JAKARTA(Globalnews.id)- Media Asuransi memberikan penghargaan Insurance Award 2017 kepada 33 perusahaan asuransi terbaik berdasarkan kinerja keuangan tahun 2016.
Penghargaan diserahkan kepada 33 perusahaan reasuransi, asuransi umum, dan asuransi jiwa, di Hotel Le Meridien Jakarta, Rabu malam, 7 Juni 2017. Kali ini merupakan penyelenggaraan Insurance Award yang ke-11, semenjak Media Asuransi mengadakan acara tahunan ini pada tahun 2007.
Penghargaan diserahkan Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank (IKNB) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Firdaus Djaelani, dan para ketua asosiasi perasuransian anggota Dewan Asuransi Indonesia (DAI), dan direksi PT Media Asuransi Indonesia selaku penerbit Media Asuransi.
Ketua Dewan Juri Insurance Award 2017 Harry Purwanto saat memberikan sambutan mengatakan bahwa Dewan Juri mendasarkan penilaian dengan mempertimbangkan kepentingan pemegang saham maupun pemegang polis. Hal itu tergambarkan dalam sembilan kriteria penilaian untuk bisa meraih predikat sebagai the best.
Berdasarkan data hasil riset yang dilakukan oleh Lembaga Riset Media Asuransi (LRMA), maka Dewan Juri memutuskan ada 33 perusahaan yang berhak atas predikat Best Insurance 2017, yakni 12 perusahaan asuransi jiwa, 15 perusahaan asuransi umum, tiga perusahaan reasuransi, dan tiga perusahaan asuransi syariah (full fledged). Untuk asuransi jiwa dibagi dalam empat kelompok berdasarkan ekuitasnya, sedang asuransi umum dibagi dalam lima kelompok. Berikut daftar Best Insurance 2017:
Best General Insurance 2017 dengan Ekuitas Rp1,5 Triliun ke Atas
PT Asuransi Adira Dinamika
PT Asuransi Astra Buana
PT Asuransi Sinar Mas
Best General Insurance 2017 dengan Ekuitas Rp500 Miliar – Rp1,5 Triliun
PT Asuransi Bangun Askrida
PT Asuransi Bringin Sejahtera Artamakmur
PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk.
Best General Insurance 2017 dengan Ekuitas Rp250 Miliar – Rp500 Miliar
PT Asuransi Umum BCA
PT Asuransi Bumiputeramuda 1967
PT Asuransi Kresna Mitra Tbk.
Best General Insurance 2017 dengan Ekuitas Rp150 Miliar – Rp250 Miliar
PT Asuransi Mitra Pelindung Mustika
PT Asuransi Buana Independent
PT MNC General Insurance
Best General Insurance 2017 dengan Ekuitas Rp100 Miliar – Rp150 Miliar
PT Asuransi Cakrawala Proteksi Indonesia
PT Avrist General Insurance
PT Bess Central Insurance
Best Re Insurance 2017
PT Tugu Reasuransi Indonesia
PT Reasuransi Nasional Indonesia
PT Reasuransi Indonesia Utama
Best Life Insurance 2017 dengan Ekuitas Rp2,5 Triliun ke Atas
PT Asuransi Jiwasraya (Persero)
PT AIA Financial
PT Prudential Life Assurance
Best Life Insurance 2017 dengan Ekuitas Rp1 Triliun – Rp2,5 Triliun
PT Commonwealth Life
PT AXA Mandiri Financial Services
PT Avrist Assurance
Best Life Insurance 2017 dengan Ekuitas Rp350 Miliar – Rp1 Triliun
PT Asuransi Simas Jiwa
PT Asuransi Jiwa Adisarana Wanaartha
PT Equity Life Indonesia
Best Life Insurance 2017 dengan Ekuitas Rp100 Miliar – Rp350 Miliar
PT Asuransi Jiwa Mega Indonesia
PT Asuransi Jiwa Tugu Mandiri
PT Asuransi Jiwa Indosurya Sukses
Best Sharia Insurance 2017
PT Asuransi Takaful Keluarga
PT Asuransi Jiwa Syariah Al Amin
PT Asuransi Sonwelis Takaful
Kinerja Masih Tinggi, Ekuitas Terus Bertambah
Kinerja industri asuransi jiwa menunjukkan pertumbuhan yang signifikan selama tahun 2016. Lembaga Riset Media Asuransi (LRMA) melakukan kajian terhadap neraca publikasi perusahaan asuransi jiwa tahun 2016 –ada 46 perusahaan yang telah mempublikasikan neraca keuangannya dari total 48 perusahaan asuransi jiwa— menunjukkan beberapa pertumbuhan yang cukup tinggi. Sala satu yang menonjol adalah nilai hasil investasi yang mengalami lonjakan tinggi.
“Hasil investasi meningkat hingga 2.441 persen. Tahun 2015 asuransi jiwa mencatat kerugian investasi hingga sebesar Rp1,36 triliun. Sedangkan tahun 2016 berhasil mencatat hasil investasi, atau untung, sebesar Rp31,87 triliun,” kata Pemimpin Lembaga Riset Media Asuransi (LRMA) Mucharor Djalil, di sela-sela acara Insurance Award 2017 di Hotel Le Meridien-Jakarta, Rabu (7/6/2017) malam.
Dijelaskan juga bahwa pencapaian laba komprehensif meningkat, hampir menyentuh angka pertumbuhan 55 persen pada 2016. Naik dari Rp9,35 triliun di tahun 2015 menjadi Rp14,48 triliun di tahun 2016. Aset juga tumbuh cukup tinggi, yakni meningkat 23 persen, dari sebesar Rp338,36 triliun tahun 2015 menjadi Rp417,97 triliun pada 2016. Sedangkan pendapatan premi tumbuh 25,4 persen, di tahun sebelumnya masih sebesar Rp122,04 triliun kemudian mencapai Rp153,04 triliun pada tahun 2016.
Di sisi lain, kenaikan juga terjadi pada klaim neto yang melonjak hingga 82 persen. Pada tahun 2015 klaim neto tercatat sebesar Rp74,90 triliun kemudian meningkat menjadi Rp136,63 triliun di tahun 2016. Sementara itu kewajiban naik 23,6 persen menjadi Rp323,87 triliun pada 2016, dibanding tahun 2015 sebesar Rp262 triliun. Sedangkan klaim bruto hanya naik tipis 15,84 persen.
Sementara itu untuk asuransi umum, menurut Mucharor Djalil masih terpengaruh oleh kondisi perekonomian yang belum sepenuhnya pulih di tahun lalu. Hal ini terlihat dari nilai aset 75 perusahaan asuransi umum di tahun 2016 tercatat sebesar Rp125,39 triliun. Naik dua persen jika dibandingkan aset 2015 sebesar Rp122,85 triliun.
Sayangnya, dari sisi premi langsung, industri ini mengalami pertumbuhan yang negatif di tahun lalu. Total premi langsung di tahun 2016 tercatat sebesar Rp53,67 triliun, turun satu persen dibandingkan premi langsung 2015 yang sebesar Rp54,39 triliun. “Pertumbuhan ekonomi di tahun 2016 sebesar 5,02 persen, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2015 yang tercatat sebesar 4,76 persen, tidak langsung mendongkrak pertumbuhan premi langsung asuransi umum,” tandasnya.
Walau pertumbuhan premi langsung memang negatif, menurut Mucharor Djalil, premi neto asuransi umum masih mencatatkan pertumbuhan positif yakni sebesar empat persen. Jika di tahun 2015 premi neto asuransi umum tercatat sebesar Rp28,58 triliun, di tahun 2016 nilainya naik menjadi Rp29,86 triliun.
Pertumbuhan yang positif juga terjadi pada nilai ekuitas dan investasi. Untuk ekuitas, pertumbuhannya mencapai tujuh persen, dari Rp44,87 triliun di tahun 2015 menjadi Rp48,22 triliun di tahun 2016. Sedangkan investasi tumbuh empat persen, yakni dari Rp59,45 triliun di tahun 2015 menjadi Rp61,58 triliun di tahun 2016.
Sayangnya, walau nilai klaim bruto turun sekitar tiga persen, nilai klaim neto justru melonjak sebesar 17 persen. Klaim bruto 2015 sebesar Rp28,5 triliun, turun menjadi Rp27,76 triliun di tahun 2016. Sedangkan klaim neto naik dari Rp16,96 triliun di tahun 2015, menjadi Rp19,9 triliun di tahun 2016. Jumlah beban juga tumbuh tinggi, yakni sebesar 14 persen, dari Rp9,25 triliun di tahun 2015 menjadi Rp10,51 di tahun 2016.
Dari sisi pendapatan, hasil underwriting tumbuh 11 persen yakni dari Rp10,86 triliun di tahun 2015 menjadi Rp12,08 triliun di tahun 2016. Namun hasil investasi relatif tidak tumbuh, walau masih mencatat nilai yang cukup tinggi, yakni sebesar Rp4,42 triliun. Hampir sama dengan tahun sebelumnya yakni sebesar Rp4,41 triliun. Dengan demikian, industri asuransi umum di tahun lalu juga masih mampu membukukan laba komprehensif sebesar Rp4,5 triliun.
Mengenai kinerja asuransi syariah, LRMA melakukan kajian terhadap 11 perusahaan asuransi dan reasuransi syariah full fledged. Hasilnya, kontribusi bruto yang meningkat signifikan, yaitu sebesar 83 persen, dari Rp677,06 miliar pada tahun 2015 menjadi Rp1,24 triliun di tahun 2016.
Namun, di samping itu klaim bruto juga mengalami kenaikan yang lebih tinggi lagi yaitu 151 persen, dari Rp281,96 miliar menjadi Rp707,37miliar di tahun 2016. Agaknya faktor ini menyebabkan surplus dana tabarru industri asuransi ini menurun sekitar 10 persen, dari Rp109,38 miliar di tahun 2015 menjadi Rp98,47 miliar di tahun 2016.
Walaupun demikian, kelebihan kekayaan dana qardh tetap menunjukkan kenaikan yang signifikan, yaitu sebesar 158 persen dari Rp239,89 miliar di tahun 2015 menjadi Rp 619,90 di tahun 2016.
Dari sisi aset, kinerja industri asuransi syariah juga boleh dibilang cukup menggembirakan. Pada tahun 2016 terjadi kenaikan aset di industri ini sebesar 45 persen, dari Rp2,17 triliun pada tahun 2015 menjadi Rp3,14 triliun di tahun setelahnya. Pertumbuhan lainnya juga terjadi pada ekuitas sebesar 71 persen, dari Rp594,54 miliar pada tahun 2015 menjadi Rp1,01 triliun di tahun 2016. Begitu juga dengan nilai investasi, terjadi peningkatan sebesar 55 persen, dari Rp1,56 triliun pada tahun 2015 menjadi Rp2,43 triliun di tahun 2016.
“Menarik juga untuk diperhatikan, sebuah peningkatan yang sangat fantastis terjadi pada laba dana perusahaan yang tercatat tumbuh sebesar 599 persen. Pada tahun 2015 laba dana perusahaan hanya tercatat sebesar Rp3,82 miliar, pada tahun 2016 meloncat tinggi hingga menjadi Rp26,73 miliar,” tutur Mucharor Djalil.
Sementara itu untuk kinerja reasuransi, menurut dia masih ada pengaruh dari berlakunya Surat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No. S-77/D.05/2014 tentang Optimalisasi Kapasitas Dalam Negeri.
Dari lima perusahaan reasuransi, secara industri premi meningkat 43 persen, di tahun 2015 tercatat sebesar Rp9,45 triliun dan pada 2016 naik menjadi Rp13,54 triliun. Pertumbuhan aset sebesar 14 persen, dari Rp14,85 triliun pada tahun 2015 menjadi Rp16,98 triliun di tahun 2016. Sedangkan pertumbuhan premi neto sebesar 19 persen, yakni tercatat Rp6,19 triliun di tahun 2015 kemudian naik menjadi Rp7,36 triliun di tahun 2016. Bersamaan dengan itu, terjadi kenaikan klaim neto sebesar 15 persen, pada tahun 2015 klaim neto tercatat sebesar Rp4,07 triliun dan pada tahun 2016 tercatat sebesar Rp4,70 triliun.
Sementara itu, kenaikan tipis juga terlihat pada laba komprehensif yaitu sebesar sembilan persen, pada tahun 2015 laba komprehensif tercatat sebesar Rp982,31miliar kemudian menjadi Rp1,07 triliun di tahun 2016. Kenaikan cukup tinggi terjadi pada hasil underwriting yang tercatat tumbuh 30 persen, dari Rp1,05 triliun di tahun 2015 menjadi Rp1,36 triliun di tahun 2016. Sedang hasil investasi hanya meningkat tiga persen saja, tahun 2015 tercatat sebesar Rp603,14 miliar dan pada 2016 tumbuh menjadi Rp619,38 miliar. (jef)