Jakarta: (globalnews.id) – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) menggelar Economic Outlook 2019 untuk memaparkan kondisi ekonomi global dan domestik terkini. Economic Outlook 2019 mengangkat tema dan isu ekonomi yang berkembang saat ini serta kebijakan-kebijakan baru dari Bank Indonesia yang berpengaruh pada bisnis pelaku usaha. Tema yang diangkat pada acara kali ini adalah Sosialisasi Transaksi Domestic Non Deliverable Forward (DNDF) dan Local Currencies Settlement (LCS).
Seminar ini dilaksanakan di Jakarta, Rabu (27 Februari 2019) dan dibuka oleh Direktur Hubungan Kelembagaan BNI Adi Sulistyowati dan dihadiri oleh 60 nasabah korporasi eksportir dan importir. Peserta antusias mendengarkan penjelasan dari narasumber yaitu Direktur Pengembangan Pasar Bank Indonesia Yoga Affandi yang memaparkan materi Transaksi DNDF dan Skema transaksi LCS. Selain itu, materi mengenai kondisi ekonomi makro dibawakan oleh Chief Economist BNI Kiryanto. Adapun materi mekanisme transaksi DNDF dan LCS disampaikan oleh Head of Derivative and Structured Product Group Divisi Tresuri BNI Ikhwani Fauzana.
DNDF merupakan transaksi derivatif valas terhadap rupiah yang standar (plain vanilla) berupa transaksi forward dengan mekanisme fixing yang dilakukan di pasar domestik. Sedangkan mekanisme LCS merupakan kesepekatan kerjasama bilateral antara Indonesia dengan Malaysia dan Thailand untuk meningkatkan penggunaan mata uang lokal yaitu rupiah, ringgit, dan baht dalam transaksi pembayaran barang dan jasa antara Indonesia, Malaysia, dan Thailand.
Transaksi DNDF dan skema transaksi LCS merupakan salah satu langkah BI dalam menjaga stabilitas rupiah. Produk Domestic Non Deliverable Forward (DNDF) diluncurkan pada akhir tahun 2018 dan mekanisme transaksi Local Currencies Settlement (LCS) diluncurkan pada Triwulan 1 2018. Produk yang baru diluncurkan oleh BI ini perlu disosialisasikan lebih lanjut oleh BI agar eksportir dan importir mendapatkan manfaat penuh dari produk yang diluncurkan oleh BI tersebut.
Adi Sulistyowati mengungkapkan, BNI berkomitmen ikut serta dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, antara lain dengan memberikan dukungan terhadap BI dalam mensosialisasikan dan memasarkan transaksi DNDF dan skema transaksi LCS. Tujuannya, agar produk tersebut lebih dimanfaatkan para pelaku pasar, diantaranya adalah eksportir dan importir yang menjadi nasabah BNI.
“Salah satu program BNI dalam mendukung aktifnya transaksi DNDF dan skema transaksi LCS adalah dengan mengangkat tema pada Event Economic outlook 2019 dan Customer Gathering yang diadakan oleh BNI,” ujarnya.
Pada kesempatan ini BNI juga memberikan beberapa award kepada beberapa perusahaan. Diantaranya adalah award untuk Pertamina sebagai The Most Active Hedging Transaction 2018, PLN sebagai The Most Local Currencies Settlement (LCS), dan Sinar Mas Agro Resources & Technology sebagai The Most Active Forex Transaction for Corporate in 2018.
Animo eksportir dan importir terhadap LCS cukup tinggi, hal ini terlihat dari total transaksi Local Currencies Settlement (LCS) dengan nasabah pada tahun 2018 (atau tahun pertama diluncurkannya LCS) adalah sebesar Rp 1,15 triliun. BNI mencatatkan peningkatan volume transaksi valuta asing dengan nasabah sebesar 14,04% (year on year/ yoy) pada tahun 2018. Begitu juga volume transaksi lindung nilai (hedging) dengan nasabah BNI pada tahun 2018 meningkat 27,53% yoy.(jef)