PANGANDARAN – Kementerian Koperasi dan UKM memfasilitasi kemitraan Koperasi Produksi Mitra Kelapa (KPMK) Pangandaran, Provinsi Jawa Barat dengan anak perusahaan Astra Group, PT Rekadaya Multi Adiprima untuk mengoptimalkan pengolahan berbagai produk berbasis kelapa.
Ditargetkan produk berbasis kelapa tersebut akan menjadi produk unggulan dan brand terbaru bagi Kabupaten Pangandaran dalam beberapa bulan ke depan. Tidak hanya diolah menjadi tepung kelapa dan sabun mandi, namun serat dan serabut kelapa diolah menjadi produk furniture, triplek dan kasur.
Deputi Bidang Restrukturisasi Usaha Kementerian Koperasi dan UKM, Abdul Kadir Damanik mengatakan, kelapa tidak hanya dimanfaatkan buahnya untuk kebutuhan konsumsi saja, namun dikembangkan menjadi produk lain yang ramah lingkungan berbahan baku yang berasal dari serat dan serabut kelapa.
“Potensi yang dimiliki Kabupaten Pangandaran sangat besar. Kita ingin memberdayakan ekonomi rakyat dan melibatkan orang banyak. Saat ini Koperasi (KPMK) Pangandaran sudah memanfaatkan serat dan sabuk kelapa, dan kita dorong agar bisa diolah menjadi produk jadi tidak hanya menghasilkan dan menyuplai bahan baku atau material mentah saja,” kata Abdul Kadir Damanik didampingi Ketua KPMK Pangandaran Yohan Wijaya, Chief Executive of Business Development and Coorporate Rekadaya Multi Adiprima, Farri Aditya dalam kunjungan ke Sentra Pengolahan Kelapa KPMK di Pangandaran, Selasa (23/5).
Menurut Abdul Kadir Damanik, pihaknya sebelumnya sudah mempertemukan pelaku usaha antara KPMK Pangandaran dengan Rekadaya Multi Adiprima di Bogor pada tanggal 12 Mei 2018 lalu. “Sekarang langsung ditindaklanjut dengan mengunjungi pusat pengolahan kelapa ini. Kita ingin koperasi tidak hanya menyuplai bahan baku. Tapi ini bisa menjadi bahan baku bagi produk lain semacam industri kreatif. Nanti dari sisi teknologi akan dipersiapkan Rekadaya dan lainnya,” ujar Abdul Kadir Damanik.
Dia mengatakan, serat dan serabut kelapa bisa diolah menjadi bahan baku pengganti triplek, produk furniture maupun kasur. “Nanti bisa menjadi brand Pangandaran seperti triplek dan kasur Pangandaran yang berbahan baku serat dan serabut kelapa. Sekarang orang mengenal kasur Palembang, tapi nanti kasur Pangandaran yang lebih empuk dan nyaman,” kata Abdul Kadir Damanik.
Selama ini, kata dia, material serabut kelapa telah diekspor ke berbagai negara seperti China dan negara lainnya. Untuk itu, program kemitraan yang dijalin saat ini bertujuan untuk mendorong agar koperasi bisa lebih memperoleh manfaat dan nilai tambah dari olahan atau produk kreatif. “Baru-baru ini diekspor 2 kontainer ke China. Kita dorong ada industri hilir bisa berkembang. Banyak yang bisa diproses dengan teknologi yang tepat guna,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua KPMK Pangandaran Yohan Wijaya menjelaskan, koperasi telah mengolah buah kelapa menjadi tepung kelapa dengan kapasitas mencapai minimal 5 ton per bulan dan harganya Rp25. 000 per kilogram (kg). Kemudian diolah menjadi Coco chip dengan kapasitas produksi 6 ton per bulan dengan harga jual sekitar Rp20. 000 per kg. “Untuk tepung kelapa inj kita sudah ekspor ke Kanada dengan perusahaan lain dan menyuplai perusahaan makanan di dalam negeri, ya ada yang diolah menjadi biskuit aroma dan rasa kelapa,” ujarnya.
Selain itu, KPMK juga mengolah kelapa menjadi sabun mandi cair dan batangan dengan dicampur aroma sereh wangi. “Produksi sabun mandi menyesuaikan dengan produksi minyak, sedikitnya sabun cair 4 liter per hari dan 60 batang sabun per hari,” ujarnya.
Terkait omzet usaha, Yohan Wijaya mengaku koperasi yang dipimpinnya telah memulai kegiatan sejak 2011 dengan dibantu 17 tenaga kerja ini memiliki omzet hampir satu miliar per bulan. Yaitu, produk tepung kelapa mencapai Rp500 juta per bulan, arang batok kelapa sekitar Rp30 juta, coco fiber sebesar Rp100 juta, nata Coco mencapai Rp 200 juta dan ditambah dari sabun cair dan batang yang dijual ke anggota koperasi.
Lebih jauh dia mengatakan, program pengembangan usaha koperasi sangat terbantu dengan adanya program kemitraan. “Kita suplai bahan baku dan kita pun menjadi distributor dari produk yang diolah bersama Rekadaya. End product nanti akan diproduksi di Pangandaran, sehingga memberikan manfaat lebih besar dengan penyerapan tenaga kerja,” katanya. Dia menambahkan, para pemangku kepentingan dan masyarakat di 10 kecamatan di Kabupaten Pangandaran siap mendukung program industri hilir ini,” ujarnya.
Senada dengan Abdul Kadir Damanik, Yohan Wijaya optimistis produk olahan yang berasal serbuk dan serabut kelapa sawit bisa segera diproduksi. “Ya ini akan menjadi brand bagi Pangandaran, akan ada pengganti triplek seperti triplek dari serbuk dan serabut kelapa dan kasur Pangandaran. Nantinya ini bisa menjadi contoh dan pilot project nasional juga,” katanya.
Socialpreneur Baru
Sementara itu, Chief Executive of Business Development and Coorporate Rekadaya Multi Adiprima, Farri Aditya memperkirakan produk triplek, kasur serta produk furniture berbahan baku serat dan serabut kelapa bisa diproduksi secara bertahap mulai 2 bulan ke depan.
Pihaknya akan mempersiapkan teknologi yang dimiliki untuk membangun industri hilir tersebut. “Koperasi Produksi Mitra Kelapa ini semacam IKM-nya (industri kecil) dan kita sebagai industri menengahnya,” kata dia.
Program kemitraan koperasi ini, menurut dia, akan menghidupkan socialpreneur baru dengan membangun komunitas berdasarkan keunggulan daerah, yakni serat kelapa yang sudah ada akan dibentuk usaha di bidang itu sendiri. “Modal dasar sudah ada. Mesin dan bahan baku tersedia. Tinggal menyuplai dan mengolah jadi produk. Pangandaran nanti akan jadi contoh se-Jawa Barat, bahkan bisa jadi contoh pengembangan industri nasional,” kata Aditya.
Saat ini, pihaknya akan terus berdiskusi tentang branding produk. Selanjutnya, produk berupa furniture bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga, serta juga diproyeksikan bisa memperluas ke otomotif seperti komponen lapisan pintu dan lainnya. “Penyediaan teknologi yang dibutuhkan akan terus disiapkan, sekaligus juga mempersiapkan jalur distribusi produk,” kata Aditya. (jef)