oleh: Djauhari Effendi
Tidak bisa dihindari kemaJuan zaman selalu diikuti kemajuan teknologi. Dari kemajuan teknologi ini, keperluan atau kebutuhan manusia semakin menuntut semuanya serba cepat dan mudah alias efesien.
Tidak terkecuali dunia perbankan sebagai industri kemajuan bertransaksi. Bank-bank berusaha menawarkan berbagai layanan yang mumpuni dengan akses kemudahan dalam percepatan bertransaksi.
Untuk itu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai regulator yang mengawasi perbankan nasional mendorong industri perbankan untuk menerapkan layanan teknologi digital (digital banking). Langkah tersebut diperlukan untuk meningkatkan efisiensi perbankan, sehingga berdampak pada penurunan suku bunga.
“Pemanfaatan teknologi digital secara optimal, diyakini dapat meningkatkan efisiensi pada industri perbankan, yang pada akhirnya dapat menurunkan suku bunga,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Nelson Tampubolon beberapa waktu lalu.
Disadari, kedepan pengembangan layanan perbankan memang dihadapkan pada beberapa tantangan. Di antaranya, mengubah pola pikir masyarakat bahwa bank kini bukan hanya sekedar tempat menyimpan uang, namun juga alat bertransaksi secara mudah dan cepat.
Akan tetapi, dalam mewujudkan suatu bank tersebut menjadi lebih efesien, maka diperlukan nilai investasi informasi teknologi (IT) yang besar, tujuannya agar dapat mengelola hubungan antara industri perbankan dan telekomunikasi serta penyelarasan dengan regulator.
Untuk memberikan rasa percaya dan aman bagi nasabah, maka OJK telah membentuk Tim Taskforce Digital Banking untuk mendorong berbagai program digital banking. Tim telah melakukan serangkaian diskusi dengan berbagai pihak seperti perbankan, Kemenkominfo, Kemendagri, PPATK, Bareskrim Polri, Dewan Ketahanan Nasional, Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), Desk Ketahanan dan Keamanan Informasi Cyber Nasional (DK2ICN), Kemenkopolhukam, perwakilan perusahaan telekomunikasi, dan pakar pengamanan informasi.
“Berdasarkan diskusi tersebut, perbankan nasional serta penyedia jasa telekomunikasi sudah dan akan menghadirkan sejumlah layanan berbasis teknologi digital agar transaksi perbankan menjadi lebih efisien, mudah, dan lebih simpel,” jelas Nelson.
Dari OJK sendiri penerapan digital banking menyoroti beberapa hal penting untuk dikembangkan. Pertama, pentingnya penggunaan single identity seperti e-KTP sebagai basis data nasabah.
Kedua, perlunya standardisasi dan peningkatan kedisiplinan implementasi SOP telekomunikasi, khususnya pada saat penggantian SIM card nasabah dalam mendukung layanan digital banking.
“Peningkatan pengamanan dalam penerapan digital banking menyebabkan pintu masuk bagi pelaku cyber crime menjadi lebih terbuka, sehingga salah satu solusi pengamanannya melalui digital certificate dari Certificate Authority serta penerapan standar keamanan yang memadai terhadap mitra bank sesuai risk appetite bank,” jelas Nelson.
Pengoptimalan digital banking, selain meningkatkan efisiensi perbankan, dipercaya OJK bisa menekan angka bunga yang dibebankan pada nasabah. Apalagi pengoptimalan layanan digital ini sejalan dengan kebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mendorong ekonomi digital.
PT Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk, sebagai bank pemerintah yang menjadi pelopor penyedia rumah bagi lapisan masyarakat, turut mengoptimalkan kemudahan layanan dengan memasuki periode transformasi digital banking pada tahun ini.
Direktur Utama BTN, Maryono menyebutkan, BTN akan mengoptimalkan penggunaan fitur-fitur transaksi elektronik yang dimilikinya, dengan memasuki transformasi periode digital banking untuk seluruh produk dan transaksi secara bertahap.
Dalam upaya ini tak tanggung-tanggung BTN akan menggelontorkan anggaran operasional sebesar Rp8 miliar per bulan, untuk kepastian pengembangan proyek digital banking. Biaya tersebut digunakan untuk menyewa data center dalam rangka pengembangan digital banking.
Proses pengembangan digital banking ini akan dilakukan terus oleh BTN hingga mencapai target kepuasan nasabah. Setelah itu, bank pelat merah ini akan melakukan intergasi berbagai aplikasi e-channel sebagai jawaban dari tuntutan kemajuan industri perbankan.
Seluruh outlet Bank BTN ke depannya akan terfasilitasi layanan berbasis digital banking, hal ini guna menghadapi era persaingan bebas di lingkup Asia Tenggara (Asean). “Kami tinggal melangkah sedikit dengan menjadikan teknologi untuk mempercepat layanan kepada nasabah yang berbasis digital banking,” urai Maryono.
Menurut Maryono, upaya mengoptimalkan layanan digital banking tersebut merupakan bagian dari transformasi di internal BTN. Sebab teknologi merupakan informasi penting bagi BTN, ketika persaingan di era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) sudah di depan mata.
Saat ini Bank BTN sebagai pemegang pangsa pasar terbesar untuk segmen perumahan dalam hal Kredit Kepemilikan Rumah (KPR), mengguasai pangsa pasar mencapai 30,6 persen. Sementara pangsa pasar KPR subsidi BTN mencapai 98 persen dari total pembiayaan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).
Layanan digital banking ini merupakan periode kedua bagi Bank BTN menjalankan proses transformasi, dimana layanan berbasis digital yang diusung perseroan seperti mobile banking, internet banking dan cash management.
“Pengembangan digital banking ini dimaksudkan juga untuk meningkatkan kecepatan layanan serta volume bisnis Bank BTN. Bertepatan dengan HUT BTN ke 67, kami akan terus me-launching pembukaan kantor layanan Bank BTN Digital Lounge,” papar Maryono.
Di Bank BTN Digital Lounge tersedia ATM, CDM, e-KTP reader, Pin Pad, all in one PC, internet corner, digital banner interactive, pembukaan tabungan melalui web, permohonan KPR, pembukaan deposito dan giro hingga setor dan tarik tunai.
Termasuk Bank BTN untuk layanan transaksi perbankan secara elektronis meliputi oppening account, teller push form, notifikasi transaksi, prepaid card, Laku Pandai, EDC dan web recruitment.
Dalam rapat kerja (raker) BTN 2017 di bulan Februari lalu yang dihadiri oleh Menteri BUMN Rini M Soemarno, Maryono menegaskan, persaingan perbankan saat ini begitu hebat. Pihaknya harus dapat masuk dalam era persaingan itu dan BTN telah siap menyambut persaingan itu dengan bisnis perseroan yang sudah disiapkan berbasis digital banking.
Penegasan itu disampaikan Maryono kepada seluruh Komisaris dan Direksi Bank BTN, Kepala Cabang dan Kanwil serta Kepala Divisi. Dalam kesempatan itu, Bank BTN mendapatkan juga apresiasi dari Menteri BUMN atas kinerja 2016. Menteri Rini menilai, BTN telah mencetak kinerja 2016 lebih baik dibanding bank BUMN lainnya.
Tahun 2017 merupakan tahun yang penuh tantangan dan peluang bagi Indonesia untuk meraih pertumbuhan ekonomi yang lebih baik lagi, dimana indikator makro ekonomi dan perbankan Indonesia menunjukkan trend yang membaik.
“Berkaitan dengan optimisme pertumbuhan ekonomi tersebut, BTN meyakini bahwa peluang bisnis yang besar dalam hal pemenuhan kebutuhan hunian (backlog perumahan) nasional dan pemenuhan kebutuhan non KPR adalah peluang dan potensi riil yang menjadi potensial bisnis perseroan,” tandas Maryono.
Transformasi BTN berbasis digital menjadi prioritas BTN di tahun 2017, disebabkan semakin nyatanya dominasi dari kekuatan digital pada aspek bisnis di segala sektor dan lini masyarakat. Penduduk Indonesia saat ini rata-rata usianya berada di antara 20-30 tahun, serta dominasi generasi millenial menjadi pertimbangan BTN untuk menyelaraskan perkembangan arah bisnis ke arah pemakaian teknologi digital di 2017. (jef)