Pembangunan Proyek Palapa Ring di IndonesiaTimur, Lebih Berat dan Kompleks dibanding Barat

Jakarta:(Globalnews id). Proyek infrastruktur telekomunikasi, Palapa Ring khususnya di wilayah Indonesia Bagian Timur menemui banyak kendala dan hambatan sehingga progress nya pun berjalan lamban.

Faktor keamanan dan juga kondisi geografis menjadi dua hal yang paling menantang dalam perjalanan proyek tersebut. Bahkan pembangunannya sudah mengorbankan nyawa manusia, karena itu agar tidak terulang faktor keselamatan pun menjadi prioritas utama.

Presiden Direktur PT Mitra Telematika Indonesia (Moratelindo), Galumbang Menak, mengatakan bahwa tantangan pembangunan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia Timur jauh lebih besar dibandingkan di Indonesia Barat.
Menurutnya dalam pembangunan Palapa Ring di Barat jauh lebih kondusif. Segala perizinan dan keamanan lebih mudah didapatkan. Sementara di Indonesia bagian Timur sangat sulit didapatkan. Bahkan keamanan pekerja saat mengerjakan proyek tidak sepenuhnya terjamin meskipun sudah melibatkan TNI/Polri.

Sebagai perusahaan yang terlibat dalam pembangunan Palapa Ring ini, Moratelindo terus mengupayakan agar keselamatan pekerja menjadi hal utama dalam pelaksanaan proyek Palapa Ring Timur. Diakui hingga saat ini puluhan korban nyawa berjatuhan baik dari karyawan atau pekerjanya maupun aparat keamanan. Menurutnya penyerangan oleh beberapa oknum di lokasi proyek kerap terjadi sehingga hal ini cukup menghambat pelaksanaan proyek.

“Pekerjaan Palapa Ring Timur ini paling kompleks dan menantang. Sebab tantangan bukan hanya dari sisi teknologi tapi juga keamanan. Kalau hanya membawa satu pleton saja nggak cukup karena penyerangan bisa terjadi kapan saja dan nyawa taruhannya,” ujar Galumbang dalam Webinar BAKTI Kementerian Telekomunikasi dan Informatika (Kominfo) bertema Apa Kabar Tol Langit?, Selasa (14/9).

Selain faktor keamanan kondisi geografis yang sulit juga menghambat akselerasi pembangunan proyek. Kondisi pegunungan yang terjal dan tinggi menyulitkan para pekerja mengangkut peralatan yang dibutuhkan selama proses pengerjaan. Bahkan tak jarang dibutuhkan helikopter untuk bisa mengangkut peralatan dan pekerja untuk bisa mencapai ke titik lokasi proyek.

Namun begitu, kondisi cuaca yang berubah – ubah setiap saat mengakibatkan proses pengangkutan peralatan dan pekerja tidak berjalan lancar. Hal ini berimbas pada periode pengerjaan proyek yang kerap mengalami hambatan. Maka tidak heran apabila proyek infrastruktur Palapa Ring Timur baru mencapai sekitar 21 persen dari target periodik yang seharusnya sudah mencapai di atas 30 persen.

“Khusus di wilayah Timur dengan gunung yang ketinggiannya di atas 4.000 kaki itu menyulitkan sekali. Sebab oksigen di sana sangat rendah artinya pekerja tidak bisa kerja 4-5 jam sehari paling mentok hanya 1 jam,” sambungnya.

Dengan kondisi yang demikian berat itu, biaya yang harus dikeluarkan untuk pembangunan Palapa Ring Timur relatif lebih besar. Oleh sebab itu diakuinya bahwa pembangunan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia Timur diperlukan dukungan dari berbagai pihak. Menurutnya tidak cukup proyek ini dikerjakan oleh satu kontraktor saja melainkan perlu keroyokan agar proyek bisa berjalan sesuai harapan.

“Di Papua pembangunan infrastruktur jaringan internet tidak cukup hanya satu operator saja tapi dibutuhkan banyak operator. Kita juga kerjasama dengan TNI Polri untuk mendukung keamanan pelaksanaan proyek di sana,” pungkas dia. (Jef)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.