Sigapnya Menteri Eko Dalam Mengentaskan Desa

Jakarta:(Globalnews.id) -Menteri Desa pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Eko Putro Sandjojo tidak main-main dengan tekadnya untuk mengentaskan desa dari kemiskinan. Menteri Eko tak cukup hanya dengan menggencarkan pelaksanaan empat program prioritas Kemendes PDTT, tetapi juga begitu sigap dalam mengawal dan menyikapi masukan dari daerah.

Seperti dalam kunjungannya ke Desa Bratasena Adiwarna Tulangbawang Lampung, Jumat (23/3/2018) lalu. Saat itu Menteri Eko menerima curhatan dari Bupati Tulang Bawang, Winarti soal ketersediaan listrik yang menjadi hambatan bagi para petambak udang untuk melakukan budidaya. Padahal mereka sudah menerima bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Mendengar itu, Menteri Eko langsung menelepon Menteri BUMN Rini Soemarno di hadapan Bupati Winarti untuk menyampaikan hal tersebut. Menteri Rini pun langsung menindaklanjutinya ke Direktur Utama PLN agar membantu para petambak udang dalam memenuhi kebutuhan listrik mereka.

Ketika dihubungi melalui sambungan telepon, Minggu (25/3/2018), Menteri Eko mengatakan bahwa dirinya sudah bertekad untuk bertindak all out dalam mengawal jalannya program percepatan pembangunan dan pemberdayaan desa yang tengah digencarkan oleh kementeriannya. “Kita berpacu dengan waktu. Jadi tidak bisa menunda-nunda lagi. Semua harus sigap dan tanggap,” ujar Menteri Eko.

Dalam kunjungannya ke Lampung, Menteri Eko bertatap muka dengan para petambak, sekaligus meninjau lokasi tambak udang yang kini menjadi Produk Ungulan Kawasan Desa (Prukades) di Desa Bratasena Adiwarna, Tulang Bawang. Pemkab Tulang Bawang merupakan salah satu dari 102 kabupaten yang awal Maret lalu melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) Prukades dengan Kemendes dan pihak swasta.

”Penandatangaan MOU ini, adalah sejarah yang kelak dapat memotivasi kita untuk mensukseskan Program Pencanangan Prukades untuk Budidaya Tambak Udang di wilayah Tulang Bawang,” ujar Winarti.

Prukades dianggap sebagai cara ampuh untuk mengusir kemiskinan dari wilayah pedesaan. Mengapa? Karena dengan Prukades, desa akan memiliki klaster ekonomi dari hulu ke hilir. “Ada banyak desa miskin di Indonesia karena tidak punya pasar. Nah, pasar itu apa? Sarana pascapanen sektor pertanian. Sarana pascapanen tidak bisa masuk ke desa karena skala produksinya tidak cukup, sehingga menjadi tidak ekonomis,” .” ujar Menteri Eko.

Eko menjelaskan, sekitar 82,77 persen penduduk desa saat ini hidup dari sektor pertanian. Mereka umumnya merupakan petani kecil dengan luas lahan garapan kurang dari 1 hektare. Bahkan tidak sediki juga diantara mereka yang tidak punya lahan garapan sama sekali –baik di pertanian, perkebunan maupun perikanan– sehingga hanya menjadi buruh tani.

Program Prukades adalah model yang dapat menguntungkan pihak petani maupun swasta. Masyarakat dapat berperan sebagai pelaku proses produksi, sedangkan swasta hanya berlaku sebagai rantai pemasaran sekaligus input bagi produksi.

Klaster ekonomi dibutuhkan untuk memenuhi skala produksi agar sarana pascapanen bisa masuk ke desa. “Ini yang melaksanakan masyarakat semua. Kalau dulu perusahaan punya tanah dan masyarakat menjadi pekerja saja, sekarang mereka bisa melakukan proses produksinya. Perusahaan yang membantu secara manajemen dan pascapanen. Masyarakat senang, karena mereka tidak hanya pekerja saja, tapi juga mempunya aset produksi yang pasarnya sudah ada,” jelas Eko.

Karena itu, kata Eko, pelaksanaan program Prukades kini digencarkan. Dengan bimbingan Pemerintah Kabupaten/Kota, desa-desa diharapkan mulai menentukan produk unggulannya.

Produk tersebut harus berasal dari potensi sumberdaya lokal, hal ini bertujuan agar sumberdaya yang ada di desa terpakai secara maksimal. Apabila sumberdaya berasal dari luar daerah atau dari luar desa, maka disarankan agar melakukan pengolahan kembali atau membuat nilai tambah yang bisa menjadikan pembeda antara produk yang didapatkan dari sumberdaya luar daerah dengan produk unggulan yang akan dipasarkan dari desa tersebut.

Menteri Eko menjelaskan, banyak keuntungan yang diperoleh dari Prukades. Pertama, menjadikan petani lebih terampil dan ahli. Karena, lanjut Eko, bila desa sudah fokus pada satu produk unggulan, maka akan muncul petani-petani yang fokus membudidayakan komoditi tertentu. “Ketika mereka fokus dan didukung dengan peningkatan kapasitas, belajar besama antar petani maka petani akan semakin terampil dan ahli,” ungkapnya.

Keuntungan kedua adalah mempermudah akses modal. Mengapa? Karena lembaga keuangan lebih mudah memberi pinjaman pada daerah yang memiliki produk unggulan. “Jika kapasitas produksi produk sudah baik dan berkelanjutan lembaga pembiayaan (Bank, Koperasi dll) akan bisa memberikan akses pembiayan untuk modal usaha,” ujarnya.

Tak cuma bank, kata Eko, Prukades juga menarik kalangan investor untuk bekerjasama. Apalagi bila produk unggulan desa tersebut berkualitas dan memiliki kontinyuitas. “Investasi bisa dilakukan pada kerjasama on farm (budidaya), off farm (pengolahan komodit) dan market (pemasaran). Sehingga pertumbuhan ekonomi desa akan semakin cepat dan merata,” tegas Eko.

Keuntungan yang tak kalah pentingnya dari Prukades, jelas Eko, adalah penyerapan lapangan tenaga kerja baru dan peluang usaha baru. Menteri Eko mencontohkan, penandatangan MoU atau nota kesepahaman Prukades antara Kemendes dengan 102 kabupaten dan 68 dunia usaha pada awal Maret lalu akan menciptakan investasi sekitar Rp 47 triliun. Dan dari investasi tersebut akan menyerap tenaga kerja sekitar 10 juta jiwa.

Mendes pun menyebutkan sejumlah bukti nyata keberhasilan Prukades, diantaranya di Pandeglang, Banten. Adanya bantuan hingga Rp60 miliar meliputi bantuan bibit, traktor hingga paska panen untuk Prukades di Pandeglang telah menurunkan jumlah desa tertinggal dari 174 desa tertinggal menjadi 54 desa saja.

Dia menambahkan, manfaat Prukades ialah untuk menyatukan skala ekonomi di wilayah yang perekonomiannya rendah. Misalnya di kawasan Melolo, Waingapu, Sumba Timur yang daerahnya sangat ekstrim itu akan dibangun perkebunan gula.

Diperkirakan pada 2019 nanti, katanya, akan bisa diproduksi 200.000 ton gula. ”Manfaat dari kerjasama ini ialah memberikan income kepada desa. Adanya investasi yang masuk juga akan membuka lapangan kerja,” jelasnya.

Lebih lanjut Menteri Eko menerangkan, tujuan utama dari kerja sama ini lebih kepada peningkatan ekonomi desa. Dampak keberlanjutannya ialah dengan ekonomi yang kuat maka menciptakan ketahanan pangan, meningkatkan pariwisata dan pembentukan Badan Usaha Milik Desa.

Pemerintah tentunya akan memberikan insentif bagi dunia usaha yang tertarik bekerjasama. Sementara bagi pemerintah Kabupaten yang serius mengikuti program Prukades akan diberikan insentif berupa bibit, pupuk, jembatan, traktor, dan kebutuhan lain kepada masyarakat desa setempat.

“Dengan model Prukades ini pemerintah nantinya akan memberi intensif berupa bibit, pupuk, traktor, infrastruktur agar mereka mau fokus satu komoditi tertentu agar memiliki skala ekonomi yang besar. Sehingga, dengan skala ekonomi yang besar itu, desa sudah tidak kesulitan lagi dengan sarana pasca panennya dan program inilah yang nantinya bisa meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan pertumbuhan ekonomi di desa,” paparnya.

Informasi lebih jauh, silakan kunjungi:
Website: http://www.kemendesa.go.id
Facebook: https://web.facebook.com/kemendesa.1
Twitter: https://twitter.com/kemendesa

(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.