GARUT:(Globalnews.id) Koperasi Komunitas Mantan Narapidana teroris dan Gerakan Aktivis Radikal (Kontantragis) menargetkan bisa memasok produk dan memperluas pasarnya ke seribu pesantren di Jawa Barat (Jabar).
“Saat ini kami baru bisa memproduksi 5.000 pieces perbulan dan habis dalam waktu singkat. Sementara potensi pasar sangat besar setidaknya ke 1.000 pesantren di Jabar,” kata Ketua Umum Koperasi Kontantragis Asep H Arsyad Alsadaad (53) di Jalan Nusa Indah Nomor 16 A Desa Jaya Raga Kecamatan Tarogong Kidul Garut, Minggu (12/5/2019).
Koperasi yang beranggotakan para mantan napi terorisme dan mereka yang aktif di gerakan radikalisme itu didirikan di Bandung pada 28 Oktober 2017. Koperasi itu selama ini menghasilkan produk unggulan kopi, sabun, dan cokelat ke pesantren-pesantren di berbagai daerah di Jabar.
Ia mengatakan koperasinya yang belum genap dua tahun ini didirikan memiliki peluang yang begitu besar untuk dikembangkan.
“Kami memproduksi kopi, sabun cuci muka zaitan, sabun pembersih lantai atau karbol dari sereh wangi, dan cokelat bubuk,” kata Asep yang mengaku pernah tiga kali berurusan dengan aparat penegak hukum lantaran tersangkut kasus kekerasan dan terorisme.
Koperasi yang beranggotakan sekitar 200 anggota mantan napi terorisme dan aktivis gerakan radikal itu masih memiliki kapasitas produksi untuk semua produk berupa kopi, sabun, cokelat dalam jumlah yang masih terbatas. Padahal permintaan dan kebutuhan yang ada masih sangat besar.
“Kami terkendala keterbatasan modal dan perlu pendampingan juga pelatihan,” kata Asep yang juga sempat terjun langsung dalam konflik di Maluku dan Poso.
Ia mencontohkan untuk memproduksi 5.000 pcs kopi saja diperlukan modal hingga Rp60 juta. Koperasinya bekerja sama dengan pesantren-pesantren untuk memasarkan produknya.
Pasarnya semakin berkembang lantaran koperasi itu ditumbuhkan dan dirintis di tiga kota sekaligus yakni Kontantragis Sejahtera di Garut,
Kontantragis Bahagia di Tasikmalaya, Kontantragis Damai di Cianjur, dan Kontantragis Eureka di Purwokerto. Komunitas itu juga merintis koperasi serupa di Sumedang, Subang, dan Blitar. “Target kami bisa memasarkan rutin ke 1.000 pesantren,” ucapnya.
Ke depan, koperasi itu ingin memperluas usahanya ke bidang peternakan burung puyuh yang sekaligus diharapkan menjadi usaha sampingan yang mendorong anggotanya untuk bisa sering berkumpul.
“Selama ini salah satu kendala kami adalah sulitnya anggota untuk berkumpul karena karakteristik anggota koperasi yang berbeda dengan koperasi umumnya,” katanya.
Anggota koperasi itu sebagian besar adalah mantan napi yang tidak tinggal di satu wilayah.
Asep sangat berharap dukungan bantuan dan pendampingan dari pemerintah terutama dalam hal perkuatan modal dan pelatihan agar usaha koperasinya semakin berkembang.
Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Prof. Dr. Ir. Rully Indrawan mengatakan pihaknya siap mendukung Koperasi Kontantragis agar bisa semakin bersaing dan meningkat skala usahanya.
Ia menekankan siap membuka akses permodalan bagi koperasi itu baik melalui LPDB KUMKM atau KUR sekaligus pelatihan, fasilitasi pemasaran, dan fasilitasi hak paten serta hak cipta untuk produk koperasi.
“Kami siap bersinergi dalam berbagai program Kementerian Koperasi dan UKM dari sisi perkuatan permodalan, pelatihan, dan berbagai program lainnya,” kata Rully.
Koperasi yang pertama didirikan di Garut di kawasan Jalan Nusa Indah Nomor 16 A Desa Jaya Raga Kecamatan Tarogong Kidul Garut mewadahi para eksnapi untuk mulai belajar meracik kopi, cokelat, menanam sirih untuk bahan baku sabun, hingga membuat kerajinan tas anyaman dari limbah.(jef)