Meski menjadi salah satu dari sektor yang masih bertahan, usaha kuliner tidak luput dari dampak pandemi Covid-19. Menurunnya jumlah permintaan yang menyebabkan turunnya omset, bisnis kuliner juga rentan ‘gulung tikar’ akibat ketatnya persaingan. Pandemi Covid-19 juga menghambat rencananya untuk mengembangkan usaha rumah makannya.
Hal inilah yang disadari betul oleh Andika, pemilik Rumah Makan (RM) Padang Trio Minang yang terletak di Cikeas, Jawa Barat saat menceritakan kisahnya (18/06). Pria berusia 37 tahun yang memulai usaha pakaian sebagai bisnis pertamanya ini menceritakan, meski masakan Padang adalah kuliner favorit masyarakat, bukan berarti tidak
ada tantangan dalam menjalankan usahanya tersebut. Bermunculan rumah makan masakan Padang serupa maupun restoran lain dengan menu yang berbeda menjadi penantang untuk RM Padang Trio Minang tetap bertahan. Belum lagi sejumlah kafe kekinian yang mulai merebut pasar kawula muda dengan varian menu yang menarik.
Ia memulai usaha RM Padang Trio Minang sejak tahun 2005 dengan modal Rp 25 juta setelah memutuskan berhenti menggeluti bisnis pakaian. Kesulitan modal serta ketatnya persaingan dalam bisnis pakaian menjadi penyebab akhirnya Andika memutuskan ‘banting stir’ membuka
usaha kuliner masakan Padang. Perlahan usahanya berkembang dan mulai meraih pelanggan tetap sebagai kekuatannya. “Pasang surut membangun usaha pasti ada, tapi syukur seiring waktu masih bisa bertahan. Terpenting adalah kita sebagai pemilik rumah makan untuk tetap
menjaga kualitas rasa, serta menyajikan menu yang berbeda dari rumah makan Padang lain” ungkap Andika.
RM Padang Trio Minang yang kini mengadaptasi sistem pesanan online melalui kerjasama dengan aplikasi ojek online. Hal ini dilakukan dalam upaya menjangkau pembeli yang terbatas
ruang geraknya akibat kebijakan selama pandemi Covid-19. Pandemi Covid-19 juga
menghambat rencananya untuk mengembangkan usaha rumah makannya. Kendati demikian, rencana Andika melakukan investasi lokasi dan bangunan untuk pengembangan usaha tetap
dilanjutkan. Ia akhirnya mencari informasi mengenai bank yang menyediakan pembiayaan untuk rencana tersebut, namun sejumlah bank yang ia temui memberikan persyaratan yang menyulitkan dirinya.
Memilih Bank DKI
Sekitar bulan September 2020, Andika memutuskan memilih Bank DKI Syariah untuk mengajukan pembiayaan. Selain memiliki persyaratan yang lebih mudah, pelayanan Bank DKI Syariah dianggapnya memuaskan. “Sebelumnya saya memang dapat informasi dari karyawan Bank DKI terkait program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), setelah saya datangi ternyata
suku bunganya juga rendah, dan prosesnya ternyata lebih cepat. Akhirnya saya putuskan mengajukan pembiayaan di Bank DKI Syariah”.
Sampai dengan Mei 2021, Bank DKI tercatat telah menyalurkan dana PEN sebesar Rp 3,36 triliun. Dana PEN tersebut dimanfaatkan Bank DKI untuk penyaluran kredit kepada sektor
produktif sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama pada kepada segmen mikro, retail dan korporasi termasuk diantaranya kepada sektor perdagangan besar dan
eceran sebesar Rp 904,1 Miliar atau mencapai 26,91% dari total penyaluran Dana PEN.
Penyaluran pada sektor ini utama disalurkan kepada debitur-debitur UMKM termasuk diantaranya adalah debitur eksisting mikro Bank DKI, debitur binaan JakPreneur, UMKM di pasar-pasar Perumda Pasar Jaya, serta Koperasi dan Bank Perkreditan Rakyat. Penyaluran
kredit PEN juga disalurkan pada sektor konstruksi yang membangun sarana dan prasarana umum di wilayah DKI Jakarta sebesar Rp 450,5 miliar atau mencapai 13,41% dari total Dana PEN yang telah disalurkan Bank DKI..
Bank DKI juga terus berupaya meningkatkan portofolio kredit salah satunya dengan memanfaatkan dana PEN yang diberikan oleh pemerintah. Bank DKI berharap agar dana PEN ini dapat dimanfaatkan sebaik mungkin bagi para pelaku usaha agar tujuan pemulihan
ekonomi nasional khususnya di wilayah DKI Jakarta dapat segera terwujud. (Jef)