Kinerja BNI Kuartal I 2017 Mengesankan, Kredit Tumbuh 21,4%, Laba Bersih Naik 8,5%

 

AZIZ2240

JAKARTA:(Globalnews.id)- Pada Kuartal I 2017, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (IDX: BBNI) mencatat laba sebesar Rp 3,23 triliun atau tumbuh 8,5% dibandingkan laba yang diraih pada periode yang sama tahun 2016.

Kenaikan laba bersih ini ditopang antara lain oleh fungsi intermediasi BNI yang tetap solid dalam menyalurkan pembiayaan ke sektor-sektor ekonomi produktif, terutama infrastruktur. Kredit tumbuh 21,4% year on year (yoy) menjadi sebesar  Rp 396,52 triliun.

Direktur Utama BNI Achmad Baiquni  menuturkan, BNI meyakini pembiayaan pada sektor infrastruktur merupakan pilihan terbaik karena selain turut mendukung upaya pemerintah dalam mempercepat dan memperluas pembangunan infrastruktur, juga memberikan berkah bagi bisnis BNI secara keseluruhan.

Dengan menyalurkan kredit ke infrastruktur, BNI memperoleh peluang pengembangan bisnis penting dari supply chain financing mulai dari hulu ke hilir, sehingga memunculkan sumber-sumber pendanaan baru dan fee based income baru dari segmen korporat, antara lain dari syndication feetrade finance, garansi bank, hingga cash management fee.

Kucuran kredit yang tumbuh positif tersebut diiringi dengan pengelolaan risiko kredit yang stabil. Langkah-langkah yang diambil BNI untuk mengelola risiko tersebut antara lain dengan melakukan restrukturisasi kredit, dimana ratio kredit yang direstrukturisasi terhadap total kredit menurun dari 8,0% pada akhir tahun 2016 menjadi 7,8% pada kuartal I 2017, yang berarti terjadi perkembangan yang positif.

Sumber Laba

Pada Konferensi Pers Paparan Kinerja Keuangan BNI Kuartal I 2017 di Jakarta, Rabu (12April 2017) terungkap bahwa laba bersih BNI terbentuk oleh Pendapatan Bunga Bersih (NII) yang naik 12,3% dari Rp 6,91 triliun pada Kuartal I 2016 menjadi Rp 7,76 triliun pada Kuartal I 2017.Pencapaian NII tersebut mendukung net interest margin (NIM) tetap terjaga pada level 5,6%.

Perolehan laba juga ditopang oleh Pendapatan Non-Bunga yang naik 14,2%, dari    Rp 1,96 triliun pada Kuartal I 2016 menjadi Rp 2,23 triliun pada Kuartal I 2017, didukung oleh kenaikan fee based income dari trade finance, pengelolaan rekening, bisnis kartu, transaksi ATM, dan sumber pendapatan non-bunga lainnya.

Pencapaian ini telah mengantarkan Return on Equity (ROE) BNI ke level 16,0% meningkat dibandingkan posisi akhir tahun lalu di level 15,5%, yang mencerminkan efektifitas permodalan BNI dalam menciptakan laba terus meningkat.

Kredit Tumbuh

BNI mencatat pertumbuhan kuat pada penyaluran kredit Kuartal I 2017 sebesar 21,4% dari Rp 326,74 triliun pada Kuartal I 2016 menjadi Rp 396,52 triliun pada Kuartal I 2017.

Sebesar 72,6% dari total kredit atau Rp 287,85 triliun disalurkan ke sektor Business Banking, dimana pendistribusiannya masih didominasi oleh kredit ke Korporasi (23,7% dari total kredit) dan Badan Usaha Milik Negara (20,0%). Khusus Kredit ke BUMN mengalami pertumbuhan sebesar 37,8% (yoy) menjadi sebesar Rp 79,48 triliun.

Kredit BNI ke Bisnis Korporat tersalurkan ke sektor Manufaktur (22,8% dari total kredit Bisnis Korporat); Pertanian (19,8%); Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi (8,5%); Konstruksi (6,2%); Kelistrikan, Gas, dan Air (13,7%); serta Pertambangan (5,9%). Proyek-proyek Infrastruktur masih menjanjikan dengan efek berantainya yang positif antara lain dalam meningkatkan lapangan kerja baru.

Sementara itu sebesar 16,6% dari total kredit disalurkan ke sektor Konsumer. Kredit Konsumer BNI mengalami pertumbuhan 13,8% dimana kredit berbasis Payroll menjadi penggerak utama dengan pertumbuhan 118,1% (yoy).

Peningkatan Aset dengan Hati-hati

BNI mencatat pertumbuhan aset sebesar 21,6%, yaitu dari Rp 509,09 triliun pada Kuartal I 2016 menjadi Rp 618,81 triliun pada Kuartal I 2017.

Upaya untuk menjaga kualitas aset tersebut terus dilakukan antara lain dengan langkah hati-hati, dan selektif dalam penyaluran kredit agar tetap stabil dan sehat.

Ekspansi kredit yang terus dilakukan menunjukkan fungsi intermediasi BNItetap berjalan dengan baik, ditunjukkan oleh Loan to Deposit Ratio (LDR) sedikit naik dari 88,0% menjadi 89,3%.

Pertumbuhan kredit tersebut tetap didukung dengan fundamental yang kuat dimana tingkat kecukupan permodalan atau capital adequacy ratio (CAR) tetap terjaga baik pada level19,0% sehingga cukup untuk mendukung pertumbuhan bisnis BNI.

Secara fundamental, penyisihan pencadangan juga tetap terjaga dengan baik pada tingkat coverage ratio naik dari 142,4% menjadi 147,1%, sehingga sangat mencukupi untuk menjadi bantalan apabila terjadi kondisi yang tidak menentu dimasa mendatang. Hal ini sekaligus mengindikasikan tingkat kehati-hatian yang tinggi dalam pengelolaan kredit.

Penghimpunan Dana Pihak Ketiga

Perolehan DPK tumbuh sebesar 19,8%, yaitu dari Rp 371,56 triliun pada Kuartal I 2016menjadi Rp 445,05 triliun pada Kuartal I 2017. Dari total DPK tersebut komposisinya masih didominasi komponen dana murah (current account saving account/ CASA) sebesar 58,5%.

Pertumbuhan DPK ini tidak terlepas dari upaya BNI untuk terus meningkatkan kualitas layanan. Dalam rangka meningkatkan layanan tersebut BNI menyediakan 1.997 outlet di seluruh Indonesia, tidak termasuk kantor-kantor perwakilan di luar negeri.

Selain itu, BNI juga menyiapkan lebih dari 17.075 ATM yang mendukung layanan electronic banking (e-banking) BNI, termasuk di Hong Kong dan Singapura, selain SMS Banking dan Internet Banking, serta lebih dari 40.000 agen-agen Laku Pandai atau Agen46.(jef)

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.