Arsip Kategori: ekbis

Perekonomian 2017 Tumbuh Moderat dengan Fundamental yang Kuat

20161115_133858

JAKARTA- (Globalnews.id) : Bank Indonesia (BI) optimis pertumbuhan ekonomi pada tahun 2017 mendatang akan bisa mencapai 5,1 persen. Sementara pertumbuhan global hanya sekitar 3,2 persen.Hal ini dikarenakan harga komoditas pada tahun depan diperkirakan  akan tumbuh sekitar 7 persen dari tahun 2016 hanya 3,2 persen.

“Kami optimis pertumbuhan ekonomi tahun 2017 sekitar 5,1 persen, karena harga komoditas meningkat hingga 7 persen,” kata Direktur Eksekutif Dept Ekonomi &  Kebijakan Moneter Bank Indonesia (BI) Juda Agung , dalam Economic Outlook 2017, yang digelar KJR (Komunitas Jurnalis Radio) di Jakarta, Selasa (15/11).

Selain Yuda,acara ini juga menghadirkan  praktisi perbankan Ryan Kiryanto,Direktur Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu, Parjiono, dan Ketum HIPMI Bahlil Lahadalia.

Sementara pada tahun 2016 ini pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya sekitar 5 persen. Pertumbuhan ekonomi ini didorong oleh konsumsi dalam negeri seperti konsumsi rumah tangga serta adanya fiskal atau belanja pemerintah dibidang investasi atau di sektor infrastruktur.

Lebih lanjut dikatakan Juda, untuk pencapaian target pada tahun 2017 sangat dipengaruhi oleh kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah serta BI tahun 2016 seperti adanya pengeluaran paket kebijakan, serta adanya penurunan BI rate atau Repo rate hingga 150 basis poin, bahkan tingkat suku bunga juga sudah mulai turun 108 basis poin, serta tingkat suku bunga kredit yang juga sudah turun hingga 60 basis poin.

Namun, tambah Juda, meskipun tingkat suku bunga kredit sudah turun, namun perbankan sangat hati hati menyalurkan kreditnya, karena kredit bermasalah (NPL) sangat tinggi, serta permintaan kredit yang cenderung berkurang. Bahkan di sektor investasi permintaannya juga mengalami negatif.

“Penurunan suku bunga kredit ini memang tidak bisa dipisahkan dari konsolidasi perbankan, walaupun saat ini NPL sudah berada di puncak dan diperkirakan akan menurun, tetapi hal ini membuat perbankan cenderung sangat hati hati dalam menyalurkan kreditnya,”tegasnya.

Dikatakan, untuk investasi ini, sangat diharapkan pembiayaan dari sektor swasta non bank. Hingga September 2016 pembiayaan dari non bank  sudah mencapai Rp 154 triliun. Jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan tahun 2015 lalu yang mencapai Rp 80 triliun.

Juda juga mengatakan, dengan adanya dana repatriasi yang masuk ke perbankan hingga akhir tahun mencapai Rp 143 triliun, maka likuiditas di pasar akan lebih banyak, sehinga dana pembiayaan untuk tahun 2017 mendatang juga lebih besar.

“Sumber dana pembiayaan kita berasal dari repatriasi, yang hingga Desember 2016 ini diperkirakan mencapai Rp 143 triliun, yang sudah masuk September Rp 10 triliun, dan bulan Oktober akan masuk Rp 40 triliun, jadi hingga Desember kita perkirakan akan masuk Rp 100 triliun. Masih ada sisa waktu 1,5 bula. Bila dana ini semua masuk, maka likuiditas kita sangat cukup untuk pembiayaan tahun 2017 mendatang,” tegasnya.

Juga juga mengakui, tantangan pada tahun 2017 tidak ringan, terutama dari faktor eksternal. Misalnya pengaruh dari terpilihnya presiden. Amerika Serikat Donal Trump yang diluar perkiraan banyak pihak yang membuat pasar cenderung bergerak cepar.

“Dipasar keuangan terus bergeraK lebih cepat dengan terpilihnya presiden AS yang di luar perkiraan semua pihak, ini membuat emerging market  mengalami shok, “paparnya. (jef)

 

Baru dibuka, BNI Seoul Raup Laba USD 1 Juta

BNI Seoul
BNI Seoul

SEOUL-(Global News): PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Seoul atau BNI Seoul berhasil mancapai hasil signifikan dan diluar perkiraan sebelumnya.

Dalam proposal feasibility study yang disusun pada saat awal pembukaan BNI Seoul ditargetkan bahwa BNI Seoul baru akan membukukan keuntungan pada tahun ke-6 terhitung sejak beroperasi pada 14 Februari 2016.

Namun, realiasinya, BNI Seoul sudah mampu mencetak profit hanya dalam waktu 6 bulan sejak pertama kali beroperasi.

Bahkan, sampai dengan bulan Oktober 2016 BNI Seoul telah membuku keuntungan sebesar USD 1 juta atau equivalen Rp 13 miliar, dimana kontribusi pendapatan BNI Seoul berasal dari beberapa lini bisnis BNI Seoul yaitu Treasury, Loan, Trade Finance dan Remittance..

Pemimpin Kantor Cabang BNI Seoul Andi Aryadi mengungkapkan hal tersebut di Seoul, Korea Selatan, Kamis  (10 November 2016)

“Salah satu faktor kunci keberhasilan BNI Seoul adalah customer base yang sudah lebih dari seribu orang, serta rata-rata transaksi remitansi ke dalam dan keluar Korea Selatan yang dilayani BNI Seoul mencapai lebih dari 1.500 slip per bulan,” katanya.

Kunci keberhasilan lainnya yang juga mendukung kinerja BNI Seoul adalah kultur kerja pegawai di Korea Selatan yang terkenal sangat berdedikasi dan disiplin pada setiap level, sehingga mendukung tumbuhnnya budaya kreatif dan kerja keras yang sangat dibutuhkan oleh sebuah perusahaan yang baru beroperasi.

“Faktor sukses tambahan adalah keberhasilan BNI Seoul menjalin hubungan baik sehinga memperoleh dukungan dari berbagai pihak seperti dari Keduataan Besar Republik Indonesia atau KBRI di Seoul, Badan Koordinasi Penanaman Modal atau BKPM Seoul, serta Asosiasi Korea Indonesia, yang secara terus menerus membantu memperkenalkan BNI kepada masyarakat Indonesia dan pelaku bisnis yang terkait dengan Indonesia.

Tentunya dukungan dari internal unit BNI di Jakarta juga sangat membantu keberhasilan BNI Seoul. Dukungan-dukungan ini kemudian membuka peluang bisnis bagi BNI Seoul, baik di remittansi, trade finance, dan pembiayaan,” ujar Andi. (jef)

Kehadiran BNI Seoul Korea disambut Positif TKI

banking Hall BNI Cabang Seoul Korea
banking Hall BNI Cabang Seoul Korea

SEOUL- (Global News) :Kehadiran BNI di Kota Seoul ditanggapi sangat positif terutama oleh Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang berada di Korea Selatan yang jumlahnya mencapai 45 ribu orang.

Dengan status Kantor Cabang Berlisensi Penuh (Full Branch), BNI Seoul menawarkan pembukaan rekening di Korea dengan produk Taplus KRW (Korean Won) dan Taplus USD (Dollar Amerika Serikat).

Pemimpin Kantor Cabang BNI Seoul Andi Aryadi mengungkapkan hal tersebut di Seoul, Korea Selatan, Kamis  (10 November 2016). Menurut ia, BNI Seoul juga membantu masyarakat Indonesia di Korea Selatan yang ingin memiliki rekening BNI dalam negeri atas nama sendiri, baik dalam mata uang rupiah dan USD.

Pelayanan ini sekaligus merupakan upaya bagi BNI untuk membuat tarif kiriman uang TKI ke Indonesia menjadi jauh lebih murah.

Sebelumnya, TKI yang mengirimkan uang  lewat untuk keluarga, teman, membayar cicilan, membayar tagihan, maka mereka akan terkena biaya kirim lebih dari 1 kali kiriman, dan mengingat biaya kirim dari Korea Selatan cukup mahal, berkisar Rp 250 – 300 ribu per kiriman, maka melalui pembukaan BNI Taplus IDR TKI dapat menghemat banyak.

Para TKI cukup mengirimkan sekali ke rekening BNI Taplus IDR-nya dan melakukan sendiri transfer ke keluarga, teman ataupun keperluan lainya dengan menggunakan internet banking. Layanan ini biayanya sangat murah dan beberapa bahkan gratis.

Selain remitansi retail oleh TKI, BNI Seoul juga membidik transaksi remittansi, trade finance dan pembiayaan untuk perusahaan Korea yang beroperasi di Indonesia.

Terdapat lebih dari 3.000 perusahaan Korea yang beroperasi di Indonesia. BNI Seoul secara aktif menawarkan kepada perusahaan tersebut untuk menyalurkan transaksinya kepada BNI.

Jaringan kantor BNI yang luas di Indonesia, yang dekat dengan lokasi perusahaan asal Korea Selatan tersebut membuat operasional perusahaan Korea menjadi lebih mudah. Melaui kapasitas yang dimilikinya, BNI Seoul berupaya menawarkan tarif yang bersaing dengan bank-bank Korea.

Aktifitas lain yang yang dikembangkan oleh BNI Seoul adalah transaksi treasury di Dealing Room. Transaksi treasury ini ditunjukan untuk memonitor likuiditas kantor cabang dan menyediakan nilai tukar dan sekaligus transaksi money changer kepada nasabah, termasuk untuk transaksi kiriman uang.

Untuk menopang pendapatan BNI Seoul, Dealer BNI Seoul juga aktif melakukan transaksi di pasar modal, dengan tetap pada fokus bisnis, yakni kepada aset-aset yang terkait dengan Indonesia. (jef)