Arsip Tag: ikopin

MenKopUKM: IKOPIN University Harus Berperan dalam Studi dan Inovasi Model Bisnis Koperasi

Jakarta:(Globalnews.id)- Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengharapkan Universitas Koperasi Indonesia (IKOPIN University) bisa lebih banyak berperan dalam mengembangkan koperasi di Indonesia dalam bentuk model-model bisnis yang bisa diimplementasikan di tanah air.

“Saya merasa senang dan memberikan apresiasi serta ucapan selamat setelah IKOPIN berubah menjadi IKOPIN University, ini harus dikelola betul. Saya senang kalau kita bisa bersama-sama, IKOPIN bisa turut kembangkan pemikiran koperasi. Jadi nanti mungkin harus ada studi dari IKOPIN terkait perkembangan koperasi di dunia,” ucap MenKopUKM Teten Masduki saat menerima audiensi jajaran rektorat IKOPIN University di Jakarta, Kamis (10/8).

Dalam arahannya MenKopUKM menjelaskan, Indonesia diprediksi menjadi negara maju, dimana pendapatan per kapita akan tumbuh minimum mencapai 12.000 dolar AS dari yang sebelumnya 4.500 dolar AS. “Dalam hal ini dunia pendidikan bukan sekadar menciptakan lulusan yang menjadi pencari kerja, melainkan lulusan yang mampu menciptakan lapangan kerja. Kita ini ada sekitar 3,5 juta orang lulusan pendidikan formal yang masuk ke bursa kerja per tahun, dimana 1,7 juta diantaranya adalah sarjana,” kata MenKopUKM.

Namun dengan pertumbuhan ekonomi 5 persen saja, hanya mampu menyerap sebanyak 2 juta orang. Artinya ada sekitar 1,5 juta yang menganggur. Sekitar 97 persen lapangan kerja terserap pada segmen usaha mikro di sektor informal, karena itu pihaknya diminta Presiden agar segera melakukan hilirisasi selain mineral.

“Presiden fokus dengan hilirisasi. Dengan melakukan hilirisasi berbasis perkebunan pertanian, dan kelautan yang juga melibatkan koperasi dan UMKM, maka akan melahirkan lapangan kerja yang lebih berkualitas,” kata MenKopUKM.

MenKopUKM juga menyampaikan sudah berkeliling ke berbagai kampus untuk menjalin kerja sama dalam mencetak 1 juta entrepreneur baru. “Saya melihat, koperasi harus ada model bisnisnya. Maka dari itu saya minta IKOPIN bisa membuat studi-studi tentang perkembangan koperasi di dunia, yang nantinya bisa diterapkan di Indonesia,” ucap MenKopUKM.

MenKopUKM menambahkan untuk meningkatkan kesejahteraan petani/peternak hingga mampu menyuplai kebutuhan pangan daerah dan nasional, maka harus dikonsolidasikan dalam sebuah wadah koperasi.

“Saat ini kita sudah konsolidasikan petani pisang di Tenggamus Lampung, juga di Bener Meriah Aceh yang setelah dikonsolidasikan banyak petani pisang mampu berlahan 1000 hektare. Kemudian di Koperasi Pondok Pesantren Al It-tifaq di Ciwidey Bandung yang mewadahi dan mengonsolidasikan sekitar 1200 petani sayur mayur. Sekarang kita bangun koperasi nelayan, sawit, hortikultuta, industri, pabrik-pabrik minyak makan merah yang dikelola oleh koperasi,” ujar MenKopUKM.

Karena itulah, banyak dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) manajer koperasi untuk ditempatkan di pabrik tersebut. “Kami harapkan IKOPIN juga bisa menyiapkan SDM-nya termasuk SDM sebagai Pengawas Koperasi. IKOPIN juga bisa siapkan kajian-kajian terutama di koperasi-koperasi sektor pangan. IKOPIN saya minta fokus memperkuat koperasi pangannya,” kata MenKopUKM.

Dalam kesempatan itu Rektor IKOPIN Agus Pakpahan dalam audiensinya menyampaikan perkembangan IKOPIN University setelah ditetapkan sebagai Universitas pada awal 2022, dan juga turut melaporkan rencana IKOPIN University ke depan.

“Kami ingin bertukar pikiran, kami juga mendengarkan arahan Menteri dipadukan dengan apa yang IKOPIN sudah rencanakan, artinya kita banyak pekerjaan rumah di IKOPIN untuk mewujudkan apa yang Menteri harapkan,” kata Rektor Agus.

Agus menjelaskan, pekerjaan rumah yang dimaksud berkaitan dengan sistem pembiayaan, hilirisasi, kemudian ada juga yang berkaitan dengan sistem-sistem baru yang dibutuhkan.

“Implifikasinya, IKOPIN akan mempersiapkan hal-hal yang penting untuk mempercepat proses tercapainya apa yang Menteri sudah pikirkan, disesuaikan dengan apa yang telah kami pikirkan di IKOPIN,” kata Rektor Agus.

Menurut Agus, koperasi potensinya sangat besar mulai dari sawit, padi, kemudian hortikultura, peternakan, dan seterusnya. “Paling tidak di bidang pertanian ini akan kami kembangkan koperasi-koperasinya. Termasuk juga di bidang pendidikan, di bidang pengawasan koperasi, bagaimana pengawasan koperasi itu ada ilmunya. Kami akan kembangkan itu di IKOPIN supaya nanti terjadi sinergi antara IKOPIN sebagai tempat pendidikan, tempat pelatihan dengan masalah di lapangan,” ucap Agus.

Rektor Agus menambahkan, saat ini IKOPIN University juga sedang membantu APKASINDO dalam proses pendirian koperasi produsen petani kelapa sawit di Provinsi Riau, yang rencananya akan mengonsolidasi sekitar 100.000 anggota petani kelapa sawit.

“Hal ini merupakan peluang besar bagi koperasi untuk berkiprah dan memberikan manfaat terbesar bagi anggotanya. Kehadiran Kementerian Koperasi dan UKM bersama IKOPIN University sangat diharapkan untuk menjaga agar tujuan pendirian koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan anggotanya dapat terwujud dengan baik,” ucap Agus.(Jef)

MenkopUKM: Koperasi Bisa Menjadi Model Bisnis Berbasis UMKM

Bandung:(Globalnews.id) – Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengakui, rendahnya produktifitas dan daya saing UMKM masih menjadi problem klasik, sehingga tidak mampu bersaing di pasar. Pasalnya, para pelaku UMKM yang didominasi usaha mikro, masih melakukan kegiatan usahanya secara perorangan. Bahkan, dengan jumlah UMKM sebesar 99,9%, kontribusi terhadap PDB nasional hanya 60%.

“Untuk itu, koperasi bisa menjadi model bisnis di Indonesia dengan berbasis UMKM,” tandas Teten, pada sacara sarasehan Membangun Ekosistem Perkoperasian Nasional Dalam upaya Pemulihan Ekonomi, di Kampus Institut Manajemen Koperasi Indonesia (Ikopin), Jatinangor, Bandung, Jumat (2/4).

Dalam rangkaian acara Dies Natalis Ikopin ke-39 tersebut, MenkopUKM mencontohkan sektor pangan (kedelai, beras, jagung, dan sebagainya) yang masih impor. “Produktifitas petani kita rendah karena usaha perorangan tidak bisa masuk skala ekonomi,” jelas Teten.

Menurut Teten, mayoritas petani kita memiliki lahan yang sempit, sehingga tercipta keterbatasan dalam hal kualitas dan suplai produk. “Lagi-lagi, dalam kondisi seperti itu, koperasi bisa mengkonsolidasi petani-petani berlahan sempit tersebut,” kata MenkopUKM.

Maka, lanjut Teten, koperasi bisa mengkonsolidasi usaha-usaha kecil tersebut menjadi skala ekonomi. “Kami sudah memiliki kajian terhadap produk buah pisang yang memiliki pangsa pasar bagus di luar negeri. Dimana untuk masuk skala ekonomi, harus berlahan paling sedikit 400 hektar,” ujar Teten lagi.

Lebih dari itu, dengan korporatisasi petani, khususnya di sektor pangan, harus menggandeng Offtaker agar produk pertanian terjaga suplai dan kualitasnya. “Saya contohkan petani bawang di Brebes, yang sejahtera itu tengkulaknya, bukan petaninya. Fungsi tengkulak bisa digantikan koperasi. Koperasi yang harus membeli produk petani yang akan diserap Offtaker. Ini model bisnis yang sedang kita bangun,” papar MenkopUKM.

Teten juga merujuk warung-warung milik rakyat takkan bisa melawan jaringan ritel moderen. Usahanya pun tidak akan berkembang. “Koperasi bisa mengkonsolidasi warung-warung tersebut dengan membangun semacam pusat distribusi,” ucap MenkopUKM.

Oleh karena itu, Teten mengajak koperasi-koperasi besar untuk masuk ke sektor produksi, seperti pertanian, kelautan, peternakan, dan sebagainya. “Bayangkan, kita masih impor susu, sedangkan kita punya banyak petani susu. Namun, masih berskala ekonomi rendah. Kita bisa konsolidasikan potensi itu lewat koperasi hingga masuk skala ekonomi,” tegas Teten.

Bagi Teten, sudah saatnya mengubah pola Syarikat Dagang menjadi Syarikat Produksi, sehingga produk-produk UMKM bisa masuk rantai pasok global. “Disini, UMKM bisa terintegrasi melalui koperasi,” kata Teten.

Di samping itu, Teten juga mendorong koperasi untuk melakukan modernisasi dengan pola digitalisasi dalam melayani anggotanya. “Di luar sana, ada sekita 149 perusahaan fintech yang terdaftar di OJK. Jadi, agar bisa bersaing, koperasi harus masuk ke ekosistem digital,” ucap MenkopUKM.

Dalam kesempatan yang sama, Rektor Ikopin Burhanuddin Abdullah mengapresiasi langkah dan upaya Menkop Teten dalam membangun ekosistem perkoperasian di Indonesia. “Saya melihat, MenkopUKM sedang membangun perekonomian dengan koperasi menjadi salah satu komponen utamanya,” ungkap Burhanuddin.

Hanya saja, Burhanuddin mengakui bahwa untuk mewujudkan ekosistem tersebut, tidak bisa dilakukan dalam waktu sekejap. “Ada tahapan-tahapan yang harus diikuti. Dan Ikopin siap menjadi teman diskusi bagi kementerian guna mewujudkan itu,” pungkas Burhanuddin.(Jef)