JAKARTA -(Globalnews.id)- Kementerian Koperasi dan UKM mendorong wirausaha mahasiswa untuk memiliki fondasi dan daya saing kuat dengan mengutamakan unsur affordable atau keterjangkauan oleh masyarakat, kreativitas dan teknologi.
Pertumbuhan kewirausahaan nasional semakin pesat, mengingat potensi ekonomi makro nasional yang sangat besar yakni tercatat PDB nasional yang mencapai Rp12. 046 triliun, PDB ekonomi kreatif mencapai Rp852 triliun dan pasar e-commerce sebesar Rp337 triliun.
“Selain affordable atau keterjangkauan oleh masyarakat, unsur creativity juga sangat penting dengan menciptakan sesuatu yang baru untuk ditawarkan kepada para konsumen, serta unsur technology yang membuat pekerjaan akan lebih cepat dan akurat, efektif dan efisien serta fleksibel,” kata Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Agus Muharram dalam diskusi bertema “Increase Your Business Movements With ACT” di Universitas Mercu Buana, Jakarta, Kamis (22/3).
Hadir dalam acara tersebut, Founder & CEO PT Randol Visi Utama (Radja Cendol) Danu Sofwan, Asdep Pengembangan Kewirausahaan Deputi SDM Kemenkop dan UKM Budi Mustopo, Wakil Dekan Bidang Sumber Daya Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mercu Buana Dr Tafiprios serta Sekretaris Program Studi Manajemen S-1 Universitas Mercu Buana Sulton Ibrahim.
Menurut Agus Muharram, pertumbuhan jumlah wirausaha akan mencapai 4,8 persen pada 2018. Jumlah wirausaha saat ini sudah mencapai rasio 3,1 persen dari total populasi penduduk Indonesia.
Angka ini sudah melampaui standar internasional, yakni sebesar 2 persen. Dengan rasio wirausaha di Indonesia sudah meningkat menjadi 3,1 persen dari total penduduk Indonesia dari sebelumnya hanya 1,55 persen di 2014.
“Jika dihitung dengan jumlah penduduk Indonesia sekitar 261,89 juta jiwa, maka jumlah wirausaha Indonesia cukup besar,” ujar Agus Muharram.
Lebih jauh Agus Muharram mengatakan, untuk menumbuhkan kreativitas berwirausaha maka usaha bisa dimulai dari yang disukai, mengamati tren yang sedang berkembang, berpikir out of the box dan mau belajar dari kegagalan diri sendiri dan orang lain.
“Dan sekarang era kemajuan teknologi, maka gunakan media sosial untuk promosi, untuk komunikasi dengan customer dan sekarang e-transaksi juga sudah banyak digunakan oleh bank-bank. Hal ini harus diperhatikan oleh wirausaha,” ungkap Agus Muharram.
Di samping itu, dia juga mengingatkan agar pelaku usaha atau wirausaha mahasiswa tidak hanya mengandalkan knowledge atau pengetahuan di pendidikan formal, namun juga mengasah skill atau ketrampilan, jaringan atau networking, melihat peluang (opportunity) serta sikap prilaku (attitude).
“Dalam kerangka kesejahteraan, maka kita memahami bahwa jasa dan produksi akan menghasilkan pendapatan tapi SDM harus terus ditingkatkan, perlu akses usaha dan infrastruktur yang memadai,” ujar Agus Muharram.
Dia menambahkan, Kemenkop dan UKM sedang menggerakkan program kewirausahaan mahasiswa di berbagai perguruan tinggi. “Dan mahasiswa Universitas Mercu Buana dapat ikut dalam program tersebut, nanti ada pelatihan dan bantuan permodalan,” katanya.
Senada dengan Agus Muharram, Dr Tafiprios juga mengatakan, jumlah wirausaha Indonesia masih 3,1 persen. “Syarat negara mencapai kemakmuran adalah jumlah wirausaha mencapai 2 persen. Tentunya pemerintah berusaha menumbuhkan wirausaha baru. Tapi ini bukan hanya tugas pemerintah, namun tugas kita bersama, termasuk kampus,” katanya.
Wakil Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis ini menjelaskan bahwa menjadi entrepreneur merupakan profesi mulia dan bisa menentukan nasib sendiri atau berkreasi sendiri sesuai kemampuan. “Kalau jadi karyawan kita mengikuti sesuai aturan. Untuk itu, mindset kita harus diubah, dari kuliah, lulus, kerja dan kawin menjadi kuliah cepat lulus dan harus punya usaha. Orientasi jadi seorang pekerja diubah menjadi pengusaha. Kalau kita mapan secara ekonomi dan finansial ya harus berdagang dan berusaha,” katanya.
800 Outlet Randol
Pada kesempatan yang sama, Founder & CEO of Randol (Radja Cendol) Danu Sofwan memberikan motivasi kewirausahaan bagi mahasiswa Universitas Mercu Buana. Danu menceritakan pahit dan dukanya dalam membuka usaha. Namun jerih payahnya berbuah manis. Kini usaha Danu dengan brand Randol telah bertebaran di berbagai daerah.
“Randol baru membuka outlet di Jayapura dan sekarang sudah ada 800 outlet. Dengan adanya outlet-outlet itu bisa dibayangkan berapa pekerjaan yang kita buka,” ujar Danu.
Sebelum usaha minuman cendol atau Randol berkibar dan sukses, Danu mengaku sudah 10 usaha yang dibangun dan mengalami kegagalan.
“Saya mengalami sampai kehidupan yang sudah tidak memiliki apa-apa, sampai untuk makan pun keluarga harus menjual perabotan rumah untuk membeli mie instan, makan dengan nasi dan garam saja. Itu pernah dialami. Saya pernah kerja menjadi kuli pasir dan pengamen,” ujar pebisnis muda kelahiran tahun 1982 ini.
Namun hal itu tidak menyurutkan tekadnya untuk memiliki usaha, hingga akhirnya mencoba minuman tradisional yaitu cendol.
“Pilihan makanan dan minuman tradisional ini juga sempat dilakukan riset. Berdasarkan survei salah satu lembaga dunia, cendol berada di deretan teratas makanan dan minuman asli Indonesia terlezat seperti masakan khas Rendang,” ujar Danu.
Untuk pilihan aneka minuman cendol, Danu mencampur dengam berbagai bahan lainnya sehingga semakin menarik.
“Sebagai pelopor minuman cendol, harus terus melakukan inovasi dengan nama produk yang menarik,” ujarnya. Pengusaha muda ini juga dikenal tidak pelit ilmu dan pengalaman. Ia terus membagi tips dalam mengelola produk minumam cendol hingga menarik konsumen. Mulai dari nama tiap item minuman cendol hingga tampilan yang menarik.
“Membangun usaha berbeda dengan sekedar berdagang. Membangun usaha harus menjaga, memupuk dan terus menerus mengembangkan. Harus dimulai dari membuka mindset, harus punya diferensiasi atau perbedaan, jangan lambret atau lama,” kata Danu. (jef)