Makassar: (Globalnews.id)- Semangat kewirausahaan tampaknya semakin membara di Sulawesi Selatan. Tengok saja, berdasarkan data yang dimiliki Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sulsel, saat ini tercatat ada sekitar 700 ribu UKM yang didominasi usaha mikro dan kecil yang sudah dapat mengakses lembaga pembiayaan dari perbankan. Termasuk di dalamnya adalah akses pada Kredit Usaha Rakyat (KUR). Tak pelak, dengan semakin banyaknya UMK mampu mengakses lembaga pembiayaan formal, kinerja mereka pun terus meningkat.
Askari Azis, misalnya. Pemilik usaha pengolahan ikan di Kota Makassar berlabel Eltisyah ini mengaku bahwa usahanya semakin besar setelah beberapa kali mendapatkan KUR. Eltisyah mendapat KUR mulai dari Rp25 juta, Rp50 juta, Rp75 juta, hingga yang terakhir sebesar Rp600 juta dari Bank BRI. “Dana KUR tersebut saya manfaatkan untuk pengadaan alat produksi pengolahan ikan, seperti mesin giling daging, mesin pencampur dan pencetak produk ikan olahan”, kata Askari.
Bahkan, lanjut Askari, dirinya kini sedang dalam proses mendapat program ISO 9001-2015 menyangkut mutu produk yang difasilitasi Kemenkop dan UKM. Selain itu, produk yang dihasilkan Eltisyah pun kini sudah mengantungi sertifikat Halal dan SNI. “Dengan begitu, tempat kami pun dijadikan sebagai tempat magang dan pelatihan bagi para Wirausaha Pemula yang ada di wilayah Sulsel”, imbuh Askari yang awalnya adalah seorang buruh pabrik yang beralih profesi menjadi seorang wirausaha.
Meski begitu, Askari mengaku bahwa usaha yang mulai dirintis sejak 1 Juli 2007 ini bisa lebih besar lagi dari sekarang. “Saya ingin mendirikan pabrik pengolahan produk ikan yang besar, sehingga mampu menghasilkan produk secara massal. Dengan produksi massal, maka harga produk ikan olahan Eltisyah bisa lebih bersaing lagi”, imbuh Askari.
Selain Askari, jejak langkah wirausaha bernama Masdir pun tak kalah gemilang. Pemilik usaha cetak dan sablon kaos dengan brand Mockerz Clothing ini mengaku bahwa dirinya pertama kali terjun ke dunia bisnis karena tertarik setelah mengikuti program magang wirausaha yang diadakan Kemenkop dan UKM. “Setelah mengikuti program magang itu, saya memutuskan untuk fokus menjadi wirausaha. Di program magang itu saya diajarkan berbisnis, produksi, kemasan, manajemen keuangan, dan menjaga kualitas produk”, ungkap Masdir.
Bermodal uang Rp800 ribu saja, Masdir pun nekad mendirikan usaha sablon kaos. Waktu terus berjalan hingga pada 2013 Masdir mendapat informasi akan adanya program Wirausaha Pemula dari Kemenkop dan UKM. “Karena saya tertarik, maka saya ikut mengajukan proposal business plan agar mendapat bantuan modal dari pemerintah pusat. Ahlamdulillah, saya lulus dan mendapat bantuan modal sebesar Rp10 juta”, kata Masdir.
Masdir mengaku, uang sebesar itu amat besar manfaatnya bagi rencana pengembangan usaha sablon kaosnya. “Uang itu saya belikan alat-alat cutting dan cetak kaos. Saat itu, fokus saya hanya untuk bagaimana meningkatkan produksi kaos, karena kebetulan permintaan kaos memang tak pernah kurang dan selalu bertambah setiap bulannya”, jelas Masdir yang kini sudah memiliki karyawan sebanyak 20 orang.
Untuk lebih mengembangkan usahanya, pada 2015 Masdir pun mengajukan KUR dari Bank BRI dan cair sebesar Rp50 juta. Hasilnya, omzet Masdir pun meningkat pesat dari Rp70 juta sebulan menjadi Rp200an juta. “Setiap mendapat tambahan modal, selalu saya fokuskan untuk meningkatkan kapasitas produksi usaha sablon dan cetak kaos. Tentunya, dengan lebih fokus untuk meningkatkan kualitas produk”, tandas Masdir lagi.
Maimuddin (32 tahun) seorang pelaku UKM di bidang produksi makanan ringan khas Makassar dengan label Dua Phinisi, tak mau ketinggalan. Dia menjalankan usaha makanan ringan oleh-oleh khas Makassar Dua Phinisi ini sejak 2012. “Semakin lama usaha saya semakin besar dan berkembang. Dan untuk lebih mengembangkan usaha ini saya mendapatkan KUR sebesar Rp400 juta dari Bank BNI”, kata Maimuddin.
Maimuddin menjelaskan bahwa KUR yang diperolehnya akan dipergunakan untuk mengembangkan usahanya, baik dari sisi produksi hingga pemasarannya. “Akan saya pergunakan sebagai tambahan modal kerja”, tandas Maimuddin.
Diantaranya, lanjut Maimuddin, akan dipergunakan untuk membeli kendaraan bermotor sebagai penunjang transportasi dan operasional sehari-hari, hingga memperluas sarana produksi di rumah. Hingga saat ini, Maimuddin sudah memiliki tenaga kerja produksi sebanyak lima orang, ditambah dua orang tenaga pemasaran, dan satu orang sopir. “Dengan adanya KUR ini diharapkan usaha saya semakin meningkat, dari sisi kapasitas produksi juga jaringan pemasarannya”, imbuh Maimuddin lagi.
Ada juga UKM lain bernama Hendrawan (32 tahun) yang mendapat KUR sebesar Rp500 juta dari Bank BRI. Dia menjelaskan, usahanya bergerak di bidang pengadaan dan penyalur beras dan telur dengan nama toko Hijrah. “Saya merintis usaha ini sudah 10 tahun. Dengan tambahan modal kerja dari KUR ini, saya akan lebih memperluas jaringan pasar beras dan telur saya. Dan juga untuk menopang pengadaan beras Bank BRI dalam program bantuan sosial di Sulawesi Selatan”, kata Hendrawan.
Begitu juga dengan Fatmawati (35 tahun) seorang UKM asal Makassar yang mendapat KUR sebesar Rp200 juta dari Bank Mandiri. “Usaha saya bergerak di sektor industri roti, seperti Roti Kaya, Roti Abon, dan Roti Pisang, yang sudah saya rintis sejak 2012. Dengan KUR ini saya akan membeli alat mixer pembuat roti agar kapasitas produksi roti semakin besar lagi dan untul membeli lebih banyak lagi bahan baku untuk membuat roti”, kata Fatmawati.
Fatmawati yang sudah memiliki empat orang karyawan itu mengaku bahwa dirinya amat terbantu dengan adanya program KUR dalam mengembangkan usahanya. “Jujur saja, bunga KUR 7 persen sangat murah, sehingga saya berani untuk mengambilnya. Cara dan prosedur mendapatkan KUR juga sangat mudah dan tidak mengalami kendala apa pun”, ungkap Fatmawati.
Seleksi Ketat
Yang jelas, pelaku usaha mikro dan kecil, khususnya di Kota Makassar, benar-benar sudah merasakan manfaat dari KUR.
Kepala Dinas Koperasi Sulawesi Selatan H Abdul Malik Faisal menjelaskan bahwa kinerja penyaluran KUR di Sulsel pada 2017 sebesar Rp5,07 triliun atau mencapai 98,8% dari rencana bisnis bank, dengan jumlah debitur 207.861 UMKM. Sulsel juga termasuk salah satu provinsi yang menyalurkan KUR terbesar di Indonesia. “Sementara dari program Pendampingan KUR di Sulsel telah tersalur kurang lebih sebesar Rp22,3 miliar dengan jumlah pendamping sebanyak 22 orang yang mendampingi 1.030 usaha mikro dan kecil”, jelas Abdul Faisal.
Untuk 2018, lanjut Abdul Faisal, target KUR di Sulsel sebesar Rp5,3 triliun. Hingga Maret 2018, telah tersalur kurang lebih sebesar Rp1,6 triliun dengan jumlah debitur 69.364 orang dan NPL 0,03%. “Saya berharap, di tahun 2018 ini para Pendamping KUR harus lebih proaktif mencari nasabah usaha mikro dan kecil dalam rangka meningkatkan akses pembiayaan UMK melalui KUR untuk mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat di Sulsel”, papar Abdul Faisal.
Terkait Wirausaha Pemula (WP) di Sulsel, Abdul Faisal mengungkapkan bahwa pihaknya menerapkan seleksi dengan sangat ketat. Dimana, ketika ada ajuan proposal WP, Abdul Faisal memerintahkan jajarannya untuk turun ke lapangan. Tujuannya, agar diketahui dengan valid kejelasan orangnya dan juga usahanya. “Untuk mencetak WP yang berkualitas, kita memang harus mau capek turun ke lapangan. Jangan sampai ketika WP kita ajukan ke Kemenkop dan UKM, ketika dalam proses ternyata usahanya sudah tutup. Ketika dana bantuan modal bagi WP cair, tapi usahanya sudah tidak ada. Saya tidak mau itu terjadi di Sulsel”, tegas Abdul Faisal.
Seleksi ketat juga diberlakukan Abdul Faisal ketika memilih Tenaga Pendamping KUR. Tahun 2018, Provinsi Sulsel mengirim sekitar 20 Tenaga Pendamping KUR yang mewakili seluruh kabupatsn dan kota di Sulsel, dari 45 orang yang mendaftar. “Saya berharap agar ada SOP yang jelas terkait kerja Tenaga Pendamping KUR agar tak menghasilkan calo KUR. Kalau sudah menjadi calo, kolaborasi dengan pihak bank, maka yang dirugikan adalah UKM itu sendiri”, papar Abdul Faisal.
Abdul Faisal pun berharap agar di kemudian hari tidak terdapat Tenaga Pendamping KUR palsu di lapangan. “Oleh karena itu, Tenaga Pendamping KUR di Sulsel akan saya fasilitasi untuk bertemu dan kenal dengan pihak bank penyalur KUR. Sehingga, kalau mereka saling tahu dan kenal, maka upaya mendampingi debitur UKM untuk mendapatkan KUR akan efektif karena sudah terjalin rasa saling percaya diantara Tenaga Pendamping KUR dengan bank”, pungkas Abdul Faisal. (jef)