JAKARTA: (Globalnews.id)- Meski koperasi hanya diajarkan sebagai bagian mata pelajaran ekonomi di sekolah, namun koperasi siswa (kopsis) dapat dijadikan sebagai laboratorium ekonomi, dalam berkoperasi dan mengembangkan jiwa kewirausahaan di kalangan pelajar. Hal demikian juga berlaku di Koperasi Mahasiswa (Kopma), sebagai ajang menumbuhkan entrepreneurship dan cooperative.
Sekretaris Deputi Bidang Pengembangan SDM Kementerian Koperasi dan UKM Talkah Badrus mengatakan hal dalam diskusi di Jakarta, Jum’at (12/4).
Talkah mengungkapkan, koperasi saat ini kurang dikenal di masyarakat. Apa penyebabnya? Karena, ada keterbatasan pemahaman masyarakat terhadap koperasi. Salah satunya diakibatkan terbatasnya pembelajaran perkoperasian di lembaga pendidikan formal, baik dari SD s/d PT. “Juga keberadaan koperasi siswa maupun koperasi sekolah yang seharusnya sebagai tempat berlatihnya para siswa untuk berkoperasi, belum dilakukan secara optimal,” katanya.
Manfaatkan TI
Di tempat yang sama Ketua Koperasi Pemuda Indonesia (Kopindo) Pendi Yusup mengatakan
perkembangan teknologi informasi selayaknya dijadikan acuan untuk membangun masyarakat Indonesia beserta lingkungannya merupakan dasar pemikiran bagi inovasi-inovasi bentuk usaha produktif yang akan dikembangkan.
“Sedangkan kekuatan kuantitas anggota dapat dijadikan sumber kekuatan membangun keberdayaan dan digdayanya usaha berama atau koperasi, ujarnya.
Pendi menjelaskan, sesuai peraturan yang berlaku, koperasi mengenal pembagian usaha yang di dalamnya ada usaha utama dan usaha pendukung. Dengan demikian, basis usaha dibangun atas aturan tersebut dapat6 diartikan bahwa usaha utama koperasi harus memiliki pondasi profesionalisme yang terukur (measureble) dan dapat dipertanggungjawabkan (accountable).
Pendi Yusup mengungkapkan, dari 132 koperasi yakni koperasi mahasiswa, koperasi pemuda, dan koperasi pondok pesantren, ada sekitar 70 koperasi yang sudah masuk kategori berkualitas.
Sisanya, lanjut Pendi, akan terus dibina sehingga tahun depan akan 100% menjadi berkualitas. “Kita akan terus mengedukasi para anggota terhadap pemahaman berkoperasi, sehingga target koperasi berkualitas dapat tercapai,” ujar Pendi.
Pendi mengatakan, Kopindo yang sudah berusia 37 tahun sudah melakukan berbagai kerja sama dengan Kemenkop UKM, khususnya dalam program re-branding koperasi di kalangan generasi muda.
“Kita akan fokus kepada para pemuda di Indonesia dengan memberikan pemahaman berkoperasi dan manfaat koperasi dalam kehidupan ekonomi nasional. Kita juga akan terus melakukan peningkatan kapasitas UMKM para anggota koperasi pemuda. Kita melakukan pelatihan kewirausahaan untuk meningkatkan kinerja para anggota koperasi,” kata Pendi.
Pendi mengakui, saat ini sudah terjadi pergeseran pemikiran di kalangan pemuda mengenai koperasi. Dimana banyak pemuda sudah menganggap bahwa koperasi merupakan pilihan ekonomi ideal bagi kalangan generasi muda.
“Meski begitu, kita akan terus melakukan campaign mengenal koperasi agar para pemuda lebih mengenal lagi dan memahami koperasi dengan baik dan benar. Ujungnya, akan tercipta banyak koperasi berkualitas di kalangan pemuda di Indonesia,” tegas Pendi.
Pendi berharap, ada keberpihakan dari pihak terkait dalam regulasi dalam pengembangan koperasi pemuda, terutama yang beroperasi di sekolah dan kampus.
“Kita berharap diberi ruang yang kondusif agar Kopma dan koperasi siswa bisa juga berkembang dan didukung pihak sekolah dan kampus. Saya berharap ada kerja sama Kemenkop UKM dengan Kemendikti terkait koperasi pemuda di lingkungan sekolah dan kampus,” tukas Pendi.(jef)