi global, geopolitik, dan lain sebagainya.

“Untuk menghadapi hal ini, kami berharap perhatian lebih dari pemerintah untuk hadapi situasi serius ini. Selama ini kita perhatikan pasar ekspor, saat ini kita harus mengubah haluan karena pasar ekspor sedang terdampak pandemi,” kata Anggoro.

“Saya ingin sampaikan bahwa kita harus menyiapkan strategi untuk menghadapi pasar ekspor yang belum membaik. Kita harus menggarap dengan serius pasar dalam negeri karena masih dikuasai impor. Oleh karena itu harus dilirik ini dan tentu tanpa kerja sama dengan pemerintah tidak akan berhasil. Kita ingin produk anak negeri jadi tuan di negeri sendiri,” katanya.(Jef)