Media Massa Didorong Jadi Wirausaha Baru


JAKARTA:(Globalnews.id)- Wirausaha telah menjadi salah satu alternatif bagi para jurnalis dalam hal menciptakan bentuk kewirausahaan untuk menambah income perekonomian keluarga. “Kewirausahaan itu konteksnya adalah jiwa, semangat dan kreatifitas, artinya teman-teman merasa ingin ada sesuatu usaha daripada pekerjaan sehari-hari. Bidang usaha itu jelas unlimited (tidak ter batas), saya yakin teman-teman media punya kretifitas lain disamping punya tuntutan membuat berita dan waktu yang terbatas,” Demikian diungkapkan Asisten Deputy SDM Kemenkop UKM Bidang Pengembangan Kewirausahaan, Budi Mustopo dalam Diskusi bertema “ Kewirausahaan Baru Bagi Kalangan Media Masa” di Jakarta, Kamis (25/04/2019).

Menurut Budi, wartawan yang sudah membentuk suatu badan koperasi hendaknya menjadikan Koperasi sebagai laboratorium untuk berwirausaha, sehingga akan menambah kesejahteraan bagi wartawan itu sendiri. “Terkait dari perkembangan koperasi, bahwa kepengurusan koperasi sesungguhnya disitulah kesempatan menjadikan koperasi sebagai laboratorium untuk berwirausaha. Selain itu koperasi diharapkan menambah value bagi kesejahteraan anggotanya melalui bisnis yang dijalankan,” tutur Budi.

Budi menjelaskan bahwa, tujuan pemerintah adalah ingin menumbuh kembangkan kewirausahaan di Indonesia, karena dengan pertumbuhan kewirausahaan akan banyak menciptakan lapangan pekerjaan dan dapat meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat. “kita tahu sektor UMKM adalah menjadi tulang punggung bagi ketahanan ekonomi nasional disaat krisis moneter, menyumbang 60 persen lebih PDB dan menyerap tenaga kerja 90 persen,“ katanya.

Pada kesempatan yang sama CEO Rubelon.com dan pakar IT, Syarif Hidayat mengatakan bahwa, berkembangnya teknologi digital yang demikian cepatnya menjadi sebuah peluang bisnis bagi banyak pihak untuk menciptakan tren bisnis-bisnis baru. “Perubahan dan perkembangan teknologi yang sangat cepat ini, selain bagi para pebisnis, para penggunapun harus bisa menyikapi perubahan tersebut dengan sangat cepat,” kata Syarif.

Syarif menambahkan, respons industri ke arah dunia digital banyak yang harus dilalui, mulai dengan munculnya para pemanfaatan internet, penyampaian informasi, usaha berbasis online, startup digital berbasis aplikasi, hingga munculnya para raksasa unicorn. “Seperti Bukalapak.com, perbulan dapat menghasilkan Rp 1 Triliun dengan transaksi perhari mencapai 150 ribu dan 1,7 juta pengunjung,” jelasnya.

Sementara itu, Selly Hadiyanti dari Rumah Kreatif Bekasi (RKB) dalam kesempatan tersebut menguraikan konsep Atention, Interest, Desire dan Action (AIDA) harus tertanam di-mindsetpara pelaku usaha.

Menurut Selly, AIDA adalah konsep dasar di dalam penjualan. Konsep ini pertama kalinya ditemukan oleh seseorang berkebangsaan Amerika. Atention dalam konsep AIDA itu adalah menarik perhatian. Dimana, pada Attention itu para penjual dituntut untuk mencari kelebihan dari produk yang dijualnya agar menarik di mata konsumen. “Kemasan juga menjadi salah satu faktor untuk menarik minat konsumen, seperti kemasan yang unik serta gambarnya yang lucu, itu masuk bagian dari attention, sedangkan Interest, adalah cara agar konsumen tertarik dengan produk yang ditawarkan penjual. Dalam hal ini, informasi-informasi seperti pemilik, nama perusahaan produk harus dicantumkan pada kemasan.” Jelasnya.

Selly menegaskan bahwa, manfaat-manfaat yang menjadi keunggulan tentang produk yang ditawarkan juga harus disertakan didalam kemasan. Hal ini merupakan bagian dari Desire. “Lalu, kita melangkah ke Desire, yaitu ingin. Kita sebagai sebagai penjual harus tahu bagaimana caranya biar pembeli jadi ingin membeli, oleh karena itu harus dijelaskan keunggulan dan manfaat produk tersebut,” tambahnya.

Dan yang terakhir adalah Action, dimana dalam hal ini penjual diharuskan untuk menerapkan semua yang ada pada poin-poin sebelumnya. Dan apabila belum berhasil, maka dipastikan ada yang salah saat menerapkan konsep AIDA tersebut. (jef)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.