Arsip Tag: Holding kopontren

MenKopUKM Sebut Darussyifa Al-Fithroh Sukabumi Sebagai Prototype Ponpes Modern


Sukabumi:(Globalnews.id)- Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki meyakini pondok pesantren mampu menjadi leader ekonomi rakyat melalui koperasi.

“Oleh karena itu, Ponpes sebagai penggerak ekonomi umat harus terus kita perkuat,” kata Teten, saat melakukan kunjungan kerja, sekaligus peresmian Gedung Graha Koperasi Darussyifa Yaspida Sukabumi, Pondok Pesantren Salafiyah Terpadu Darussyifa Al-Fithroh (Perguruan Islam Yaspida) di Kadudampit, Sukabumi, Jawa Barat, Selasa (19/10/2021).

Teten mengatakan, Ponpes Darussyifa Al-Fithroh dengan jumlah ribuan santri sudah mampu memiliki banyak unit usaha yang dikembangkan melalui wadah koperasi pondok pesantren (kopontren).

“Ini bisa kita jadikan sebagai prototype pesantren modern,” tegas MenKopUKM.

Beberapa unit usaha Kopontren ini di antaranya Darussyifa Mart yang mempunyai 7 gerai, industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) La Vida dan AQmida, peternakan ayam potong, peternakan ayam petelor, hidroponik, aquaponik, perikanan, peternakan sapi, peternakan kambing, peternakan kerbau, dan peternakan kuda.

Teten menambahkan, pesantren memiliki tiga fungsi dan peran sebagai lembaga pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan.
“Fungsi pemberdayaan ekonomi masyarakat ditandai dengan usaha yang dikembangkan pesantren,” ujar Teten.

Menurut Teten, unit usaha koperasi di dalam lingkungan Ponpes ini dapat menjadi laboratorium usaha dan pembelajaran yang sangat baik bagi santri.

“Pengembangan agribisnis dan peternakan yang dilakukan menjadi sebuah ekosistem terintegrasi yang menghasilkan nilai tambah,” tandas Teten.

Terlebih lagi, program korporatisasi sektor pangan dilakukan melalui penguatan kelembagaan ekonomi petani dan nelayan melalui koperasi.

“Salah satu pilot project yang sedang dikembangkan dalam korporatisasi petani dan nelayan adalah mengembangkan komoditas kacang koro di Koperasi Paramasera di Sumedang,” terang Teten.

Di sana telah mengkonsolidasikan lahan petani dengan lahan seluas 100 hektare. Kacang koro diproyeksikan sebagai substitusi kacang kedelai yang masih impor.

“Dan hal ini telah mendapatkan sambutan yang positif dari para perajin tahu tempe dan Gabungan Koperasi Pengusaha Tahu Tempe Indonesia,” kata MenKopUKM.

Teten berharap dapat terjalinnya kerja sama antara Koperasi Darussyifa ini dengan Koperasi Paramasera untuk mengkonsolidasikan lahan yang ada agar masuk ke dalam skala ekonomi.

“Harus diyakini bahwa pesantren memiliki potensi yang sangat besar untuk mendukung perekonomian negara karena memiliki berbagai jenis usaha,” imbuh Teten.

Lebih dari itu, lanjut Teten, koperasi berperan sebagai konsolidator, agregator, sekaligus offtaker dari produk-produk usaha mikro dan kecil. Untuk itu, UMKM jangan dibiarkan untuk menjalankan usaha sendiri-sendiri, tapi bergabung ke dalam wadah koperasi. Sehingga, dapat mencapai skala ekonomi yang lebih baik.

“Tugas kami adalah membangun ekosistem koperasi agar bisa berkembang. Hingga nantinya bisa menembus ke akses pembiayaan, pengembangan usaha, dan pasar,” ulas Teten.

Merangkul Kopontren

Dalam kesempatan yang sama, Pimpinan Pondok Pesantren Salafiyah Terpadu Darussyifa Al-Fithroh KH E Supriatna Mubarok mengatakan bahwa pihaknya akan merangkul Kopontren-Kopontren yang ada di Sukabumi untuk bergabung dalam satu wadah koperasi. “Agar koperasi kita menjadi lebih besar dan kuat lagi,” tandas KH Supriatna.

KH Supriatna berharap pondok pesantren mampu berkontribusi pada negeri, selain di bidang kualitas SDM juga pengembangan dan pemberdayaan ekonomi umat melalui Koppontren dengan memiliki banyak unit usaha yang potensial. “Dari kita, oleh kita, untuk negeri,” kata dia.

Sementara Staf Ahli Bupati Sukabumi Bidang Kemasyarakatan dan SDM Ajat Sudrajat mengatakan bahwa wilayahnya memiliki potensi alam yang bisa dikembangkan dan dioptimalkan kemanfaatannya.

“Dengan pengembangan sektor agribisnis dan pariwisata melalui koperasi, diharapkan terciptanya percepatan dalam pembangunan ekonomi Sukabumi,” pungkas Ajat.(Jef)

KemenkopUKM: Holding Kopontren Potensial Membangun Ekonomi Umat

JAKARTA:((Globalnews.id) – Deputi Bidang Perkoperasian Kementerian Koperasi dan UKM, Ahmad Zabadi menegaskan, Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) mempunyai potensi yang sangat besar untuk menjadi satu kekuatan ekonomi umat, dengan peningkatan kemampuan manajerial, modernisasi dan jaringan usaha.

“Kopontren dapat menjadi holding usaha bagi Kopontren lainnya. Kopontren isnya Allah dapat berkontribusi dalam perekonomian nasional apabila hal ini benar-benar di-maintenance dikembangkan dengan baik,” ujar Deputi Zabadi saat menjadi Keynote Speech pada Webinar Pengembangan Koperasi Pondok Pesantren dengan Topik “Holding dan Jaringan Koperasi Pondok Pesantren Potensial Membangun Ekonomi Umat.” di Jakarta.

Pasalnya, lanjut Zabadi, Kopontren Koperasi saat ini berjumlah 127.124 unit, yang di dalamnya terdapat Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) sebanyak 2.439 unit yang aktif dari total 3.500 unit kopontren, jumlah anggota sebanyak 163.408 orang, volume usaha sebesar Rp 1,517 T, asset Rp 1,134 milyar.

“Hal ini merupakan potensi ekonomi yang besar. Melalui Kopontren, Pondok Pesantren diharapkan tidak hanya mencetak santri yang mumpuni dalam ilmu agama, tapi juga menghasilkan entrepreuner muda (santri preneur)  yang siap kembali ke masyarakat untuk membangun perekonomian umat,” tegas Deputi Zabadi.

Deputi Zabadi juga menghimbau kepada Pimpinan Pondok-Pondok Pesantren yang memiliki Kopontren sudah saatnya membangun jaringan dan membentuk holding yakni Kopontren yang sudah modern mengkonsolidasikan kopontren-kopontren yang secara pendekatan seperti ini akses pasar, permodalan, tecnologi informasi akan mudah dilakukan dan dijangkau oleh kopontren-kopontren kecil.

Ia juga menambahkan pengembangan ekonomi berbasis komunitas sudah terbukti tingkat keberhasilanya cukup tinggi sebagai contoh KSPPS BMT UGT Nusantara-Sidogiri, Kopontren Al Ittifaq Ciwidey, Bandung, Benteng Mikro Indonesia (BMI), dan lain-lain. Masih banyak, yang dana kelolaan dan assetnya yang sudah cukup besar dan jumlah anggota yang banyak dan mitra jaringan bisnis yang sudah luas, dan diakui oleh masyarakat dan telah terbukti dapat mengurangi kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja.

Deputi Zabadi juga menekankan, pada saat ini Kementerian Koperasi dan UKM juga sedang melakukan Rebranding Koperasi dan modernisasi koperasi, dimana salah satu prioritasnya adalah Koperasi Pondok Pesantren, dengan adanya penajaman program koperasi modern koperasi  diharapkan mampu memproyeksikan struktur koperasi di Indonesia kedepannya yaitu adanya modernisasi koperasi.

“Modernisasi ini dilakukan melalui pengembangan model-model bisnis baru yang lebih inovatif untuk digitalisasi koperasi dan lebih berfokus pada penguatan koperasi sektor riil. Khususnya Koperasi Pondok Pesantren dapat membuat para santri berminat untuk berkoperasi dan juga mendorong Koperasi di lingkungan Pondok Pesantren untuk berkembang dan kami juga sedang menyiapkan pola/model kemitraan bagi Koperasi Pondok Pesantren agar dapat bertumbuh lebih baik,” tukas Deputi Zabadi.

*Holding Kopontren*

Deputi Perkoperasian Ahmad Zabadi meyakini, dengan dibentuknya Holding Kopontren menjadi suatu keharusan dan kebutuhan, untuk mengahadapi tantangan dan persaingan bisnis yang sangat kompetitif dan mewujudkan koperasi modern yang berdaya saing.

“Kami yakin, dengan hadirnya Holding Kopontren, mampu melahirkan santri-santri preneur yang berkarakter, insya Allah kita mampu mengatasi masa sulit dalam masa pandemic ini, dan selepas ini kita akan recovery dan ekonomi kita rebound,” tegas Zabadi.

Diwaktu yang sama, Ketua Pengurus KSPPS BMT UGT Nusantara atau dulu dikenal KSPPS BMT UGT Sidogiri KH. Abdul Madjid mengatakan, pentingnya berta’awwun (tolong menolong), sebagai ciri khas bangsa Indonesia yang gemar bergotongroyong, diwujudkan dalam bentuk kerjasama ekonomi adalah berkoperasi.

“KSPPS BMT UGT Nusantara bersatu dalam wadah koperasi membentuk sebuah holding, dan saat ini pelayanan kepada anggotanya berbasis digitalisasi dengan aplikasi Mobile UGT. Setidaknya terdapat 9 (Sembilan) usaha yang tergabung dan 9 (Sembilan) mitra jaringan usaha koperasi. KSPPS BMT UGT Sidogiri siap melakukan pendampingan terhadap kopontren-kopontren seluruh Indonesia,” ujar Abdul Madjid.

Sementara itu, CEO Kopontren Al-Itifaq Ustadz Setia Irawan menambahkan, dirinya telah sukses mengembangkan koperasi di sektor agribisnis.

“Kopontren Al Ittifaq, telah mengkonsolidasikan beberapa kopontren-kopontren kecil di wilayah Jawa Barat dalam bentuk kemitraan,” kata Irawan.

Ustadz Irawan menyampaikan bahwa Kopontren Al Ittifaq menghasilkan beberapa komoditas unggulan, seperti jeruk dekopon, horenzo (bayam Jepang), cabai, wortel Shinkuroda, Butternut Pumpkin (Labu madu), dan jagung.

“Kami juga ada peternakan domba dan sapi. Produk-produk Al-Itifaq dipasarkan ke pasar tradisional, supermarket dan mall.  Saat ini pemasaran juga dilakukan melalui aplikasi Alifmart.  Kemitraan pun dilakukan seperti dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) dan Programma Uitzending Manager (PUM) Belanda,” tutup Irawan.(Jef)