KUNINGAN:(Globalnews.id)-Pengembangan pendidikan perkoperasian menjadi hal yang vital saat ini, dimana masyarakat belum sepenuhnya percaya dengan koperasi.
Eko Heriyono Kabid Peningkatan Peran Organisasi Kependidikan Kemenkop dan UKM, dalam diskusi sekaligus Penutupan Pelatihan Perkoperasian bagi Kader Pengelola Koperasi dan Magang Koperasi, di Ruang Rapat Purbawisesa Kab. Kuningan, Selasa (21/8).
Kegiatan dibuka Bupati Kab Kuningan Acep Purnama, SH, MH. Hadir dalam acara ini, Direktur Prodi Manajemen S-1 Ikopin DR. H Giyanto Purba Suseno, Kadis KUKM Kab Kuningan beserta jajarannya, Kadis Pertanian Kab Kuningan.
Dalam sambutan Eko menyampaikan, kondisi perkoperasian saat ini perkembangannya kurang baik. Karena itu peran pengembangan pendidikan menjadi sangat penting.
Kegiatan di kab Kuningan ini melibatkan 100 orang mahasiswa Ikopin prodi manajemen S-1, yang merupakan kali kedua dari sinergi antara Deputi Pengembangan SDM Kemenkop dan UKM dengan Ikopin, khususnya prodi S-1 Manajemen.
Kegiatan ini mengulangi keberhasilan kegiatan yang sama, yang dilaksanakan pada tahun 2017 di provinsi Jateng dan Jabar.
Eko menekankan perlunya mengembangkan kepercayaan dalam membangun koperasi, terutama kepercayaan anggota terhadap pengurus dan kepercayaan antar anggota.
“Saat ini masyarakat lebih tertarik pada pasar-pasar modern, karena pasar modern identik dengan kenyamanan, wangi dan sejuk. Padahal harga barang yang dijual lebih mahal,” katanya.
“Tetapi mereka mampu membangun kepercayaan dan itu menjadi keunggulan pasar modern,” tambahnya.
Beberapa langkah yang sudah dan masih dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan kepada koperasi antara lain, revitalisasi pasar tradisional, dan pencanangan kecamatan koperasi.
Kembangkan Potensi Daerah
Bupati Kuningan, Acep Purnama menyambut baik adanya pelatihan perkoperasian ini.
“Kabupaten Kuningan memiliki banyak potensi ekonomi untuk dikembangkan melalui wadah koperasi. Dengan adanya pelatihan ini, kami berharap bisa menghasilkan kader-kader koperasi yang profesional dan membantu mengembanngkan potensi di daerah khususnya yang bergerak di koperasi,” katanya.
Dalam pelatihan itu, setelah sesi diskusi dilanjutkan dengan analisis SWOT (strengh, weakness opportunities, treath) yang diwakili oleh 5 kelompok, yang menggambarkan keterwakilan wilayah tengah, utara, selatan, timur dan barat.
Kelima kelompok telah mampu membedah koperasi dengan sangat baik melalui Analisis SWOT. Beberapa masukan yang perlu diperhatikan dalam pengembangan koperasi menyangkut masalah: kelembagaan, bisnis, partisipasi anggota, SDM.
Diantara masalah yang paling urgen untuk ditangani adalah masalah
pendidikan perkoperasian di tingkat anggota dan manajemen, teknologi informasi yang masih minim baik fasilitas maupun implementasinya.(fan)