Jakarta: (Globalnews.id)- Presiden Joko Widodo tidak hanya puas dengan program Padat Karya Tunai (PKT) dalam pelaksanaan proyek infrastruktur di Desa, tetapi Presiden juga terkagum-kagum. Jokowi pun menyampaikan pesan khusus kepada Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Eko Putro Sandjojo, terkait hal itu.
Pesan khusus itu, kata Eko, disampaikan Jokowi saat meninjau pelaksanaan program PKT di Desa Citarik, Kecamatan Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. Pelaksanaan proyek dana desa termin pertama tersebut digunakan untuk pembangunan tembok penahan tanah penunjang embung desa dan pembangunan pondok wisata.
“Pak Jokowi kagum kok biayanya bisa murah, padahal swakelola. Beliau kemudian berpesan agar program ini harus benar-benar berkelanjutan, jangan sampai putus,” ujar Menteri Eko di kantor Kemendes PDTT di bilangan Kalibata, Jakarta Selatan, Jumat (20/4/2018).
Menteri Eko melanjutkan, Presiden meminta program PKT terus dilanjutkan karena program tersebut dapat meningkatkan konsumsi dan daya beli masyarakat. Selain itu, program dengan skema tersebut juga dapat menyerap langsung tenaga kerja dari desa. “Model seperti ini, yakni padat karya tunai, 30 persen dari nilai pekerjaannya wajib untuk membayar upah pekerja,” sambungnya.
Ke depan, lanjut Menteri Eko, Desa Citarik akan dikembangkan menjadi desa wisata yang ramah lingkungan. Dengan adanya rumah pengolahan limbah yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Bina Sejahtera, kawasan desa yang awalnya kumuh dan mengganggu kesehatan masyarakat, kini semakin berbenah dan bersih.
“Citarik jalannya diperbaiki. Ada tempat pengelolaan sampah, dibangun resapan air, saung-saung supaya dikembangkan daerah wisata atau Geopark. Yang tadinya dari daerah kumuh, bisa jadi tempat wisata dengan pengembangan embungnya dan lain-lain,” ujarnya.
Pengerjaan proyek dana desa di Desa Citarik, Kecamatan Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi yang dikunjungi Presiden Joko Widodo tersebut terdiri dari pembangunan tembok penahan tanah (penunjang embung) dengan panjang 92 meter dan pembangunan pondok wisata. Untuk tembok penahan tanah, masyarakat desa menggunakan anggaran dana desa 2018 tahap I sebesar Rp 51.237.750. Dari jumlah tersebut dialokasikan untuk upah tenaga kerja sebesar Rp 18.265.000 atau 30 persen dari nilai pekerjaan. Dengan upah harian Rp80 ribu – Rp 100 ribu, waktu pengerjaan ditargetkan selama 25 hari.
Sedangkan untuk pembangunan pondok wisata 6 unit menghabiskan anggaran Rp. 89.060.000 dengan upah tenaga kerja Rp.28.299.000. Lama waktu pengerjaan pun ditargetkan 25 hari kerja.
Warga Senang
Menteri Eko mengapresiasi kreativitas warga di Desa Citarik yang mengubah tempat pembuangan sampah menjadi ekowisata.
“Desa Citarik ini sebelumnya daerah kumuh, banyak sampah, jorok dan bau. Dibantu dari dana desa untuk biaya operasional, kemudian dibikin embung untuk resapan air,” ujarnya saat meninjau program padat karya tunai di Desa Citarik.
Pembangunan embung dan tembok penahan tanah sepanjang 92 meter tersebut menggunakan anggaran dana desa tahun 2018 tahap I sebesar Rp 51.237.750. Sesuai dengan musyawarah warga, pembangunan dikerjakan secara padat karya tunai (PKT) dengan total upah tenaga kerja sebesar Rp 18.265.000. Target pengerjaan pun dilakukan selama 25 hari kerja.
“Saat ini lagi dalam proses (pembangunan tembok penahan tanah). Ada 110 pekerja yang dibayar Rp 80.000 per hari untuk pembantu tukang dan Rp.100.000 untuk tukang. Mereka dari warga sekitar. Jadi ini bagian dari padat karya tunai,” tambahnya.
Selain itu, dana desa juga dimanfaatkan utnuk pembangunan pondok wisata sebanyak 6 unit dengan anggaran Rp. 89.060.000. Pembangunan tersebut juga dilakukan dengan skema PKT. Besaran alokasi upah tenaga kerja yakni Rp.28.299.000 dengan waktu pengerjaan selama 25 hari kerja.
“Mudah-mudahan dengan ini bisa mengubah daerah kumuh dan bau menjadi destinasi wisata. Sampah dikelola memberikan nilai ekonomi untuk masyarakat,” lanjut Menteri Eko.
Pada kesempatan terpisah Kepala Desa Citarik, Moch. Ledi Nurlaedi mengatakan, masyarakat sangat terbantu dan bangga dengan adanya dana desa. Alokasi tersebut dimanfaatkan secara langsung oleh masyarakat untuk membangun desanya.
“Dengan adanya dana desa semua pembangunan di desa ter-cover,” ungkapnya.
Pemanfaatan dana desa dengan program padat karya tunai pun dirasakan langsung oleh Mumuh, seorang pedagang ikan keliling. Menurutnya, dengan adanya program PKT ini dirinya mengaku tidak lagi menganggur dan bisa memberi penghasilan tambahan.
“Dulu jualan ikan keliling dua hari sekali. Sekarang bisa kerja di embung juga. Gaji Rp 80.000 dibayar perhari. Manfaatnya masyarakat desa yang nganggur sekarang bisa kerja,” ujarnya sambil tersenyum.
Pada tahun 2018, Desa Citarik mendapat kucuran dana desa sebesar 771.894.000. Berdasarkan hasil musyawarawah warga, dana desa tahun ini difokuskan pada pengembangan ekonomi msyarakat desa melalui pembangunan embung yang akan dijadikan ekowisata dan pengembangan BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) dengan bantuan permodalan sebesar Rp 20 juta. Rencana ke depan, selain Embung Desa Situ Kubang, akan dibangun juga destinasi wisata dalam satu kawasan yaitu Goa Saparantu, Bukit Repagan, Gunung Dulang dan Curug Dulang.(jef)