JAKARTA:(GLOBALNEWS.ID)–Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PDI-P Junico BP Siahaan mengatakan lebih dari 60% dari total penduduk Indonesia pada tahun 2020 sebanyak 270,20 juta jiwa merupakan mereka yang berada pada usia produktif.
Usia mereka rata-rata masih dibawah 40 tahun. Mereka sering disebut sebagai generasi milenial, generasi Z atau post generasi Z. Masa depan negara ini ada di tangan mereka karena mereka yang akan menjadi orang-orang yang menentukan kemana Indonesia ke depan.
Mereka-mereka adalah generasi yang sudah sangat dekat dengan dunia gital. “Internet of things adalah sebuah keniscayaan dan cakap digital sangat penting,” katanya pada Webinar Ngobrol Bareng Legislator Pemanfaatan Teknologi Digital dengan Optimal, Jumat, 22 April 2022.
Dalam webinar hasil kerja sama Kementerian Kominfo dan DPR RI, khususnya Komisi I DPR RI tersebut, mantan presenter itu menjelaskan saat ini perkembangan infrastruktur internet Indonesia bergerak ke arah timur untuk mencapai target agar seluruh wilayah Indonesia terhubung dengan internet pada tahun 2024.
Dia menjelaskan sebanyak 73,7% dari total penduduk Indonesia saat ini sudah terhubung dengan internet. Sisanya akan diupayakan dapat terhubung dengan internet sampai akhir 2024 nanti. “Saya optimis, target Presiden Joko Widodo ini akan tercapai,” katanya.
Sementara itu, Presenter Zahra Salimah mengatakan teknologi digital merupakan teknologi dengan sistem operasinya secara otomatis menggunakan sistem komputer. “Saat ini, manusia tidak akan bisa lepas dari teknologi,” katanya.
Teknologi digital saat ini sedang berkembang pesat sehingga memudahkan sehingga masyarakat sudah seharusnya melek teknologi. Dampak positifnya antara lain meningkatkan intensitas komunikasi, media pertukaran data, mempermudah dalam memperoleh informasi dan sarana transaksi bisnis.
Praktisi Komunikasi Neneng Athiatul Faiziyah mengatakan saat ini masih terdapat kesenjangan dalam sikap adaptif masyarakat terhadap teknologi. Akibatnya, pemanfaatan TIK (Teknologi, Informasi dan Komunikasi) masih untuk komsumtif dan belum berdampak pada upaya memberdayakan diri.
Perempuan yang akrab disapa Neng Athia itu menambahkan rasio rendahnya literasi digital dapat dilihat dari banjirnya informasi yang berisi berita bohong (hoax), terjadinya pencurian informasi digital dan penerapan teknologi yang tidak berjalan karena orang tidak mau berubah.
Mengenai bahaya berita hoax, Neng Athia mengatakan sebaiknya saat mendapatkan suatu informasi, pengguna internet harus berusaha mengetahui sumber beritanya valid atau tidak. Kemudian lakukan saring sebelum sharing dan biasakan untuk menghindari content-content yang meresahkan.(Jef)