JAKARTA:(Globalnews.id)- Koperasi Pemuda dan Koperasi Mahasiswa dinilai potensial menjadi wadah kaderisasi koperasi bagi generasi milenial. Hal itu penting dan mendesak di tengah Indonesia yang dianggap mulai mengalami krisis generasi penerus koperasi, jika tidak segera mengambil langkah antisipasi untuk melakukan kaderisasi.
Kepala Bagian Data Kementerian Koperasi dan UKM Catur Susanto di Jakarta, Kamis, mengatakan, tantangan besar masyarakat koperasi apabila tidak segera melakukan upaya dan langkah antisipatif sejak saat ini adalah krisis generasi penerus atau kader koperasi.
“Fenomena dan fakta empiris apabila kita deteksi di kalangan masyarakat atau daerah banyak pengurus, pengawas dan bahkan manajemen sebagai pengelola koperasi dan sering muncul stigma serta identik dimasyarakat pelaku koperasi banyak didominasi oleh golongan tua atau generasi x atau bahkan baby boomers,” katanya.
Menurut dia, pelaku gerakan koperasi dan pemangku kepentingan koperasi harus mulai menyusun “grand design” pengembangan koperasi melalui pola regenerasi dan kaderisasi secara simultan dan berkelanjutan.
Ia menambahkan, koperasi memiliki potensi yang sangat besar yakni untuk melakukan penguatan dan pemberdayaan kalangan pelajar, mahasiswa dan pemuda untuk membentuk wadah aktualisasi diri yang positif.”Satu wadah dan entitas yang tepat adalah melalui koperasi yang berbasis pelajar, mahasiswa maupun pemuda sebagai sarana aktualisasi tersebut,” katanya. Berdasarkan Online Data System (ODS) Koperasi Hingga 25 April 2018, jumlah Koperasi Pemuda (Kopeda) sebanyak 763 unit dan Koperasi Mahasiswa (Kopma) sebanyak 526 unit.
Catur melihat gerakan memasyarakatkan koperasi kalangan pemuda dan mahasiswa serta mengkoperasikan masyarakat pemuda dan mahasiswa dengan isu sentral generasi milenial khususnya pada kalangan pelajar dan lingkup kampus sangat potensial dan strategis sebagai target sasaran.
“Kami berpandangan bahwa instrumen yang sangat tepat dan efektif dalam rangka menjaga semakin besarnya kesenjangan generasi koperasi dan kaderisasi koperasi maka perlu diperkuat kembali nilai-nilai dan semangat berkoperasi di kalangan pelajar, mahasiswa, dan pemuda,” katanya.
Ia mengatakan, tren yang ada saat ini minat dan ketertarikan pelajar, mahasiswa, dan kalangan pemuda relatif kecil terhadap semangat berkoperasi.”Semakin derasnya arus teknologi dan informasi dengan dalih modernisasi yang masuk ke seluruh lapisan masyarakat khususnya kalangan pelajar, mahasiswa, dan pemuda juga memberikan pengaruh yang signifikan dan cenderung membuat luntur sikap mental, karakter dan jati diri pelajar, mahasiswa dan kalangan pemuda,” katanya.
Berkaitan hal tersebut Catur berpendapat peran koperasi mahasiswa dan koperasi pemuda sebagai salah satu solusi alternatif dalam membendung arus modernisasi dan transformasi budaya luar yang saat ini cenderung sangat cepat.
“Tujuan akhirnya nanti adalah upaya revitalisasi koperasi pemuda dan koperasi mahasiswa sebagai koperasi kader yang di dalamnya bahwa koperasi bukan menjadi tujuan akhir, akan tetapi koperasi lebih berorientasi sebagai alat atau instrumen pembelajaran dalam organisasi, kelembagaan, penanaman nilai-nilai dasar dan jati diri koperasi, manajemen pengelolaan usaha, aktualisasi diri, dan kanal positif,” katanya. Oleh karena itu, ia mengatakan sebagai koperasi kader maka koperasi pemuda dan koperasi mahasiswa harus mampu menjadi koperasi yang kreatif, aktif, dinamis, enerjik, dan responsif. (jef)