NEW YORK: (Globalnews.id)- Indonesia menekankan pentingnya konsep kewirausahaan untuk diterapkan tidak hanya bagi perusahaan besar tapi juga koperasi, UKM, start up, dan pemerintah sebagai pembuat kebijakan yang disampaikan dalam Forum PBB yakni UN-ICSB Forum 2019 dalam rangka Peringatan Hari UKM Internasional.
Chair of ICSB Indonesia dan President of Asia Council for Small Business (ACSB) Hermawan Kartajaya di Markas PBB New York pada 26-28 Juni 2019 yang hadir sebagai salah satu delegasi Indonesia dalam rangka Peringatan Hari UKM Internasional menekankan beberapa hal penting dalam pengembangan UMKM di suatu negara salah satunya menanamkan jiwa dan mental kewirausahaan.
“Kewirausahaan atau entrepreneurship sangat diperlukan tidak hanya oleh sektor swasta tapi juga koperasi, UKM, dan start up serta pemerintah sebagai pembuat kebijakan,” kata Hermawan yang juga Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM itu.
Tiga elemen penting dalam membangun kewirausahaan kata dia yakni memanfaatkan peluang, strategi pengambilan risiko, dan kolaborasi dalam kerja sama yang baik antara LSM dengan pemerintah untuk menghadapi era baru.
“Hal ini nyata terlihat dalam Goal 12 yakni SCP Sustainable Consumption and Production atau produksi dan konsumsi yang berkelanjutan. Maka entrepreneurship an sich melekat dalam SDG atau sustainable development goals ke-12,” katanya.
Hermawan Kartajaya juga menyampaikan dalam forum yang sama bahwa Indonesia merupakan ekonomi terbesar di kawasan Asia Tenggara bahkan satu-satunya anggota G-20 dari ASEAN sejajar dengan Korea, Jepang, China, dan India di Asia.
Ia menambahkan SDG 2030, ada 17 Interconnected Goals dan 5P yakni People, Planet, Prosperity, Peace, Partnership.
Oleh karena itu, ia menyarankan ada tanggung jawab yang menyertai dalam sebuah pembangunan konsep kewirausahaan yang menghasilkan barang dan jasa sehingga konsep semangat humane entrepreneur harus dikembangkan sebagaimana dicetuskan oleh Prof KKC di Korea.
“Pemasar yang bertanggung jawab sangat diperlukan untuk memastikan keberlanjutan konsumsi,” katanya.
Faktor penting lain yang ditekankan Hermawan yakni terkait teknologi yang dimotori oleh industri 4.0 dari Jerman yang harus digunakan untuk mendorong terwujudnya komunitas 5.0, sebuah konsep yang dikembangkan oleh Jepang.
“Ini akan diintegrasikan dengan humane entreprising, semangat untuk berproduksi secara bertanggung jawab, marketing untuk konsumsi yang bertanggung jawab pada nilai-nilai kemanusiaan, dan teknologi 5.0,” kata Hermawan.(jef)