JAKARTA:((Globalnews.id)-PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI memberikan dukungan dengan mengucurkan kredit senilai Rp 6 triliun kepada PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk atau SSMS. Perjanjian kerja sama kredit ini menjadi salah satu penopang rencana Manajemen SSMS pada tahun 2017 untuk memantapkan komitmen dalam mengembangkan usaha perkebunannya.
Emiten perkebunan sawit yang membentangkan lahan bisnisnya di Kalimantan Tengah ini akan terus konsisten membidik peluang-peluang pengembangan luas areal tanamnya. Tak hanya itu, SSMS juga akan terus mengembangkan usahanya, antara lain dengan membangun lebih banyak pabrik kelapa sawit.
“Dukungan BNI ini merupakan bentuk kepercayaan yang sangat berarti sekali buat PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk. Dukungan finansial BNI ini menjadikan kami semakin optimis dalam mengembangkan bisnis,” kata Direktur Keuangan SSMS, Nicholas Justin Whittle kepada wartawan di Jakarta, kemarin.
Untuk melengkapi fasilitas yang telah ada BNI turut memberikan dukungan dalam meningkatkan efektifitas transaksi keuangan SSMS, sebagai salah satu pengembang perkebunan kelapa sawit dan produk-produk turunannya, antara lain layanan cash management. Layanan cash management ini melengkapi dukungan lainnya yang sudah diberikan BNI sebelumnya.
Penandatanganan Nota Kesepahaman antara BNI dengan SSMS Tentang Penggunaan Jasa dan Produk Perbankan ini dilaksanakan di Jakarta, Jumat (13 Januari 2016). Hadir pada kesempatan tersebut Direktur Keuangan dan Risiko Kredit BNI Rico Rizal Budidarmo dan pendiri SSMS Group Abdul Rasyid Akhmad Saleh. Hadir juga pada kesempatan tersebut Direktur Utama SSMS Vallauthan Subraminam dan Direktur Keuangan SSMS Nicholas Justin Whittle.
Rico menuturkan, nota kesepahaman ini dilaksanakan dengan prinsip saling menguntungkan. Bidang-bidang kerja samanya antara lain penyimpanan dan pengelolaan dana dalam bentuk produk-produk perbankan yang disiapkan BNI, penggunaan fasilitas Integrated Cash Management antara lain BNI Direct hingga BNI e-tax, serta layanan corporate card dan individual card.
Perkebunan kelapa sawit merupakan subsektor pertanian yang prospektif, dimana Indonesia dan Malaysia berkontribusi 86% dari pasokan seluruh minyak sawit dunia. Permintaan terhadap minyak sawit juga berpotensi terus meningkat karena minyak sawit mentah (CPO) digunakan sebagai bahan baku biodiesel. Mandatory konversi minyak fosil ke minyak nabati di US, Afrika dan Indonesia akan meningkatkan permintaan CPO. Kelapa sawit juga paling efisien dan produktif dibanding minyak nabati lainnya.
Direktur Utama SSMS, Vallauthan Subraminam mengatakan, Perseroan ingin terus menambah luas lahan perkebunan sawit dari seluruh areal lahan yang saat ini mencapai hampir 100.000 hektar.
“Kami akan terus mencari peluang untuk meningkatkan dan mengembangkan area cadangan lahan dan area tertanam,” kata Vallauthan. Ditambahkannya, sebagian besar tanaman kelapa sawit yang dimiliki Perseroan sudah akan memasuki tahun puncak produksi.
“Kami selalu optimis bahwa profil tanaman yang kami miliki akan mendukung peningkatan produksi TBS untuk beberapa tahun ke depan,” katanya, seraya menambahkan bahwa tahun 2017 ini Perseroan juga berharap sudah bisa mulai membangun dua lagi pabrik kelapa sawit (PKS) di Kalteng.
Perseroan, menurut Vallauthan, akan terus melanjutkan rencana-rencana penanaman baru di atas lahan yang telah dimiliki. Bahkan, SSMS tahun 2017 ini telah menyiapkan belanja modal (capital expenditure/ capex) sebesar Rp 350 miliar yang akan digunakan untuk mewujudkan rencana penanaman baru tersebut. Selain untuk mendanai penanaman baru, capex sebesar itu juga akan dimanfaatkan untuk membiayai kebutuhan dana mengembangkan infrastruktur pabrik kelapa sawit (PKS).
Dijelaskan oleh Vallauthan Subraminam, SSMS sudah memantapkan rencana pengembangan lahan kebun seluas 13.000 hingga 15.000 hektar dalam tiga tahun ke depan. “Biayanya sekitar USD 6000 per hektar. Merupakan cost of maturity,” katanya seraya menambahkan bahwa akuisisi tersebut akan dilakukan sepanjang memenuhi kondisi yang baik, mulai dari aspek lingkungan, kualitas, dan perizinan.
SSMS sendiri, menurut dia, telah memasang target peningkatan produktivitas yang signifikan tapi tetap realistis dalam 3 tahun ke depan. Dalam tahun 2017 ini saja, misalnya, Perseroan telah mematok target peningkatan produktivitas hingga mencapai rata-rata 22 ton per hektar, naik 2 ton per hektar dibanding tahun 2016 lalu.
“Yang jelas, penambahan lahan akan terus dilakukan, tentunya dengan target peningkatan produktivitas. Sebab, usia tanam kita beda-beda. Mulai dari tanaman sawit 2006 sampai 2016 masih ditanam. Tapi ada dua kebun kita sekarang yang sudah mencapai 28-30 ton per hektar,” ujar Vallauthan.
Ia juga optimis, dengan harga crude palm oil (CPO) yang terus membaik di tengah iklim yang juga telah “bersahabat” dengan binis sawit, kinerja Perseroan akan ikut semakin baik. “Fundamental bisnis kami sudah kokoh. Karena itu, kami sangat optimis, ke depan nanti SSMS akan berkembang menjadi salah satu perusahaan perkebunan sawit yang akan sangat diperhitungkan,” ujar Vallauthan.
Menurut dia, harga CPO tahun ini hampir pasti akan tetap pada kisaran yang positif. Kebutuhan CPO dari negara-negara di kawasan Asia, khususnya Cina dan India, diprediksi akan meningkat, seiring dengan meningkatnya kebutuhan dari industri-industri oleokimia dan biodiesel.
Saat ini, Perseroan mengoperasikan 6 unit pabrik kelapa sawit, masing-masing di daerah Sulung, Natai Raya, Suayap, Selangkun, Malata dan Nanga Kiu yang secara rata-rata memiliki kapasitas produksi minyak sawit mentah sebesar 1.800 metrik ton per hari, dengan utilisasi tak kurang dari 60 persen.
Luas lahan sawit Perseroan di Kalimantan Tengah per September 2016 mencapai 95.770 hektar dengan lahan tertanam per September 2016 lalu mencapai 68.479 hektar. (jef)