Kuningan:(Globalnews.id)- Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) menggandeng berbagai pihak termasuk universitas untuk menyiapkan dan melakukan riset terkait UMKM agar produknya semakin unggul dan berkualitas sekaligus mencetak lebih banyak wirausaha muda dari kalangan perguruan tinggi.
Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengungkapkan, dari berbagai diskusi yang ada bersama para rektor universitas di Indonesia, rata-rata mereka memiliki keresahan yang sama dalam mencetak generasi selanjutnya dari kampus.
“Para rektor, setelah saya berbicara, ternyata memiliki keresahan yang sama. Bagaimana ke depan, jangan lagi menciptakan lulusan pencari kerja, justru pencipta pekerjaan. Itu mengapa, dari awal mereka sudah harus disiapkan untuk memiliki business plan,” ucap MenKopUKM Teten Masduki dalam Kuliah Umum bertajuk Young Entrepreneur Wanted di Universitas Kuningan (Uniku), Kuningan, Jawa Barat, Sabtu (16/7).
Menteri Teten didampingi SesKemenKopUKM Arif Rahman Hakim dan Deputi Bidang Kewirausahaan KemenKopUKM Siti Azizah. Dalam kesempatan tersebut, juga hadir Sekda Kabupaten Kuningan Dian Yanuar, Rektor Universitas Kuningan Dikdik Harjadi, dan Founder Dua Coffee Rinaldi Nurpratama.
Dalam kegiatan tersebut juga dilaksanakan penandatanganan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara KemenKopUKM dan Universitas Kuningan terkait Pendidikan, Pembinaan, dan Penelitian Kewirausahaan.
Lebih lanjut MenKopUKM Teten mencontohkan, Universitas Kuningan misalnya, lulusannya tidak boleh kalah dengan lulusan perguruan tinggi lain yang ada, terutama dalam menciptakan wirausaha muda. Hal ini pun dibuktikan dengan lulusan Universitas Kuningan yang saat ini sudah memiliki usaha dan beberapa cabang di Kuningan sendiri ataupun Bandung.
Kerja sama yang dilakukan kata Menteri Teten, merupakan upaya dalam menyiapkan UMKM berbasis teknologi dan inovasi. Salah satunya dengan mengajak universitas-universitas di Indonesia dalam menyiapkan riset sehingga UMKM mampu menghasilkan produk berkualitas serta memiliki keunggulan tersendiri.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Teten juga melakukan dialog interaktif bersama beberapa mahasiswa Univ Kuningan yang telah memiliki usaha. Di antara mereka sudah ada yang punya usaha mulai dari coffee shop, kuliner berupa snack, tote bag, hingga hijab. Bahkan alumni Univ Kuningan sudah ada yang sukses dengan usaha minuman jeruk nipis asli JENIPER dan JENISA.
“Saya bangga sekali, mereka rata-rata mahasiswa masih kuliah tapi sudah punya bisnis. Nggak main-main, bahkan ada yang sudah punya cabang, dan omzet jutaan per bulan. Mereka bisa menjadi pioneer temen mahasiswa lainnya dalam mengembangkan bisnis,” katanya.
Saat ini kata Teten, penjualan produk UMKM sudah terhubung secara global. Bahkan pembelian hanya dilakukan lewat toko online di berbagai media sosial hingga tergabung dengan e-commerce.
Salah satunya usaha coffee shop yang tengah marak saat ini. MenKopUKM mengatakan, salah satu usaha yang memiliki banyak penggemarnya dan lebih sustain adalah dengan usaha coffee shop. Bahkan mayoritas usaha kopi ini dikelola oleh generasi milenial. “Keunggulan kopi kita itu enak, dan memang salah satu yang terbaik di dunia,” katanya.
KemenKopUKM menargetkan terciptanya 1 juta wirausaha baru dari kalangan anak muda. Pihaknya berharap, kontribusi besar dari Universitas Kuningan dalam menciptakan wirausaha baru. Universitas kata Menteri Teten, saat ini harus mengubah pola pikir melalui kurikulumnya dalam mencetak sarjana, untuk menjadi wirausaha berpendidikan yang berdaya saing dan inovatif dengan menciptakan lapangan kerja bukan lagi pencari kerja.
Universitas juga berperan penting dalam memajukan kewirausahaan, salah satunya dengan mendorong spin-off kewirausahaan berbasis riset ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga wirausaha memiliki inovasi, kompetitif, serta berdaya saing di pasar domestik maupun global.
Saat ini juga sudah ada Perpres Nomor 2 Tahun 2022 tentang Pengembangan Kewirausahaan Nasional yang diharapkan mampu memberikan kemudahan, insentif, dan pemulihan bagi wirausaha, sehingga dapat melahirkan The Future SME yang berbasis teknologi, adaptif, dan kompeten.
“Jangan takut jadi pengusaha, yang penting semangat, memiliki konsep bisnis yang benar, dan mendorong potensi daerah. Pembiayaan 30 persen itu UMKM ke depannya akan semakin luas. Produk-produk mahasiswa juga bisa ikut belanja pemerintah yang diwajibkan, harus membeli produk UMKM,” ujar Menteri Teten.
Rektor Universitas Kuningan Dikdik Harjadi mengatakan, program yang dimiliki Uniku memang untuk melahirkan entrepreneur muda sejalan dengan program pemerintah. Pihaknya pun telah bekerja sama dengan KemenKopUKM dalam melakukan pembinaan usaha kepada mahasiswa.
“Kegiatan yang pernah dilakukan bersama KemenKopUKM adalah program sinergi sejak 2021 melalui penciptaan scale-up inkubasi bisnis berkelanjutan, pendanaan pasca inkubasi, program peningkatan kapasitas SDM inkubator, dan lainnya,” rinci Dikdik.
Untuk itu ia berharap, yang sudah dilakukan Uniku bersama KemenKopUKM dalam mencetak wirausaha muda terus ditindaklanjuti ke depan. “Sesuai dengan amanat Menteri Teten, kami ingin meluluskan mahasiswa bukan hanya _job seeker_ tapi _job creator_, menambah kemampuan wirausaha, menyediakan tempat galeri usaha sebagai wadah mahasiswa, serta bekal ketika lulus dan menjadi entrepreneur muda,” katanya.
Bupati Kuningan yang diwakili Sekda Kuningan Dian Yanuar mengatakan, salah satu produk unggulan daerahnya adalah kopi. Tercatat, produksi kopi di Kabupaten Kuningan bisa mencapai 1.000 ton per tahun terdiri dari jenis kopi robusta, arabica, dan liberica.
“Prospeknya bagus. Bahkan ada yang sudah ekspor 2 ton dari Subang ke luar negeri. Tentunya ini mendongkrak ekonomi daerah, yang potensi ini bisa dikembangkan lagi di kampus,” katanya.
Tak ketinggalan, Founder Dua Coffee Rinaldi Nurpratama turut membagikan pengalamannya sebagai wirausaha muda yang menjalankan bisnis kopi. Bisnis kopi ini bukan yang pertama menjadi usaha bagi pria yang akrab disapa Aldi ini. Terhitung sudah ada empat usaha sebelumnya yang gagal pernah ia jalani. Jatuh bangun bisnis sudah kenyang Aldi hadapi.
Namun saat ini, bisnis kopi melalui brand Dua Coffee ini, justru sudah mejeng hingga ke Amerika Serikat. Saat ini Dua Coffee sudah memiliki 8 cabang di Indonesia, dan satu cabang di Washington DC, AS. Dua Coffee juga memiliki 100 lebih karyawan yang siap mengembangkan Dua Coffee lebih tinggi lagi.
“Jatuh tapi bangun lagi itu yang penting. _Learning process_ sampai saat ini tak pernah berhenti saya jalani. Dulu kendala saya adalah kurangnya perhatian soal legalitas. Dari situ saya belajar terus. Alhamdulillah pasti rezeki itu datang di waktu yang tepat, dengan usaha yang keras,” kata Aldi.
*Penerima WP*
Dalam mendorong pelaku usaha yang baru merintis usaha, KemenKopUKM juga membantu para pengusaha muda baru ini melalui Program Wirausaha Pemula (WP) di tahun 2021. Para mahasiswa yang memiliki usaha, difasilitasi melalui kampusnya, untuk bisa mengajukan bantuan dana dalam mengembangkan usahanya.
Seperti yang telah dirasakan oleh dua mahasiswi Universitas Kuningan, Yani Maryani (23) Mahasiswi Semester 5 Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) yang memiliki usaha Tote Bag Kuningan dan Astri Nurdianti lewat brand Sabiya Chollect (21) dari jurusan Akuntansi FEB.
Yani memulai usaha sejak 2019, memiliki 10 model desain tote bag dan mampu meraih omzet Rp5 juta per bulan. Ia mendapatkan pembinaan dan bantuan modal dari WP KemenKopUKM lewat kampus sebesar Rp2 juta.
“Setelah mengikuti inkubasi usaha di kampus, usaha saya semakin meningkat. Alhamdulillah saat ini saya sedang mengerjakan order 500 pcs tas dari kampus lain,” cerita Yani.
Tak jauh berbeda dengan kesuksesan Yani, Astri melalui usaha hijab Sabiya Chollect juga mampu memiliki penghasilan sendiri meski masih menjadi mahasiswa. “Omzet rata-rata masih Rp1,5 jutaan. Saya senang akhirnya bisa punya produk sendiri. Lewat inkubasi usaha di kampus ini, saya dibantu bagaimana cari bahan yang bagus, marketing, dan mengelola bisnis,” katanya.
Kepala Kantor Pusat Pengembangan Kewirausahaan (KP2K) Universitas Kuningan Agus Priyanto menjelaskan, Uniku memiliki program pembinaan kepada mahasiswa baik yang sudah memiliki usaha atau pun yang belum punya bisnis rintisan. Saat ini pihaknya sedang membina sebanyak 30 grup.
Selain pembinaan, mereka juga akan dibantu lewat Dana Bergulir Kampus sebesar Rp1 juta-Rp5 juta per usaha, yang dikenakan tanpa bunga ke mahasiswa. “Dana ini akan diberikan dalam jangka waktu setahun. Nanti setelah mereka mengembalikan pinjaman tersebut sesuai kemampuannya. Mereka juga diberi tempat di kampus lewat Galeri Kewirausahaan berupa kios-kios mini selama satu tahun,” kata Agus.
Uniku juga bermitra dengan KemenKopUKM, salah satu bantuannya itu melalui dana pembinaan WP. Selanjutnya mahasiswa Uniku kata Agus, didorong setelah keluar dari kampus, bisa memiliki outlet-outlet di luar kampus untuk kehidupan mereka ke depannya. “Harapan kami, ketika mereka lulus, menjadi wirausaha dan mengambil banyak tenaga kerja dari masyarakat,” katanya.(Jef)