Arsip Tag: Cafe

Berkat Diaspora Loan BNI Bantu Wulandari Ekspansi Usaha Makanan Halal ‘Cafe Bintang Osaka’ di Jepang

Jakarta:(Globalnews.id)-Kecekatan dalam melihat peluang menjadi landasan bagi pengusaha untuk mengembangkan bisnis mereka. Hal ini tepat dilakukan oleh Wulandari, pemilik Cafe Bintang Osaka, untuk mengembangkan usahanya di Jepang.

Bermula dari fenomena meningkatnya jumlah wisatawan ke Jepang, terutama negara-negara Muslim, yang mencari makanan halal, Wulandari berinisiatif membuka restoran yang menyajikan hidangan halal di negeri matahari terbit tersebut.

“Usaha kami dimulai pada 2 Februari 2014. Saat itu, sudah mulai datang wisatawan dari berbagai negara, termasuk Indonesia, yang mencari makanan halal. Di Osaka, sulit mencari makanan halal, terutama masakan Indonesia. Jadi, kami memutuskan untuk mencoba peruntungan dan berbisnis di sini,” ungkap Wulandari.

Meskipun mengalami pasang surut, seperti pepatah yang mengatakan usaha tidak akan mengkhianati hasil, hal ini berlaku untuk Wulandari. Saat ini, dia sudah mengoperasikan tiga cabang restoran di Jepang.

Untuk pengembangan lebih lanjut, dia mengaku membutuhkan central kitchen dalam rangka memastikan kualitas dan konsistensi hidangan di ketiga restorannya. Adapun untuk mewujudkannya, pihaknya sedang dalam proses mendapatkan pinjaman dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI, melalui program diaspora loan.

“Sekarang kami sedang proses kerja sama dengan BNI untuk program diaspora loan. Ini merupakan inisiatif terbaru dari BNI untuk membantu wirausahawan diaspora di luar negeri mengembangkan usahanya. Rencananya, saya akan mengajukan pinjaman untuk membeli gedung sebagai central kitchen,” jelasnya.

Wulandari menegaskan, diaspora loan BNI akan mempermudah dirinya untuk mengembangkan usahanya lebih baik lagi. Ke depan, setelah mendapatkan central kitchen, dia berencana untuk mengembangkan berbagai masakan halal untuk para pengunjung, termasuk membuat berbagai masakan Jepang halal seperti ramen, wagyu, dan lainnya.

Adapun saat ini terdapat setidaknya tujuh juta diaspora yang tersebar di 26 negara. Hal tersebut merupakan potensi besar untuk mendorong ekonomi Indonesia maju lebih cepat. Melalui diaspora, produk-produk UMKM Indonesia bisa dipasarkan lebih luas ke berbagai negara.

Sebagai bank global asal Indonesia, BNI berkomitmen menjembatani wirausaha diaspora yang tersebar di berbagai negara agar bisa ikut mengembangkan UMKM Indonesia di luar negeri. Sejalan dengan itu, BNI Xpora menjadi salah satu alat yang bisa dimanfaatkan oleh para diaspora.

BNI Xpora adalah solusi digital yang dikembangkan oleh BNI. Portal ini ditujukan untuk UMKM yang ingin meningkatkan kapasitas bisnis mereka.

Melalui Kantor Cabang Luar Negeri (Kantor Cabang Luar Negeri atau KCLN)-nya, BNI telah menyediakan berbagai layanan perbankan untuk komunitas diaspora. BNI secara aktif memfasilitasi koneksi wirausaha diaspora dengan calon pembeli potensial di luar negeri. (dan)

MenKopUKM: Petani Bisa Dapat Nilai Tambah dan Produktivitas Lebih Baik Lewat Koperasi

MEDAN:(GLOBAlNEWS.ID)- Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki menekankan pentingnya bagi para petani untuk mengonsolidasikan diri dalam skala ekonomi bisnis melalui koperasi karena bisa mendapatkan nilai tambah yang besar dan produktivitas menjadi lebih baik.

“Jadi para petani ini jangan berusaha perorangan dan saling bersaing, tapi harus ada desain model untuk bisnis mereka dan hal ini dapat diwujudkan melalui koperasi,” kata MenKopUKM Teten Masduki saat melakukan dialog dengan Komunitas Petani Muda, Koperasi, Wirausaha dan UMKM Medan di Kedai Minum Kopi Medan, Sumatera Utara, Kamis (9/6) malam.

Lebih lanjut, Menteri Teten mencontohkan produktivitas kopi Indonesia yang masih kurang berkembang jika dibandingkan negara lainnya. Padahal, 96% kopi di Indonesia diproduksi di kebun petani.

Selain itu, kopi Indonesia juga memiliki ragam varietas di berbagai daerah, mulai dari Aceh hingga Papua. Hal ini pun menjadikan kopi Indonesia paling lengkap di dunia.

“Kita hanya memiliki masalah di bagian produktivitas dan pengolahannya. Ada yang dijemur di pinggir jalan kena debu, ada juga yang dikirimnya dicampur dengan produk lain seperti terasi. Kita harus selesaikan hal ini,” kata Menteri Teten.

Dengan hadirnya koperasi, dia yakin permasalahan seperti ini dapat teratasi. Fungsi koperasi juga dapat dijadikan offtaker dari hasil panen petani. Tentu hal ini akan membuat petani tidak lagi kebingungan akan diserap ke mana hasil panennya.

“Koperasi juga harus tampil sebagai offtaker, jadi mereka beli hasil panen petani secara tunai. Petani jadi enggak akan pusing produknya dijual kemana. Petani hanya fokus pelihara pertaniannya saja,” tuturnya.

Di tempat yang sama, Ketua Dewan Pengurus Wilayah Serikat Petani Indonesia (DPW SPI) Zubaidah mengatakan bahwa dengan berkoperasi, para petani tidak akan lagi bergantung kepada perusahaan besar. Dia mencontohkan para petani sawit jika berkoperasi akan mendapatkan nilai lebih dari TBS (Tandan Buah Segar) sawit mereka.

“Ketika kita memiliki koperasi, harga TBS tidak akan lagi bergantung ke industri. Terlebih ada rencana dari pemerintah untuk membuat pabrik minyak makan merah oleh koperasi. Ini saat yang tepat dan harus kita manfaatkan pengembangan minyak makan merah ini melalui koperasi,” ujar Zubaidah.

Sementara itu, Wali Kota Medan Bobby Nasution menambahkan bahwa sosialisasi tentang manfaat mendirikan koperasi harus terus dilakukan kepada masyarakat secara masif. Pasalnya, masyarakat dikatakan masih belum memahami secara utuh memahami koperasi itu seperti apa.

“Masih banyak masyarakat yang menganggap koperasi itu tidak memiliki manfaat bagi mereka. Jadi harus disosialisasikan koperasi lebih masif lagi. Karena jangan kita lupakan dasar dari koperasi, sehingga masyarakat memahami pentingnya koperasi dibandingkan industri,” kata Bobby.(Jef)