JAKARTA:(GLOBALNEWS.ID)-Indonesia masih memiliki modal kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, dimana pasar domestik yang sangat besar untuk menopang PDB kuartal IV-2019 untuk bisa tumbuh diatas 5%.
” Disaat pertumbuhan ekonomi dunia cenderung stagnan, pasar domestik mau tak mau jadi tumpuan, agar pertumbuhan ekonomi 2019 bisa diatas 5 persen, ujar Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto, dalam teleconference diskusi Proyeksi Perkonomian 2020, Peluang dan Tantangan bagi UMKM, di Jakarta, Kamis (5/12/2019)
Ryan mengatakan, setidaknya ada 3 langkah mendorong pertumbuhan, yaitu mengoptimalkan pasar domestik, menjaga daya beli masyarakat melalui berbagai program bantuan sosial serta meningkatkan belanja pemerintah sebagai signal positif bagi dunia usaha agar dapat menggerakkan kegiatan ekonomi dalam negeri,” kata
Adapun kondisi eksternal yang masih ikut mempengaruhi kondisi itu antara lain; perang dagang AS dan China, Brexit, risiko geopolitik, juga harga komoditas yang anjlok.
“Itu membuat ekspor dan impor tidak memberikan kontribusi terhadap PDB,” ungkap Ryan.
Asumsi pertumbuhan 2019 yang ia perkirakan antara 4,95% hingga 5,1% ini pun, kata Ryan, dengan catatan semua komponen pembentuk PDB dari sisi pengeluaran tetap mampu tumbuh stabil, di luar ekspor dan impor yang belum bisa diharapkan karena ekonomi dunia melambat.
Tantangan UMKM
Ditempat yang sama Sekretaris Deputi Produksi dan Pemasaran Daniel Asnur mengatakan, digitalisasi UMKM harus dilakukan untuk menyesuaikan dengan era saat ini. Ini salah satu upaya agar memudahkan UMKM naik kelas. Sektor pembiayaan dan akses pasar juga harus dipermudah sehingga UMKM benar-benar berkembang dengan baik.
Salah satu upaya digitalisasi UMKM itu bisa dilakukan dengan mengumpulkab sejumlah produk UMKM masuk dalam rumah produksi. “Produk-produk itulah yang kemudian dipasarkan secara digital, produknya harus siap ketika ada orang esna,” kata Danil.
Untuk itu menurutnya, perlunya proses pendampingan supaya tahu betul kebutuhan produk di suatu daerah. Permintaan barang di suatu daerah berbeda-beda, sehingga akan tahu permintaan daerah tujuan pemasaran produknya.
Di tempat yang sama, Presiden Direktur Baba Rafi Nilam Sari memotivasi agar para pelaku UMKM harus bekerja lebih keras lagi, karena pada 2020 UMKM di Indonesia tantangannya lebih berat. “UMKM harus diarahkan bagaimana tidak hanya menjual barang, karena kalau kita hanya menjual barang hanya mengandalkan margin, padahal the real value adalah bagaimana caranya menambahkan value itu sendiri,” tutur Nilam.
Ia juga berharap produk UMKM bisa dikemas supaya bisa dipasarkan di luar negeri juga, tidak hanya di dalam negeri.
“Bagaimana kita mengemas potensi produk Indonesia ke luar negeri, jangan hanya menjadi franchise dari luar negeri, misalnya makanan dari Korea atau Jepang,” pintanya.
Nilam juga berpesan, agar dalam berbisnis tidak hanya ingin untung di depan, tapi bagaimana bisnis itu bisa berjalan dalam jangka yang panjang.
“Sekarang ini era kebangkitan produk Indonesia, anak-anak sekarang sudah menyukai produk-produk Indonesia, cinta produk dalam negeri. Ini tanda produk Indonesia bisa berjaya,” jelasnya.
Di sisi lain pelaku sosiopreneur Roni Setiawan, ingin membantu masyarakat di bidang pendidikan. Ia juga berharap bantuan CSR dari perusahaan-perusahaan besar untuk membantu masyarakat. (jef)