Bandung:(Globalnews.id)-Deputi Bidang UKM KemenkopUKM Hanung Harimba Rachman mengatakan pelaku UMKM di Indonesia memiliki beberapa permasalahan, seperti : bidang manajemen, organisasi, teknologi, permodalan, operasional, dan teknis di lapangan, terbatasnya akses pasar, kendala perizinan, serta biaya-biaya non teknis di lapangan yang sulit untuk dihindarkan.
Jika di Identifikasi beberapa permasalahan dan kesulitan usaha yang dihadapi, antara lain masalah permodalan (51,09%,) pemasaran 34,72%, Bahan Baku 8,59%, Ketenagakerjaan 1,09%, Distribusi Transportasi 0,22%, dan lainnya 3,93%.
“Disisi lain, dua target besar Kementerian Koperasi dan UKM terhadap KUMKM adalah peningkatkan ekspor yang signifikan dan masuk dalam rantai pasok nasional, regional dan global,” kata Hanung Harimba Rachman dalam acara pembukaan Pelatihan Ekspor Bagi UKM/Start Up di, Bandung, Jum’at (2/4/2021).
Kegiatan pelatihan yang dibuka oleh Deputi Bidang UKM, merupakan rangkaian dari Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (BBI) di Bandung Jawa Barat, launching tanggal 3 April 2021. “DENGAN BELI dan GUNAKAN DENGAN BANGGA PRODUK UKM KITA DEMI TERCAPAINYA #UKMJABARPATEN. Gerakan Nasional ini menjadi momentum Bangga Buatan Indonesia (BBI) untuk membulatkan tekad meningkatkan ekspor UKM Jawa Barat dan UKM Indonesia.
Selain itu pelatihan ekspor bagi UKM/Start Up adalah langkah untuk mewujudkan 500.000 eksportir hingga tahun 2030.
Acara hasil sinergi dan kolaborasi antara KemenkopUKM , Pemrov Jabar, Pemda Kab Bandung dan Sekolah Ekspor mengundang 90 (sembilan puluh) orang pelaku UKM dan SDM aparatur pembina sebagai peserta pada Pelatihan Prosedur dan Standar Ekspor serta Pelatihan Strategi Pengembangan Produk KUKM Berorientasi Ekspor, yang dilaksanakan di Hotel IBIS Trans Mart Studio, Bandung selama 3 hari (Jum’at hingga Minggu).
Deputi Bidang UKM memaparkan rendahnya kinerja ekspor UMKM Indonesia dilatarbelakangi oleh beberapa tantangan. Diantaranya akses terhadap informasi pasar sangat rendah, serta baru 16% UMKM yang terhubung dengan ekosistem digital. Tantangan lainnya adalah keterbatasan skala kapasitas usaha dan standar produk, tingginya biaya transaksi dan kontrak dan rendahnya akses pembiayaan dimana hanya 19,41% yang terakses dengan lembaga pembiayaan dan tingginya biaya logistik.
“Berangkat dari hal itu KemenkopUKM memiliki sejumlah strategi untuk meningkatkan ekspor UMKM, antar lain dengan mengembangkan market driven/ intelligence. Melalui cara ini, UMKM akan mudah mendapat akses informasi, melibatkan ahli untuk kurasi champion sehingga dapat masukan untuk memperbaiki produk, digitalisasi UMKM,” kata Hanung.
Ekosistem Digital
“Pandemi yang terjadi saat ini tentu sedikit banyak memengaruhi seluruh sektor kehidupan. Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional yang salah satunya adalah melalui peningkatan ekspor produk-produk UMKM, sebab UMKM yang jumlahnya 64,1 juta unit diharapkan menjadi katub pengaman, sebagai buffer (penyangga) perekonomian Indonesia,” jelas Hanung. Sejauh ini jumlah UMKM yang lebih dari 64 juta unit usaha hanya bisa memberikan kontribusi terhadap ekspor sebesar 14,37% dibandingkan dengan Usaha besar yang berjumlah 5.550 unit usaha, berkontribusi terhadap ekspor sebesar 85,63%.
Hanung menegaskan menjadi hal yang sangat penting dengan pemasaran, sebab UMKM masa depan ini harus bisa merespon pasar, dengan memiliki kecakapan di bidang teknologi, mempunyai value creation, menjadi usaha yang market driven, mengenal pasar dan perubahan-perubahan serta inovatif, agar produk yang diciptakan bisa menjawab kebutuhan pasar.
“Dari pengalaman, UMKM yang eksis dan survival adalah yang terhubung dengan ekosistem digital, dengan memanfaatkan platform e-commerce, marketpalace. Sudah saatnya UMKM bertransformasi ke digital. Penetrasi digitalisasi, bagi UMKM akan mendapatkan margin lebih dan memangkas mata rantai penjualan,” papar Hanung.
Hanung menambahkan Pogram pelatihan dengan beberapa materi, kurikulum, bahan ajar telah disiapkan untuk memenuhi kebutuhan UKM, terutama UKM yang akan melakukan ekspor, sehingga dapat meningkatkan ilmu, baik tatakelola usaha, pencatatan keuangan, pemasaran, business plan dan pengurusan dokumen ekspor.
Hanung berpesan agar pelatihan ini dapat menjadi ajang untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan serta memotivasi UMKM untuk tetap survival dan naik kelas.
”Saya berharap pelatihan Ekspor akan menambah jumlah eksportir-eksportir baru khususnya di Provinsi Jawa Barat,” pungkasnya.(Jef)