JAKARTA: (Globalnews.id)- Lembaga kajian pembangunan ekonomi dan keuangan (Indef) menilai, perlambaatan kinerja keuangan dan pelemahan harga saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk disebabkan oleh ketidakmampuan perseroan mengimbangi perkembangan industri digital.
Menurut ekonom indef, Bhima Yudistira Adhinegara, perlambatan kinerja TLKM bukan hanya dipengaruhi oleh kondisi makroekonomi domestik dan ketidakpastian global, namun lebih disebabkan oleh lambannya manajemen perseroan memanfatkan perkembangan industri digital.
“Kinerja Telkom tidak optimal karena pengelolaan utang yang kurang produktif, padahal perkembangan Telkom seiring dengan perkembangan dunia digital sejak 2014 yang mulai booming,” kata Bhima dalam diskusi “Menyoal Kinerja Telkom” di Jakarta, Selasa (24/4).
Diskusi juga menampilkan nara sumber, Wakil Ketua Komisi VI DPR
Azam Azman, pengamat ekonomi Marwan Batubara, dan pemerhati BUMN, Ismed Hasan Putro.
Bhima menyebutkan, dalam kurun tiga tahun terakhir rasio utang TLKM terhadap aset terus memburuk. “Debt to asset ratio Telkom pada 2014 sebesar 15x, namun pada 2017 menjadi 18x. Kenaikan utang Telkom dibanding aset tidak sejalan,” tegasnya.
Selain itu, jelas dia, pada 2014 level debt to equity ratio TLKM sebesar 26x menjadi 32x di 2017. “Artinya, ada penyakit pada tata kelola Telkom. Kinerjanya tidak optimal, karena pengelolaan yang kurang produktif. Ini dialami sebagian besar BUMN, terutama Telkom,” papar Bhima.
Bhima menilai, pertumbuhan pendapatan TLKM di 2017 melambat menjaadi 10,25 persen. “Ada pendapatan dari data kenaikannya 126 persen dalam setahun. Pengguna aktif 132 juta user di Indonesia, tetapi bisnis data Telkom tidak terintegrasi dengan kenaikan pendapatan 2017,” ujarnya.
Sehingga, jelas dia, kondisi tersebut menunjukkan ada miss management pada pengelolaan bisnis Telkom. “Tentu ini mempengaruhi kesiapan Indonesia dalam menghadapi transformasi digital. Bagaimana BUMN kita bisa mengembangkan e-commerce dan financial technology?” ungkap Bhima.
Di tempat yang sama, Wakil Ketua Komisi VI DPR, Azam Azman Natawijana menyebutkan, TLKM tecatat sebagai kontributor terbesar ke-6 bagi pendapatan negara, terkait sisi perpajakan dan pemberian dividen. “Tetapi, speed Telkom sangat lambat menghadapi perkembangan era digital,” ucap Azam.
Dengan demikian, jelas dia, kinerja operasional TLKM yang tidak sejalan dengan dinamika digital tersebut akan menghambat percepatan pertumbuhan ekonomi domestik yang akan bertumpu pada geliat industri berbasis teknologi informasi.
“Negara kita ini luas dan jumlah penduduknya lebih dari 250 juta jiwa, tetapi tidak ter-cover oleh fasilitas digital yang memadai. Seharusnya, Telkom bisa berperan yang didukung oleh manajemen agresif di era digital,” katanya. (jef)