Jakarta:(Globalnews.id)-Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM Bidang Pemberdayaan Ekonomi Kreatif, Fiki Satari mengatakan bahwa Pasar Santa yang terletak di Kebayoran Baru, Jakarta selataan merupakan salah satu contoh nyata edukasi digital yang dilakukan oleh pemilik pasar kepada pelaku usaha mikro.
“Ini sangat menarik di mana dari pihak Pasar Santa membantu (pelaku usaha mikro go digital), dan para tenant atau penyewa siap untuk bertransformasi ke digital. Memang salah satu yang jadi prioritas program pemerintah ketika PPKM ini saat pandemi itu ternyata digitalisasi,” ungkapnya saat Meninjau Penerima Banpres Produktif Usaha Mikro (BPUM) di Pasar Santa, Kebayoran Baru, Jakarta, Selasa (30/11).
Menurut Fiki, dengan keterbatasan mobilitas, pendampingan untuk go digital menjadi salah satunya cara untuk mengembalikan kondisi penjualan agar tidak merosot terlalu dalam.
Dia menekankan bahwa pendampingan yang dilakukan pun tidak boleh terlalu rumit, pasalnya kebanyakan pelaku usaha mikro belum memiliki literasi digital yang baik.
“Memang onboarding nya ya salah satunya ke media sosial dulu kalau usaha mikro jadi yang gampang lah. Kita dalam kondisi seperti ini pemerintah pusat harus dapat juga dibantu seperti dengan Pasar Jaya yaitu BUMD dan juga di sini hadir dari BUMN, di sini kita berkewajiban mendampingi para pelaku UMKM,” ujar Fiki.
Fiki menegaskan, pelaku usaha mikro juga saat ini mendapatkan bantuan permodalan dari pemerintah melalui program BPUM. Dia juga menekankan bahwa pemerintah juga akan senantiasa membantu pelaku usaha mikro untuk naik kelas dan onboarding ke platform digital.
“Ya kita akan dampingi terus pelan-pelan, mudah-mudahan pandemi ini bisa segera kita lewati bersama,” tuturnya.
Di tempat yang sama, Kepala Pasar Santa, Fritz Ondoy Sinaga mengungkapkan bahwa edukasi yang dilakukan oleh pihaknya kepada pelaku usaha mikro dilakukan dengan jemput bola atau dari pintu ke pintu.
“Di tahun 2020 kemarin memang sangat terasa sekali saat pandemi kemarin. Dari kami sendiri sampai memutar otak untuk pemasaran digital dengan cara door to door, mengambil sampel dari masing-masing pedagang, jadi mereka kita pasarkan secara digital,” kata Fritz.
Alhasil, hingga saat ini pelaku usaha mikro di Pasar Santa mulai kembali bergeliat setelah berhasil mengaplikasikan penggunaan digital.
“Dari pemasaran kita ada digitalisasi dan dari pembayaran juga baru kemarin launching digitalisasi pasar. Ya itu untuk memutus rantai pandemi covid dari uang yang beredar kita putus dengan cara cashless,” tegasnya.
Terkait manfaat BPUM dirasakan langsung oleh Sumiah, seorang pedagang pakaian muslim di Pasar Santa. Dia merasa bersyukur dengan adanya BPUM ini, karena dia bisa berjuang dengan usahanya di kala pandemi.
“Alhamdulillah dengan adanya bantuan BPUM ini saya bisa membeli barang-barang baru. Pada saat pandemi penjualan menurun drastis sekitar 80%, tapi kalau sekarang alhamdulillah sudah mendingan, sudah ada peningkatan pendapatan,” ujar Sumiah.
Dia pun berharap BPUM dapat diteruskan dan bahkan ditambahkan nominal bantuannya. Pasalnya, Sumiah merasakan betul manfaat dari BPUM untuk keberlangsungan usahanya hingga bisa bertahan sampai detik ini.
“Saya berharap bantuan ini bisa ditambah bantuannya jadi bisa untuk tambahan modal lagi. Produk saya memang sebagian beli dan sebagian lagi saya bikin. Saya sudah berdagang 20 tahun di sini, buka dari setengah delapan dan tutup jam lima,” pungkasnya.(Jef)