Denpasar:(Globalnews.id)- Untuk mengembalikan kondisi ekonomi yang terdampak akibat pandemi Covid-19, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mendorong Bali untuk memaksimalkan komoditas unggulannya. Salah satu produk dengan potensi yang sangat besar di Bali ialah kakao.
Teten menyarankan, petani kakao dapat membentuk korporatisasi petani melalui koperasi. Menurutnya, korporatisasi tersebut dapat memperbaiki ekosistem UMKM yang menurutnya sangat perlu ditata dengan baik.
“Catatan saya misalnya di sektor pertanian, sulit di Indonesia ini untuk menghadirkan corporate farming yang modern, punya kapasitas produksi yang besar, produknya kuat, dan daya saing kuat. Karena petani kita perorangan dan berlahan sempit. Ini mesti diperbaiki,” ungkap Teten dalam acara Pengukuhan Komite Inovasi dan Ekonomi Kreatif Daerah Jembrana di Denpasar, Senin (7/6).
Dalam kesempatan tersebut juga dilakukan Penandatanganan MoU antara Pemerintah Kabupaten Jembrana dan Indonesia Creative Cities Network (ICCN) oleh Bupati Jembrana I Nengah Tamba dan Ketua ICCN Tb Fiki Satari. Pemkab Jembrana dan ICCN sepakat bersama-sama mendorong pengembangan UMKM berbasis ekonomi kreatif berikut langkah transformasi digital.
Teten menambahkan, Presiden Joko Widodo telah memerintahkan beberapa menteri untuk melakukan korporatisasi petani. Dengan terbentuknya korporatisasi petani tersebut, perbankan dapat dengan mudah memberikan pembiayaan kepada petani.
“Jadi bagaimana lembaganya diperbaiki baik dari korporasi dan koperasi dan terhubung dengan offtaker jadi pembiayaan mau masuk. Kenapa bank nggak mau membiayai? Karena sektor pertanian ini punya risiko tinggi. Tapi kalau dipastikan ada offtaker-nya, pasti bagus. Ini perlu ditata dengan baik,” ujar Teten.
Lebih lanjut, dia menambahkan bahwa komoditas kakao di Bali khususnya Kabupaten Jembrana merupakan komoditas kakao nomor satu di Indonesia. Hal tersebut bahkan sudah diakui saat Teten berkunjung ke Jember bahwa komoditas kakao terbaik di Indonesia merupakan kakao yang berasal dari Jembrana.
Namun, Teten mengatakan bahwa saat ini terdapat permasalahan yang dihadapi para petani kakao di Jembrana. Salah satunya ialah memastikan biji kakao yang diproduksi memiliki standar mutu yang sama.
“UMKM jangan lagi sebagai ekonomi marjinal tapi kita dorong ke industrialisasi. Kalau di Jembrana kita harus besarkan industri kakao. Kita harus berani. Kita lihat peluang di daerah itu dan dorong ke sana. Kita harus mulai masuk industrialisasi,” tuturnya.
Teten menegaskan, dalam kondisi pandemi Covid-19, Bali harus bisa memanfaatkan digitalisasi. Dalam artian, Bali dapat melengkapi kerinduan para wisatawan domestik dan mancanegara yang rindu akan kuliner dan cinderamata khas Pulau Dewata tersebut.
“Dalam kondisi ini Bali harus menjemput bola. Wisatawan mancanegara dan lokal itu rindu akan Bali. Dengan memanfaatkan market digital, Bali bisa memulihkan kondisi perekonomiannya lagi,” pungkas Teten.(Jef)