BANDUNG (Globalnews.id) Peluncuran Program Akselerasi Keuangan, Sinergi dan Inklusi (Aksi) Pangan, pada akhir Januari 2017, nantinya akan didukung 18 bank. Selain perbankan, program ini nantinya juga didukung IKNB (Industri keuangan non Bank) dan pasar Modal.Beberapa bank tersebut antara lain BRI, Bank Mandiri, BNI, BCA, CIMB Niaga, Bukopin, Bank Mega, Bank Sinarmas, Bank Jatim, Bank Nagari, BTPN, Bank Syariah Mandiri, PermataBank, BNI Syariah, BRI Syariah, Bank Artha Graha, Bank Andara.
Deputi Komisioner OJK, Slamet Edy Purnomo menyatakan, bahwa ada 18 bank yang akan ikut serta dalam Program Aksi Pangan ini. “18 bank ini yang punya concern (perhatian) lebih ke sektor pangan,” katanya dalam FGD di Bandung, Sabtu (21/1). Secara total, lanjutnya, ada sekitar 28 lembaga jasa keuangan yang akan dilibatkan dalam peluncuran Program Aksi Pangan di Payakumbuh, Padang dalam waktu dekat. Baik itu dari industri perbankan, IKNB, pun pasar modal.
Peluncuran Program Aksi Pangan ini merupakan inisiatif OJK dalam meningkatkan peran serta industri keuangan ke sektor pangan. Bersama Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan, OJK optimis konsep yang ditawarkan melalui program ini bakal membuat perbankan meningkatkan kontribusi perkreditan di sektor ini, yang dinilai masih jauh dari maksimal.
Sebagai contoh, Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang notabene adalah program pemerintah mayoritas penyaluran kreditnya masih menyasar sektor perdagangan. “KUR itu 67% di perdagangan. Kita mau coba bagaimana masuk ke hulu, petaninya. Sehingga bisa meningkatkan lapangan kerja dan menyejahterakan petaninya. Kalau perdagangan kan itu ijon-ijon dan tengkulak lagi,” tutur Slamet Edy.
Dalam Program Aksi Pangan, pembiayaannya bisa dilakukan perbankan secara langsung atau menggunakan pola channeling dengan menggandeng BPR, Koperasi atau Lembaga Keuangan Mikro. Selain itu, ada juga lembaga-lembaga non-pemerintah yang bakal mengawal kelancaran pembiayaan seperti UNDP dan Safira. Lalu yang paling penting, penyaluran pembiayaannya bakal mendapat penjaminan dari asuransi sehingga segala risiko NPL bisa dikurangi.
Dari data OJK, pembiayaan perbankan ke sektor pangan tercatat sebesar Rp638,39 triliun per November 2016. Sementara rasio kredit bermasalah atau NPL-nya ada di level 3,32%. “Ini yang mau kita tingkatkan pembiayaannya,” tandas Slamet Edy. (jef)