Arsip Tag: Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa

Puji Dasa Darma dan Sistem Merit Badges, LPS Ajak Pramuka Edukasi Masyarakat akan Pentingnya Menabung di Bank

Jakarta:(Globalnews.id)-Ketua Dewan Komisioner LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) Purbaya Yudhi Sadewa mengajk jseluruh Pramuka Indonesia untuk budayakan menabung sekaligus mengedukasi masyarakat akan pentingnya menabung bank.

“Pramuka sebagai agen perubahan di masyarakat memiliki peran penting khususnya dalam mengedukasi masyarakat bahwa menabung di bank aman di jamin LPS. Sehingga nantinya tidak ada lagi kasus-kasus seperti uang celengan dimakan rayap atau tabungan yang hilang karena di simpan di bawah bantal”, ujar Purbaya.

Menabung di bank merupakan salah satu bentuk kegiatan untuk meningkatkan inklusi keuangan nasional. Dengan meningkatnya inklusi keuangan maka akan mendukug pendalaman pasar keuangan dan stabilitas keuangan nasional.

Sambutan tersebut disampaikan pada peringatan Hari Indonesia Menabung tahun 2023 (20/8). LPS bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyelenggarakan puncak peringatan Hari Indonesia Menabung dengan tema kegiatan KEJAR Prestasi dan Bangun Generasi Kita (KREASIBANGKIT). Kegiatan Hari Indonesia Menabung kali melibatkan Pramuka Penegak serta Pramuka Pandega usia 16-25 tahun dari seluruh Indonesia dengan jumlah peserta sekitar 25.000 orang di Bumi Perkemahan Pramuka, Cibubur, Jakarta Timur.

Lebih lanjut Purbaya menjelaskan, Gerakan Pramuka kini sudah sangat dekat dengan dunia perbankan, khususnya mengenai nilai-nilai yang diajarkan atau dilatih kepada para peserta didik.

“Sebut saja Dasa Darma ke-7, Hemat, Cermat dan Bersahaja. Disini sejak dini anggota Pramuka sudah dididik dan dilatih untuk memiliki gaya hidup yang hemat dengan menyisihkan uangnya untuk ditabung,” demikian disampaikan

Menurut Purbaya, sistem Merit Badges yang diterapkan oleh pramuka juga mendukung pembangunan Indonesia dengan adanya Tanda Kecakapan Khusus (TKK) penabung, dimana seorang pramuka dimungkinkan memiliki tanda kecakapan dengan tiga tingkatan PURWA (Beginner), MADYA (Intermediate), dan UTAMA (Advance).

“Saya berharap Sistem Merit Badges ini dapat terus digalakkan dan ditingkatkan. Dalam hal ini saya mendorong semua anggota pramuka di Indonesia untuk menabung dengan menyimpan uang di Bank,” ujarnya.

Dihadapan peserta Raimuna Nasional XXI, Purbaya berpesan untuk menyimpan uangnya di bank, karena menyimpan uang di bank itu yang paling aman, dimana uang tabungan kalian semua dijamin LPS.

“Adik-adik pasti bertanya-tanya kenapa menyimpan uang di bank itu aman, karena di Indonesia ada lembaga yang menjamin tabungan masyarakat yaitu Lembaga Penjamin Simpanan atau lebih sering disebut LPS. Dengan adanya LPS maka simpanan masyarat di bank akan aman dan masyarakat merasa nyaman,” jelasnya.

Purbaya menambahkan, LPS mempunyai fungsi dan tugas untuk menjamin dana nasabah di Bank, dan turut serta dalam menjaga stabilitas sistem keuangan.

“Bapak Kepanduan Dunia, Baden-Powell mengatakan “A Scout is never take. By surprise, he knows exactly ehat to do when anything unexpected happens,” yang artinya, Seorang pramuka tidak terkejut, dia mengetahui dengan pasti apa yang harus dilakukan saat apapun yang tidak terduga terjadi,” tegasnya.

Pramuka merupakan orang-orang yang sudah terlatih menghadapi krisis. Lihat saja saat pandemi Covid-19 yang lalu, kwartir nasional beserta seluruh jajaran ditingkat daerah, cabang hingga ranting melalui Satgas pramuka peduli Covid-19 telah nyata membantu pemerintah dan masyarakat Indonesia menghadapi pandemi yang dialami seluruh dunia.

“Dengan demikian pramuka telah sanggup membuktikan diri untuk bisa bertahan di masa krisis,” pungkas Purbaya.(Jef)

LPS Pertahankan Tingkat Bunga Penjaminan

Jakarta:(Globalnews.id)- Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam Rapat Dewan Komisioner (RDK) pada hari Rabu, 25 Mei 2022, menetapkan untuk mempertahankan Tingkat Bunga Penjaminan (TBP), masing-masing sebesar 3,50 persen untuk simpanan dalam bentuk Rupiah di Bank Umum, dan 0,25 persen untuk simpanan dalam bentuk valuta asing di Bank Umum, serta 6,00 persen untuk simpanan dalam bentuk Rupiah di BPR. TBP tersebut berlaku sejak tanggal 28 Mei 2022 sampai dengan 30 September 2022.

Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa menyampaikan ada beberapa pertimbangan yang mendasari keputusan tersebut. Pertimbangannya antara lain, laju penurunan suku bunga simpanan perbankan yang semakin lambat dan terbatas, kondisi dan prospek likuiditas yang relatif stabil, serta perkembangan terkini dari kondisi stabilitas sistem keuangan dan penguatan sinergi kebijakan lintas otoritas untuk mendukung pemulihan perekonomian.

Kebijakan tersebut juga mempertimbangkan, perkembangan suku bunga simpanan, dinamika faktor-faktor risiko ekonomi global dan domestik, kondisi stabilitas sistem keuangan serta prospek likuiditas perbankan kedepan.

“LPS secara berkelanjutan akan melakukan asesmen terhadap perkembangan kondisi perekonomian dan perbankan yang signifikan serta dampaknya pada kebijakan Tingkat Bunga Penjaminan,” ujarnya dalam Konferensi Pers TBP yang digelar pada Rabu (25/05/2022)

Sesuai dengan peraturan yang berlaku, bank wajib memberitahukan kepada nasabah penyimpan mengenai tingkat bunga penjaminan simpanan yang berlaku dengan menempatkan informasi dimaksud pada tempat yang mudah diketahui oleh nasabah penyimpan. Apabila nasabah penyimpan menerima hasil bunga melebihi Tingkat Bunga Penjaminan LPS, maka simpanan nasabah tidak memenuhi kriteria penjaminan LPS.

Terkait kondisi perbankan secara umum di 2022, ia menyatakan bahwa kondisi likuiditas perbankan masih relatif kuat dengan ditopang oleh pertumbuhan DPK yang stabil, sementara tingkat permodalan serta fungsi intermediasi perbankan yang juga menunjukkan pemulihan.

“Kinerja pertumbuhan kredit bank umum melanjutkan tren pemulihan. Pada April 2022 kredit perbankan tumbuh sebesar 9,3 persen yoy, pertumbuhan DPK pun tetap berada di level yang lebih tinggi sebesar 10,1 persen,” jelasnya.

Fundamental kondisi perbankan yang relatif kuat juga ditunjukkan dengan rasio permodalan (CAR) industri yang berada di level 24,03 persen dan rasio alat likuid (AL/NCD) di kisaran 131,53 persen.

Kemudian, apakah Bank Digital juga masuk dalam program penjaminan LPS? Kepala Eksekutif LPS Lana Soelistianingsih menambahkan , selama Bank Digital memberikan bunga deposito di bawah TBP LPS, maka itu akan tetap dijamin oleh LPS.

“Nasabah pun harus proaktif dalam mencari informasi terkait hal itu, karena itu adalah hak nasabah untuk mendapatkan informasi yang utuh dan lengkap terkait suku bunga yang ditetapkan oleh bank,” ujar Lana.

Menurutnya LPS akan terus memonitor bank mana saja yang memberikan bunga simpanan yang melebihi TBP, LPS pun akan meminta bank-bank tersebut untuk menginformasikan kepada para nasabahnya terkait syarat-syarat penjaminan simpanan.

Adapun, untuk mendapatkan informasi yang utuh dan lengkap terkait tingkat bunga penjaminan yang berlaku dapat mengakses website LPS di www.lps.go.id.(Jef)

LPS Punya Peran Fundamental Jaga Stabilitas Sistem Keuangan Semasa Covid-19

Jakarta:(Globalnews.id)- Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memiliki peran yang fundamental dalam menjaga stabilitas sistem keuangan Tanah Air dan dinilai mampu melewati krisis pandemi Covid-19.

Demikian yang mengemuka dalam diskusi “FORWADA ONLINE MEDIA WORKSHOP 2021 – Menelisik Peran LPS dalam Memantik Pertumbuhan Kredit Perbankan”, Jum’at, (24/12/2021).

Direktur Group Riset Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Herman Saheruddin mengatakan, LPS merupakan bagian dari empat pilar Komite Stabilitas Sistem Keuangan Nasional (KSSK) yang berfungsi menjamin simpanan nasabah bank dan turut aktif dalam menjaga stabilitas sistem perbankan.

“Sebagai otoritas penjamin simpanan dan resolusi bank, LPS berkomitmen penuh untuk terus menjaga dan meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada industri perbankan nasional dalam upaya untuk membangun NKRI melalui perekonomian yang kuat dan stabil,” ujar Herman.

Dijelaskan, selama periode tahun Jan 2020 – Des 2021, LPS telah memangkas Tingkat Bunga Penjaminan (TBP) rupiah sebesar 275 bps dan 150 bps untuk valuta asing. TBP pada bank umum dan BPR saat ini masing-masing 3,50% dan 6,00% serta untuk valuta asing 0,25%.

“Kebijakan TBP diharapkan dapat mendukung percepatan pemulihan ekonomi nasional. Dengan TBP yang rendah saat ini maka perbankan akan lebih memiliki fleksibilitas dalam mendorong penyaluran kredit dengan suku bunga yang lebih rendah,” ungkapnya.

Herman menambahkan, LPS akan terus mencermati respon perkembangan suku bunga simpanan antar kelompok bank yang cenderung bervariasi serta dampaknya pada agregat suku bunga pasar dan intensitas kompetisi.

LPS, lanjut Herman, akan terus melakukan pemantauan dan evaluasi atas Tingkat Bunga Penjaminan sesuai perkembangan data dan informasi terkini yang tersedia dengan tetap memperhatikan progress pemulihan ekonomi, likuiditas perbankan, dan stabilitas sistem keuangan nasional.

Pada kesempatan yang sama, Direktur PT Bank BCA Syariah, Pranata Nazamudin mengungkapkan, proyeksi pertumbuhan perbankan tahun 2022 depan dari sisi kredit perbankan cukup positif. Hal ini karena perbankan saat ini memiliki modal yang cukup kuat yakni tingkat suku bunga acuan yang stabil.

“Dari sisi kredit perbankan tahun depan sangat positif, karena kita punya modal yang kuat yakni pertama tingkat suku bunga acuan yang stabil, bukan rendah atau tinggi, tatapi stabil yang akan membuat nyaman pelaku usaha,” ujarnya.

Selain modal cukup kuat likuiditas perbankan yang cukup longgar, Perbankan juga punya beban cost of fund yang semakin turun. Hal ini juga tentu akan menjadi modal perbankan agar menyalurkan kredit, pembiayan dengan margin yang cukup rendah.

“Tentu saja ini menjadi menarik bagi pelaku usaha ataupun konsumen untuk bisa lebih berhemat, misalnya yang ingin mengambil rumah atau pembiayaan mobil bisa dengan margin tentunya ini akan menjadi menarik,” jelasnya.

Terkait suku bunga penjamin simpanan LPS sebesar 3,5%, Pranata mengatakan, suku bunga penjamin simpanan LPS terkait dengan dana pihak ketiga dimana cost of fund bagi bank adalah modal bank. Semakin rendah bunga penjamin simpanan maka semakin baik buat bank karena dapat dengan semakin murah menjual produknya kepada konsumen.

Pranata menuturkan, komposisi nasabah BCA Syariah saat ini 60% diataranya adalah nasabah deposito, 40% sisanya nasabah giro dan tabungan. Karenanya jika terjadi perubahan tingkat suku bunga ke tingkat yang lebih tinggi, biasanya nasabah deposito akan meminta return yang naik pula.

“Dengan komposisi produk depositor yang tinggi, BCA Syariah akan membuat cost of fund naik, sementara dari penjualan atau penyaluran kredit, kita tidak bisa instan. Dari sisi pendapatan kita belum bisa menyesuaikan, tetapi dari sisi biaya kita sudah langsung cepat, karena harapannya para nasabah deposito yang price sensitive,” jelasnya.

Dia berharap, LPS bisa memberikan suku bunga acuan yang stabil selama satu tahun. “Kami sangat dekat dengan nasabah, mereka pelaku usaha mereka membutuhkan suku bunga yang stabil selama satu tahun,” katanya.

Sementara, ekonom Ryan Kiryanto menyoroti ketidakpastian ekonomi global yang belum mereda dengan hadirnya varian baru Covid-19, Omcron, Meski ada yang menyebut tidak seganas varian Delta, namun Omicron tetaplah virus yang harus diwaspadai karena bisa berdampak pada ekonomi global.

“Munculnya varian Omicron yang berasal dari Afrika Selatan ini membatasi pergerakan masyarakat dengan adanya lock down dan mengguncang pasar dunia,” ujarnya.

Ryan juga menyoroti sektor yang menjadi akselerator pada tahun 2022 mendatang. Menurutnya sektor tersebut antara lain telekomiunikasi, kesehatan pertanian dan pariwisata serta turunannya.

Dia menuturkan, saat ini saham-saham tehnologi komunikasi terus memimpin pertumbuhan indeks saham gabungan di seluruh bursa di dunia. Sementara pada sektor Kesehatan dan turunanya seperti obat, vitamin dan alkes, menjadi akselerator ekonomi karena semenjak pademi melanda, masyarakat dunia makin peduli akan kesehatannya.

Hal serupa juga terjadi pada sektor pertanian dalam arti luas, tahun lalu walaupun rendah, sektor pertanian tetap tumbuh positif.

“Sektor pariwisata adalah sektor yang sedang tidur dan akan menjadi akselerator kebangkitan ekonomi di tahun 2022. Karenanya, mulai hari ini sektor pariwisata harus menyiapkan infrastruktur pendukung dengan baik, maintenance harus dilakukan, serta menyiapkan SDM yang baik,” pungkasnya.(Jef)

LPS Siapkan Program Edukasi Untuk Investor Pemula

q

JAKARTA:(GLOBALNEWS.ID)- Tingkat literasi keuangan di Tanah Air masih rendah. Dibutuhkan kerja sama berbagai pihak untuk melakukan edukasi agar masyarakat semakin paham mengenai produk dan jasa keuangan.

Edukasi keuangan semakin penting digalakkan mengingat tingkat literasi masih jauh lebih rendah dibandingkan tingkat inklusi. Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2019 oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), indeks literasi keuangan pada 2019 sebesar 76,19 persen. Sedangkan indeks literasi keuangan masih berada di angka 38,03 persen.

Berkaca pada data tersebut, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) bertekad menggencarkan program literasi keuangan. Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, lebih tingginya tingkat inklusi keuangan dibandingkan tingkat literasi perlu dicermati bersama. “Nilai inklusi keuangan yang lebih tinggi dibandingkan literasi menandakan bahwa peningkatan akses terhadap produk keuangan belum diikuti sepenuhnya oleh pemahaman terhadap risiko-risikonya,” kata Purbaya dalam diskusi bertajuk “Kala Gairah Investasi tak Dibandingi Literasi” yang digelar Klub Jurnalis Ekonomi Jakarta (KJEJ), di Jakarta, Rabu (2/12).

Purbaya mengatakan, ada berbagai program yang sedang disiapkan untuk dijalankan pada tahun depan, mulai dari menggelar webinar hingga forum khusus. Menurut Purbaya, pihaknya juga terbuka untuk bekerja sama dengan berbagai pihak dalam melakukan edukasi mengenai literasi keuangan, termasuk dengan komunitas wartawan seperti Klub Jurnalis Ekonomi Jakarta.

Purbaya menjelaskan, fokus pertama pihaknya dalam menjalankan program literasi keuangan adalah menyosialisasikan fungsi LPS. Dia meyakini, dengan banyaknya masyarakat yang paham mengenai adanya penjaminan atas simpanan di bank, dapat semakin meningkatkan minat dan keyakinan masyarakat untuk berinvestasi di produk simpanan.

Purbaya mengakui, saat ini peran dan fungsi LPS belum diketahui masyarakat luas. Padahal, peran LPS sangat penting dalam menjaga stabilitas keuangan di Tanah Air.

Purbaya menjelaskan, ada beberapa syarat simpanan yang dijamin oleh LPS. Pertama, jumlah simpanan yang dijamin oleh LPS maksimal sebesar Rp 2 miliar. “Jumlah Rp 2 miliar itu untuk per nasabah per bank. Saat ini, simpanan yang dijamin LPS mencapai 99,92 persen,” katanya.

Persyaratan lainnya mengenai ketentuan layak bayar. Simpanan yang dijamin adalah simpanan yang tercatat dalam pembukuan bank. Terkait hal ini, Purbaya mengingatkan nasabah agar setiap uang yang disimpan harus tercatat dalam pembukuan bank.

Syarat layak bayar selanjutnya adalah tingkat bunga yang diperoleh tidak melebihi bunga yang ditentukan LPS. Bunga penjaminan yang ditetapkan oleh LPS saat ini sebesar 3,5 persen. Persyaratan selanjutnya adalah nasabah tidak ikut menyebabkan bank menjadi gagal, seperti memiliki kredit macet di bank.

Berdasarkan syarat-syarat tersebut, Purbaya mengingatkan masyarakat untuk melakukan sejumlah hal. “Nasabah harus rutin memeriksa saldo tabungan di bank dengan cara mencetak buku tabungan secara periodik,” katanya.

Menurut Purbaya, hal tersebut bermanfaat untuk mengurangi kemungkinan ketidakcocokan catatan kita dengan bank. Hal lain yang perlu dilakukan nasabah adalah dengan mengecek tingkat bunga di website LPS dan di bank dan selanjutnya minta ke bank agar bunga yang diberikan tidak melebihi bunga penjaminan LPS. “Terakhir, lunasi kredit tepat waktu agar tidak menjadi kredit macet,” kata Purbaya.

Terkait program literasi, LPS juga tak menutup kemungkinan untuk membuat forum khusus bagi nasabah milenial untuk mempelajari segala hal mengenai investasi, seperti investasi di pasar modal. Purbaya menilai, peningkatan literasi pasar modal penting dilakukan karena jumlah investor pasar modal telah meningkat signifikan di masa pandemi.

Purbaya memerinci, jumlah investor pasar modal pada 2018 mencapai 1,6 juta investor. Sedangkan pada Oktober 2021 meningkat drastis menjadi sebanyak 6,75 juta investor.

Dari sisi demografi, investor pasar modal di Indonesia didominasi kelompok umur di bawah 30 tahun dengan persentase mencapai 59,50 persen dan aset sebesar Rp 40,56 triliun.

Adapun dari sisi jenjang pendidikan, mayoritas berlatar belakang sekolah menengah atas (SMA). Persentasenya mencapai 56,75 persen dengan total aset sebesar Rp 169,44 triliun.

“Kita bisa saja nanti membuat program khusus dengan membuat forum reguler untuk literasi terkait investasi. Kita punya instrumen technical analysis yang kami kembangkan dan itu bisa saja digunakan untuk investor pemula,” kata Purbaya.

KIAT INVESTASI
Secara umum, ujar Purbaya, ada empat hal yang harus diperhatikan masyarakat dalam berinvestasi. Pertama adalah dengan mengenali kebutuhan dan kemampuan. Ia mengingatkan masyarakat agar tidak mengutang untuk berinvestasi.

“Apalagi sampai mengambil pinjaman di pinjol (pinjaman online). Sederhananya, kalau punya uang lebih kita investasi. Kita harus sadar dengan kemampuan keuangan kita. Lalu, jangan seluruh penghasilan kita investasikan,” katanya.

Kiat kedua adalah mengenali produk dan jasa keuangan. Purbaya menekankan, hal ini perlu dilakukan masyarakat jika ingin berinvestasi. Jangan sampai, kata Purbaya, masyarakat berinvestasi hanya karena mengikuti teman yang lebih dulu berinvestasi di suatu instrumen tanpa terlebih dahulu mempelajarinya

Kiat selanjutnya yaitu mengenali manfaat dan risiko. “Prinsip sederhana investasi itu, high risk high return yaitu imbal hasil yang tinggi memiliki risiko yang tinggi. Tentu kita inginnya low risk high return atau risiko rendah tapi return besar, tapi itu tidak ada,” ujarnya.

Hal terakhir adalah mengenali hak dan kewajiban sebagai investor. Hal ini bisa dilakukan dengan membaca setiap ketentuan yang ada saat ingin membuka sebuah rekening investasi.

“Langkah awal adalah dengan memulai investasi dengan jumlah kecil. Lalu, kalau ada yang tidak jelas, kita bisa tanyakan kepada perusahaan atau manajer investasi yang bersangkutan. Usahakan pilih perusahaan yang responsnya bagus terhadap kita.”pungkasnya.(Jef)