JAKARTA:(Globalnews.id)- Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) mulai menyalurkan pinjaman/pembiayaan dana bergulir ke sektor usaha pengelolaan kopi. Bantuan perkuatan modal usaha bagi UMKM Kopi ini diharapkan bisa meningkatkan nilai ekspor kopi Indonesia.
Sebagaimana diketahui bahwa Indonesia menempati posisi ke-4 dari 10 negara penghasil kopi terbesar di dunia setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia. Namun nilai ekspor kopi masih rendah. Pada tahun 2016 nilai ekspor kopi Indonesia hanya sebesar USD 1,36 miliar.
“Oleh karena itu, saya berharap melalui Kepala Dinas Perkebunan Jambi, bisa digerakkan petani kopi di sana kami yakin pelaku usaha kopi sangat luar biasa antusias,” kata Direktur Utama LPDB-KUMKM Braman Setyo dalam acara diskusi publik dengan tema “Potensi Pembiayaan LPDB-KUMKM ke Sektor Usaha Pengelolaan Kopi Asli Indonesia” di Jakarta, Kamis (26/4/2018).
Pada tahun 2018 ini, LPDB-KUMKM akan menyalurkan dana bergulir ke sektor usaha pengelolaan kopi asal Provinsi Jambi. Sebab kopi asal daerah tersebut memiliki kualitas tinggi sehingga sangat potensial untuk masuk ke pasar luar negeri. Selama ini kopi Jambi masuk pasar Amerika dan Australia.
“Jadi akan kita gelontorkan dana LPDB di sektor riil sentuh komunitas kopi di sana (Jambi). Di Jakarta kami akan sosialisasikan semua agar semua pelaku usaha sektor kopi bisa ajukan,” papar Braman.
Penyaluran dana bergulir LPDB-KUMKM kepada sektor usaha pengelolaan kopi akan menggunakan pola _channeling_ dengan bekerjasama dengan Bank Pembangunan Daerah (BPD). Mengingat LPDB-KUMKM tidak memiliki kantor cabang di daerah. “Kami tidak bisa menyalurkan langsung ke UKM, BPD Jambi akan datang ke UKM mereka akan nilai kelayakan usaha. Setelah itu mereka akan usulkan kepada kami sesuai persyaratan,” katanya.
Kepala Dinas Perkebunan Jambi, Agus Rizal mengungkapkan bahwa usaha kopi di Jambi sedang _booming_ seiring dengan banyaknya minat masyarakat untuk mengonsumsi kopi lokal. Namun pihaknya berharap usaha kopi ini bisa menciptakan nilai tambah bagi UKM maupun petani kopi itu sendiri.“Makanya kami mendorong agar mereka (UKM Kopi) bisa ekspor,” ujar Agus yang turut hadir dalam acara diskusi ini.
Dia mengatakan kendala utama yang dihadapi UKM Kopi selain kurangnya tempat menjemur dan penampungan, juga yang tidak kalah penting adalah modal usaha. Karena itu, dukungan pembiayaan dana bergulir dari LPDB-KUMKM sangat dibutuhkan.“Kita sudah hubungkan ke BPD untuk pinjam, mudah-mudahan ada hubungan dengan LPDB. Satu koperasi sudah kerjasama dan keluar kredit Rp 200 juta,” ungkap Agus.
Di tempat yang sama Rina Safitri selaku Ketua Rumah Kreatif Ne’No mengakui pembiayaan dana bergulir dari LPDB-KUMKM di sektor usaha kopi belum ada. Adapun bila kesulitan modal, pelaku usaha kopi Jambi selama ini memanfaatkan program wirausaha pemula (WP) dari Kementerian Pemuda dan Olahraga, maupun Kementerian Koperasi dan UKM.“Itupun tidak bisa semua, karena harus melalui proses kurasi,” sebutnya.
Produk kopi yang dihasilkan dari tangan para pelaku UKM ini ada yang sudah dipasarkan di luar negeri. Dari segi pasar, Rina mengakui pihaknya tidak kesulitan, hanya saja modal usaha sangat mereka dibutuhkan. “Untuk itu, tidak hanya perusahaan tapi petani yang mandiri pun bisa dibantu,” harapnya (jef)