JAKARTA: (Globalnews.id)- Kementrian Perhubungan cq Ditjen Perhubungan Udara telah meminta masukan kepada ke Federal Aviation Administrasion (FAA) Amerika terkait inspeksi pesawat Boeing 737- Max 8, apakah ada yang perlu ditambahkan atau tidak.
Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Polana B Pramesti mengemukakan maksud dan tujuannya adalah untuk permohonan asistensi “Ya, kami memohon asistensi FAA, apakah ada yang perlu ditambahkan dalam pemeriksaan pesawat jenis 737-Max 8,” ujar Polana di Jakarta, Rabu (13/3/2019).
Polana mengatakan, pihaknya telah mengambil langlah preventif bercermin dari kecelakaan Lion Air akhir Oktober 2018 dan Euthopian Airlines pekan lalu yang keduanya menggunakan pesawat jenis tersebut. Langkah tersebut dengan menetapkan larangan terbang sementara untu dilakukan inspeksi mulai 12 maret.
“Larangan terbang sementara merupakan tindakan preventif dengan berbasis pertimbangkan keselamatan penerbangan. Sejak kejadian kecelakaan Lion Air PK LOP kami sudah banyak lakukan langkah-langkah meyakinkan kembali aspek keselamatan,” imbuh dia.
Sembari menunggu tanggapan FAA, pihaknya masih terus melakukan pemeriksaan hingga sepekan kedepan. Rencananya FAA akan memutuskan 12 April 2019 terkait apakah laik operasi atau tidak.“Kami terus komunikasi dengan pabrikan Boeing untuk menindaklanjuti hasil inspeksi bila ditemukan hal-hal yang perlu dikomunikasikan dengan mereka,” kata Polana.
Sementara itu maskapai Garuda Indonesia berencana mengganti pesawat Boeing yang semula 737- Max 8 ke jenis lainnya. “Garuda telah memesan 50 Boeing 737- Max 8 dan telah tiba satu. Atas kejadian yang ada, kami tengah menegosiasi pihak Boeing,” ujar Direktur Teknik I Wayan Susena di Jakarta, Rabu (13/3/2019).
Tadinya, kata dia pesawat 737- Max 8 akan tiba secara bertahap hingga tahun 2020 mendatang. Namun dipastikan pihaknya akan mengubah jenis pesanan.
Hal senada juga disampaikan Managing Director Lion Air Capt. Daniel Putut yang akan mereviu ulang pesanan 737- Max 8 yang dipesannya.“Lion Air grup memiliki total pesanan 222 unit pesawat jenis tersebut yang dikirim secara bertahap,” tutur Daniel.(jef)