Jakarta;(Globalnews.id)- Media Asuransi kembali memberikan penghargaan Best Insurance Award 2021 kepada 36 perusahaan asuransi terbaik berdasarkan kinerja keuangan tahun 2020. Penghargaan diserahkan kepada 36 perusahaan asuransi jiwa, asuransi umum, asuransi Syariah full fledged, dan reasuransi.
Acara Insurance Award 2021 diselenggarakan secara virtual karena kondisi pandemi Covid-19. Acara disiarkan secara langsung melalui zoom pada 11 November 2021 dan akan dimuat dalam jejaring sosial Youtube. Tahun ini merupakan penyelenggaraan Insurance Award yang ke-15, semenjak Media Asuransi mengadakan acara tahunan ini mulai tahun 2007.
Ketua Dewan Juri Insurance Award 2021 Tatang Hidayat mengatakan berdasarkan data hasil riset yang dilakukan oleh Lembaga Riset Media Asuransi (LRMA), maka Dewan Juri memutuskan ada 36 perusahaan yang berhak atas predikat Best Insurance 2021, yakni 15 perusahaan asuransi jiwa, 15 perusahaan asuransi umum, tiga perusahaan reasuransi, dan tiga perusahaan asuransi & reasuransi syariah.
“Bagi yang tahun ini tidak masuk daftar Best Insurance 2021, jangan berkecil hati. Karena bagaimanapun telah mampu lolos dari persyaratan minimal, yaitu menerbitkan Laporan Keuangan Publikasi per Desember 2020 tepat waktu sebagaimana ditentukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK),” kata Tatang.
Menurut Tatang, Dewan Juri Insurance Award 2021 Media Asuransi melakukan review atau meninjau kembali kriteria-kriteria yang diterapkan pada Insurance Award 2020. Untuk tahun 2021 ini, ada sembilan kriteria untuk menilai Best Life Insurance 2021 dan Best Sharia Insurance & Reinsurance 2021. Sedangkan untuk Best General Insurance 2021 dan Best Reinsurance 2021 masing-masing ada delapan kriteria. Kriteria-kriteria yang digunakan dalam penjurian 2021 relatif sama dengan tahun 2020.
“Kedua, untuk memberikan penilaian yang lebih fair, kami mengelompokkan perusahaan asuransi jiwa dan asuransi umum masing-masing dalam kelompok berdasarkan kekuatan ekuitasnya. Ada lima kelompok asuransi jiwa berdasarkan ekuitasnya, ada lima kelompok asuransi umum berdasarkan ekuitasnya, dan ada satu kelompok perusahaan reasuransi serta ada satu kelompok perusahaan asuransi dan reasuransi syariah,” papar Tatang.
Berdasarkan data hasil kajian yang dilakukan oleh Lembaga Riset Media Asuransi (LRMA), Dewan Juri memutuskan ada 36 perusahaan yang berhak atas predikat Best Insurance 2020, yakni 15 perusahaan asuransi jiwa, 15 perusahaan asuransi umum, tiga perusahaan reasuransi, dan tiga perusahaan asuransi & reasuransi syariah (full fledged).
Untuk asuransi jiwa dan asuransi umum dibagi dalam lima kelompok berdasarkan ekuitasnya. Berikut daftar Best Insurance 2021 yang diselenggarakan Media Asuransi:
Best Life Insurance 2021 dengan Ekuitas Rp4 Triliun ke Atas
PT Indolife Pensiontama
PT Asuransi Allianz Life Indonesia
PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia
Best Life Insurance 2021 dengan Ekuitas Rp1,25 Triliun – Rp4 Triliun
PT Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia
PT Capital Life Indonesia
PT Asuransi Jiwa Central Asia Raya
Best Life Insurance 2021 dengan Ekuitas Rp500 Miliar – Rp1,25 Triliun
PT Great Eastern Life Indonesia
PT Asuransi Jiwa Astra
PT AXA Financial Indonesia
Best Life Insurance 2021 dengan Ekuitas Rp250 Miliar – Rp500 Miliar
PT Pacific Life Insurance
PT Asuransi Jiwa BCA
PT Asuransi Central Asia Finance
PT PFI Mega Life Insurance
Best Life Insurance 2021 dengan Ekuitas Rp100 Miliar – Rp500 Miliar
PT Asuransi Jiwa Nasional
PT Heksa Solution Insurance
PT Asuransi Central Asia Finance
Best General Insurance 2021 dengan Ekuitas Rp1,5 Triliun ke Atas
PT Asuransi Sinar Mas
PT Asuransi Central Asia
PT Asuransi Multi Arta Guna Tbk.
Best General Insurance 2021 dengan Ekuitas Rp500 Miliar – Rp1,5 Triliun
PT BRI Asuransi Indonesia
PT Great Eastern General Insurance Indonesia
PT Asuransi Mitra Pelindung Mustika
Best General Insurance 2021 dengan Ekuitas Rp300 Miliar – Rp500 Miliar
PT AIG Insurance Indonesia
PT Asuransi Dayin Mitra Tbk.
PT Asuransi Raksa Pratikara
Best General Insurance 2021 dengan Ekuitas Rp200 Miliar – Rp300 Miliar
PT China Taiping Insurance Indonesia
PT Asuransi Buana Independent
PT Asuransi Total Bersama
Best General Insurance 2021 dengan Ekuitas Rp100 Miliar – Rp200 Miliar
PT Asuransi Staco Mandiri
PT Asuransi Sumit Oto
PT Asuransi Internasional Indonesia
Best Sharia Insurance & Reinsurance 2021
PT Asuransi Takaful Umum
PT Asuransi Askrida Syariah
PT Capital Life Syariah
Best Reinsurance 2021
PT Reasuransi Nusantara Makmur
PT Reasuransi Maipark Indonesia
PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk.
Penentuan perusahaan asuransi dan reasuransi untuk menjadi Best Insurance, Best Reinsurance, dan Best Sharia Insurance & Reinsurance oleh Dewan Juri Insurance Award 2021 berdasarkan indikator penilaian:.
Indikator penilaian:
Indikator Penilaian Asuransi Jiwa
1. Pertumbuhan Premi Neto.
2. Pertumbuhan Cadangan Teknis.
3. Rasio Beban.
4. Pertumbuhan Hasil Investasi.
5. Pertumbuhan Laba Bersih.
6. Rasio Investasi terhadap Cadangan.
7. Rasio Kualitas Aset.
8. Total Aset Turn Over (TATO).
9. Return on Equity (ROE).
Indikator Penilaian Asuransi Umum dan Reasuransi
1. Pertumbuhan Premi Neto.
2. Pertumbuhan Hasil Underwriting.
3. Rasio Beban.
4. Pertumbuhan Hasil Investasi.
5. Rasio Kecukupan Investasi .
6. Pencapaian Risk Based Capital (RBC) terhadap batas mínimum.
7. Total Aset Turn Over (TATO).
8. Return on Equity (ROE).
Indikator Penilaian Asuransi & Reasuransi Syariah (full fledged)
1. Pertumbuhan Kontribusi.
2. Pertumbuhan Surplus Underwriting Dana.
3. Pertumbuhan Hasil Investasi.
4. Pertumbuhan Laba Bersih Perusahaan.
5. Rasio Solvabilitas Dana Tabarru terhadap Solvabilitas Minimum.
6. Rasio Solvabilitas Dana Perusahaan terhadap Solvabilitas Minimum.
7. Return on Equity (ROE).
8. Pertumbuhan Aset.
9. Rasio Kualitas Aset Gabungan.
Pemimpin Lembaga Riset Media Asuransi (LRMA) Mucharor Djalil menyampaikan mengenai kinerja industri asuransi dalam penyelenggaraan Best Insurance Award 2021 secara virtual, Kamis, 11 November 2021.
Kinerja Asuransi Jiwa 2020, Masih Bertumbuh
Rating garapan Lembaga Riset Media Asuransi (LRMA) memilih 15 perusahaan asuransi jiwa sebagai ‘Best Life Insurance 2021’ versi Media Asuransi. Dalam pemeringkatan 2021 LRMA melakukan penyesuaian dengan menambah satu indikator keuangan yang dikaji, sehingga menjadi 19 kriteria. Penambahan indikator baru tersebut adalah Rasio Kecukupan Investasi.
Tahun ini, LRMA mengolah data dari neraca keuangan publikasi periode buku 2019-2020 terhadap 47 perusahaan dari total 53 perusahaan asuransi jiwa di Tanah Air (di luar asuransi jiwa syariah full fledge). Ada enam perusahaan asuransi jiwa belum mempublikasikan neraca keuangan hingga batas waktu penyerahan laporan keuangan dipublikasi. Sementara tahun lalu LRMA melakukan kajian terhadap 50 perusahaan dari total 54 perusahaan asuransi jiwa dan empat belum mempublikasikan laporan keuangannya.
Memang, harus diakui pencapaian kinerja industri asuransi jiwa secara keseluruhan di sepanjang 2020 berdasarkan tabel sajian dari LRMA hasilnya masih belum lebih baik dibanding tahun sebelumnya.
Laba (rugi) sebelum pajak berubah positip dari Rp13,16 triliun pada 2019 menjadi Rp14,39 triliun di 2020. Pendapatan premi tumbuh sangat tipis 1,61 persen, dari Rp165,54 triliun per Desember 2019 menjadi Rp168,20 triliun per Desember 2020. Pertumbuhan premi ini tetap diikuti klaim yang melonjak dari tahun sebelumnya. Beban klaim dan manfaat naik 53,25 persen, dari Rp136,43 triliun di 2019 menjadi Rp209,08 di 2020.
Sementara itu, dari sisi aset naik 2,84 persen, dari Rp514,24 triliun per Desember 2019 menjadi Rp528,85 triliun per Desember 2020. Ekuitas tumbuh 3,56 persen, dari Rp104,55 triliun di 2019 menjadi Rp108,27 triliun di 2019. Sedangkan cadangan premi tumbuh tipis 2,40 persen dari Rp357,88 triliun pada 2019 sebesar Rp366,49 triliun di tahun selanjutnya. Untuk cadangan teknis naik 2,97 persen dari Rp368,52 triliun pada 2019 meningkat Rp379,48 triliun di 2020. **
Kinerja Asuransi Umum 2020, Premi Terkontraksi
Berdasar kajian Lembaga Riset Media Asuransi (LRMA), terlihat jelas dampak pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia hampir 10 bulan terakhir di tahun 2020. Kajian itu dilakukan atas laporan keuangan publikasi 70 perusahaan asuransi umum, di luar asuransi umum syariah full fledged, dan 3 perusahaan belum mempublikasikan laporan keuangannya saat kajian dilakukan.
LRMA mencatat, premi bruto asuransi umum turun 3,79 persen, dari Rp59,93 triliun per Desember 2019 menjadi Rp57,66 triliun per Desember 2020. Sedangkan premi neto turun 4,25 persen yoy, dari Rp34,94 triliun per Desember 2019 menjadi Rp33,45 triliun per Desember 2020. Namun di sisi lain, nilai klaim tetap tumbuh di masa pandemi ini. Klaim neto industri asuransi umum tumbuh 5,57 persen, dari Rp19,84 triliun per Desember 2019 menjadi Rp20,94 triliun per Desember 2020.
Sementara itu utang klaim turun 18,56 persen, yakni dari Rp1,32 triliun per Desember 2019 menjadi Rp1,08 triliun per Desember 2020. Penurunan utang klaim ini melanjutkan apa yang terjadi pada periode tahun sebelumnya, yakni utang klaim 2019 jika dibandingkan dengan utang klaim 2018 yang turun 14,35 persen yoy.
Secara keseluruhan, nilai aset industri asuransi umum tercatat naik 3,15 persen, dari Rp134 triliun per Desember 2019 menjadi Rp138,23 triliun per Desember 2020. Seiring peningkatan aset, nilai investasi juga meningkat 0,90 persen, dari Rp68,73 triliun per Desember 2019 menjadi Rp69,35 triliun per Desember 2020. Sedangkan nilai ekuitas tumbuh 5,95 persen, dari Rp50,47 triliun per Desember 2019 menjadi Rp53,47 triliun per Desember 2020.
Seiring pertumbuhan premi, cadangan teknis pun meningkat. Cadangan teknis tercatat meningkat 3,57 persen, yakni dari Rp58,3 triliun per Desember 2019 menjadi Rp60,38 triliun per Desember 2020
Sejalan dengan kondisi ini, laba industri asuransi di 2020 jika dibandingkan tahun sebelumnya juga turun. Namun perlu diingat bahwa industri asuransi umum tetap membukukan laba di 2020. Laba sebelum pajak di 2020 tercatat Rp5,34 triliun, turun dibandingkan laba sebelum pajak 2019 tercatat Rp5,63 triliun. Sedangkan laba bersih setelah pajak 2019 sebesar Rp4,89 triliun dan di tahun 2020 sebesar Rp4,44 triliun. **
Kinerja Asuransi Syariah 2020, Banyak Tantangan
Lembaga Riset Media Asuransi (LRMA) kembali melakukan kajian terhadap perusahaan-perusahaan asuransi dan reasuransi di industri perasuransian Indonesia, tidak terkecuali untuk industri asuransi syariah. Kali ini merupakan yang keempat kalinya Media Asuransi memberikan penghargaan khusus untuk kelompok asuransi dan reasuransi syariah ini, dinobatkan sebagai Best Sharia Insurance 2021.
Ada 18 indikator keuangan yang dijadikan LMRA dalam melakukan kajian untuk asuransi dan reasuransi Syariah untuk lolos dalam Best Insurance 2021. Dari hasil kajian oleh LRMA, 11 perusahaan asuransi dan reasuransi syariah full fledged di Indonesia –dari 13 perusahaan, namun 2 perusahaan belum mempublikasikan laporan keuangannya— menunjukkan kinerja cukup menggembirakan di 2020.
Hal ini dapat dilihat dari hasil kontribusi bruto meningkat 9,20 persen. Pada 2019 kontribusi tercatat sebesar Rp1,78 triliun dan di 2020 meningkat menjadi Rp1,95 triliun atau mengalami kenaikan sekitar Rp160 miliar.
Tumbuhnya kontribusi bruto ini memberikan dampak positif pada perolehan ujroh pengelola meningkat 10,90 persen, tahun 2019 tercatat Rp633,53 miliar dan di 2020 sebesar Rp702,57 miliar. Namun hasil underwriting dana tabarru’ anjlok 18,82 persen, dari sebelumnnya surplus Rp28,93 miliar di tahun 2019 menjadi defisit Rp5,44 miliar di 2020.
Kinerja positif lainnya dapat dilihat dari pertumbuhan aset yang naik 3,75 persen. Pada 2019, aset tercatat Rp8,43 triliun, sedangkan tahun 2020 senilai Rp8,74 triliun. Peningkatan juga terjadi dari sisi ekuitas, tahun 2020 mencapai Rp1,91 triliun, naik dari 2019 senilai Rp1,82 triliun atau naik 5,25 persen. Pencapaian positif lainnya perolehan laba sebelum pajak yang menguat 5,48 persen, dari Rp112,36 miliar di 2019 menjadi Rp118,52 miliar pada 2020.
Menarik juga untuk disimak dari cadangan teknis naik 17,65 persen. Di 2019 nilainya Rp1,77 triliun, namun 2020 menjadi Rp2,09 triliun.
Di sisi lain, kas dan bank industri ini tumbuh 40,01 persen menjadi Rp386,50 miliar pada 2020, dari sebelumnya Rp276,05 miliar di tahun 2019. Kinerja industri syariah yang positif juga dapat dilihat dari rasio solvabilitas dana perusahaan (rata-rata industri) yang mengalami kenaikan dari 1.693 persen pada 2019 menjadi 2.044 persen di tahun 2020. **
Kinerja Reasuransi 2020, Tahun Menantang
Tahun 2020 menjadi tahun sangat menantang bagi perusahaan reasuransi Tanah Air. Pandemi Covid-19 yang mengakibatkan kontraksi ekonomi nasional memiliki multiplier effect terhadap penurunan kinerja perusahaan asuransi baik asuransi jiwa maupun asuransi umum. Alhasil, perusahaan reasuransi pun ikut menanggung beban tersebut. Terbukti, hasil kajian Lembaga Riset Media Asuransi (LRMA) atas laporan keuangan publikasi perusahaan reasuransi periode 2019-2020 mencatat bahwa mayoritas perusahaan reasuransi mencatatkan kontraksi pendapatan premi bruto.
Hasil kajian LRMA mencatat bahwa dari 18 indikator keuangan industri reasuransi, sebanyak 6 indikator mencatatkan kontraksi yaitu indikator kas dan bank, hasil underwriting, jumlah beban usaha, laba sebelum pajak, laba setelah pajak, dan rasio beban (rata-rata industri). Padahal, tahun 2019, hanya satu indikator keuangan yang mengalami kontraksi yaitu rasio beban (rata-rata industri). Dari sisi pertumbuhan pun sejumlah indikator keuangan pada 2020 tercatat melambat dibandingkan kinerja 2019.
Sejalan dengan itu, pertumbuhan cadangan teknis hanya 5,17 persen tahun 2020 menjadi Rp10,46 triliun dibandingkan pada 2019 sebesar Rp9,95 triliun. Namun, beban klaim neto naik 11,54 persen menjadi Rp5,79 triliun pada 2020. Alhasil secara bottom line, industri reasuransi sepanjang 2020 membukukan penurunan laba setelah pajak 27,94 persen menjadi Rp476,38 miliar dibandingkan 2019 sebesar Rp661,07 miliar.
Meski membukukan penurunan kinerja profitabilitas, industri reasuransi berhasil menjaga tingkat solvabilitas-nya dimana rasio Risk Based Capital (RBC) rata-rata industri pada 2020 tumbuh 9,13 persen menjadi 497 persen dibandingkan dengan 2019 sebesar 455 persen. Sementara itu, rata-rata rasio kecukupan investasi (RKI) juga naik 11,74 persen pada 2020 menjadi 289,4 persen dibandingkan dengan 2019 sebesar 259 persen. (Jef)