DEPOK;(Globalnews.id)- Bila kinerja sektor pariwisata suatu daerah meningkat, otomatis akan turut pula menumbuhkan UKM-UKM di sana. “Pertumbuhan destinasi wisata suatu daerah tidak akan pernah lepas dari meningkatnya ekonomi kerakyatan, yaitu para pelaku koperasi dan UKM. Perajin UKM akan bermunculan di bidang kuliner, kerajinan, dan sebagainya. Dan para UKM menjadi semakin kuat ketika bernaung dalam satu wadah bernama koperasi”, papar Menteri Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga ketika menjadi dosen tamu saat memberikan kuliah umum perkoperasian di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI, Kota Depok, Selasa (10/10).
Di acara yang dihadiri Deputi Bidang Pengembangan SDM Kemenkop dan UKM Prakoso BS, Dekan FEB UI Prof Ari Kuncoro, para dosen, dan ratusan mahasiswa UI, Puspayoga mencontohkan Bali sebagai salah satu destinasi wisata terbaik dunia yang sudah dirancang sejak ratusan tahun lalu. “Sejak zaman kerajaan Bali ratusan tahun lalu, Bali memang sudah dirancang dan difokuskan sebagai kawasan pariwisata. Cara promosinya, para Raja Bali mengundang para tokoh dunia untuk tinggal di Bali, diberi tanah dan rumah”, kata Menkop dan UKM yang mantan Wakil Gubernur Bali dan Walikota Denpasar.
Setelah Indonesia merdeka, lanjut Puspayoga, Presiden Soekarno melanjutkan program tersebut. “Promosi pun dilakukan dengan cara yang lebih moderen. Yaitu, para seniman UKM Bali untuk berpameran di luar negeri. Tujuannya jelas, mengenalkan produk-produk seni dan budaya Bali, hingga Bali menjadi terkenal hingga saat ini”, imbuh Puspayoga.
Menkop dan UKM menambahkan, perkembangan UKM tersebut juga melahirkan interaksi dengan wilayah sekitar seperti Banyuwangi dan Lombok, NTB. “Itu menandakan bahwa antar wilayah memiliki ketergantungan yang sangat tinggi. Kita tidak bisa tumbuh sendiri tanpa melibatkan daerah lain. Harus saling melengkapi dan tergantung”, tandas Menkop dan UKM lagi.
Menurut Puspayoga, pemerintah saat ini memiliki dua fokus pembangunan, yaitu infrastruktur dan pariwisata. Bila infrastruktur (darat, laut, udara) baik, maka distribusi barang akan lancar. Sehingga, terjadi transaksi ekonomi di masyarakat. Sedangkan pembangunan pariwisata memiliki tiga nilai yang akan diraih, yaitu nilai sosial ekonomi, sosial budaya, dan sosial politik. “Hal ini semua akan memperkokoh bangsa ini dalam bingkai NKRI”, tegas Puspayoga.
Selain itu, kata Menkop dan UKM, pemerintah juga fokus untuk menciptakan pemerataan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. “Kita akan terus mendorong pertumbuhan ekonomi yang juga menciptakan pemerataan. Nah, pemerataan ekonomi hanya bisa dilakukan melalui satu wadah bernama koperasi”, ucap Puspayoga.
Oleh karena itu, Kemenkop dan UKM sudah menggulirkan program Reformasi Total Koperasi. Yaitu, melakukan rehabilitasi koperasi, reorientasi koperasi, dan pengembangan koperasi. “Nantinya, kita hanya akan memiliki koperasi-koperasi yang sehat saja. Secara jumlah boleh lebih sedikit, namun berkualitas. Dan yang lebih penting lagi adalah jumlah anggota koperasi yang terus meningkat. Sampai sekarang, kita sudah membubarkan sekitar 50 ribu koperasi”, kata Puspayoga.
Reformasi Total Koperasi pun mulai menuai hasil positif. Dimana kontribusi koperasi terhadap PDB nasional meningkat dari 1,7% (2014) menjadi 3,99% (2016). “Beberapa permasalahan koperasi seperti SDM dan pembiayaan sudah bisa teratasi. Untuk kualitas SDM kita akan membangun Lembaga Sertifikasi Koperasi di setiap provinsi. Untuk pembiayaan, ada kredit usaha rakyat (KUR) dengan bunga sudah turun dari 22% menjadi 9%, Kredit Ultra Mikro Indonesia (KUMI), dan dana bergulir dari LPDB KUMKM dengan bunga murah sebesar 0,3% perbulan untuk koperasi dan 0,2% perbulan untuk sektor riil”, jelas Puspayoga.
Generasi Milenial
Sementara itu, terkait generasi milenial berkoperasi, Menkop mengakui bahwa peran dan makna koperasi dalam perekonomian kurang begitu populer di kalangan generasi milenial, usia 35 tahun ke bawah. “Namun, saya tetap optimis jika nantinya gaung koperasi akan menggema di kalangan generasi milenial”, tegas Puspayoga.
Terbukti, lanjut Puspayoga, di Tangerang Selatan sudah ada deklarasi pemuda dan pemudi (pelajar dan mahasiswa) untuk berkoperasi. Begitu juga di salah satu perguruan tinggi ternama di Semarang, dimana ada sebanyak 3.700 mahasiswa mendaftar menjadi anggota koperasi mahasiswa (Kopma). “Bagi saya, Kopma merupakan wadah dan sarana awal yang tepat bagi pengenalan perkoperasian di kalangan generasi muda. Dalam kesempatan ini, saya mengharapkan saran-saran dari kalangan mahasiswa dan akademisi, apa yang harus kami lakukan agar generasi milenial tertarik berkoperasi”, pungkas Puspayoga. (dan)