SURAKARTA: (Globalnews.id) Memiliki hobi travelling atau bepergian ke tempat-tempat wisata menjadi awal inspirasi Paulus Phoek, untuk merintis usahanya dalam pembuatan bantal leher. Lulusan Arsitektur dari Universitas Gajah Mada (UGM) ini berhasil mentransformasikan ilmu desainnya dalam produk-produk yang diproduksi.
Tidak hanya desain yang unik, material produk memanfaatkan bahan baku lokal membuat produknya mampu bersaing dari produk-produk produsen besar di Tanah Air. Bahkan, kini bantal leher hasil produksinya sudah menembus pasar global.
“Kita memang fokus pada kualitas produk dan desain. Sekarang sudah ekspor ke beberapa negara seperti Hongkong, Jepang, dan negara-negara Eropa,” kata Paulus, pemilik label MicaWork, ditemui disela kegiatan Bimbingan Penerapan E-Commerce Produk UMKM di Surakarta yang digelar Kementerian Koperasi dan UKM, Kamis (2/8/2018).
Namun begitu, perjalanan usaha Paulus tidak dilalui dengan mudah. Tujuh tahun sejak ia memutuskan untuk fokus pada produk bantal leher di 2011 silam, berbagai pameran baik domestik hingga mancanegara telah diikuti guna memperkenalkan produknya ke tingkat global.
Pameran pertama yang diikutinya adalah Inacraf 2012 di Senayan, Jakarta. Berulang kali mengikuti pameran ini, membuat produknya dilirik oleh Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) untuk diikutsertakan dalam pameran Craft di Bangkok International Trade & Exhibition Centre, Bangkok, Thailand, pada 2015 silam.
Tak berhenti disitu, difasilitasi Kemenkop UKM pameran selanjutnya di Hongkong, pada April 2016. Dan terakhir pameran di Negeri Sakura, Jepang pada September 2016. Dari berbagai pameran yang diikuti Paulus itu, ia semakin percaya bahwa tiada usaha yang mengkhianati hasil.
Sebab, ungkap Paulus, ia menemukan fenomena bahwa meskipun produk yang ditawarkannya menarik dan berkualitas, namun tidak serta merta membuat buyer langsung melirik. Hal ini ditemuinya pada pembeli saat mengikuti pameran di Jepang 2016 lalu itu.
“Ada beberapa buyer yang tidak langsung order produk saya, tapi memperhatikan terlebih dahulu hingga beberapa kali mengikuti pameran. Ternyata, mereka ini ingin melihat konsistensi produsen,” ucap Pria yang tinggal di Solo, Jawa Tengah itu.
Kini, omset MicaWork mengalami peningkatan signifikan mencapai Rp100 juta per bulan, dari sebelumnya hanya di kisaran Rp3 juta per bulan. Beberapa pembeli hasil dari pameran yang diikutinya di luar negeri tersebut hingga kini menjadi pelanggan tetap dengan orderan perbulan sekitar Rp30 juta.
“Dari omset saya itu, 85 persen dari pasar domestik dan 15 persen dari luar negeri,” ujanya.
MicaWork, kata Paulus, saat ini tidak lagi hanya mengandalkan dari penjualan bantal leher. Ia mengembangkan varian produk seperti travelling set, perlengkapan dapur, hingga memproduksi hiasan mobil.
MicaWork, diungkap Paulus, tak memiliki toko fisik. Pemasarannya hanya mengandalkan perdagangan elektronik atau online dan memanfaatkan sejumlah media sosial (medsos). Ia percaya, penjualan era modern seperti saat ini tak lagi membutuhkan toko fisik.
Bahkan, penjualan secara online dinilainya jauh memiliki kelebihan karena jangkauan yang luas. Apalagi, sekarang tak sulit untuk mengirimkan produknya dengan menggunakan jasa ekspedisi.
Sebagai informasi, Kementerian Koperasi dan UKM memang memiliki program untuk memfasilitasi para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk mengikuti event pameran di luar negeri. Pada 2018 ini saja, ada dua pameran yang akan difasilitasi.
Dua pameran yang dimaksud yaitu Malaysia International Halal Showcase (Mihas) dan Chibimart Summer di Italia atau Festival Indonesia Fair (Mosco). Ditargetkan sebanyak 30 UMKM mengikuti pameran tersebut.(jef)