Arsip Tag: korporasi pertanian

Korporasi Petani dan Nelayan Melalui Koperasi Modern

Jakarta:(Globalnews.id)– Dalam mewujudkan transformasi ekonomi, Presiden Jokowi memberikan arahan untuk membentuk kebijakan korporasi petani dan nelayan melalui Koperasi. Di mana petani dan nelayan didorong untuk berkelompok, berkorporasi agar memiliki skala ekonomi yang lebih efisien dalam mengakses pembiayaan, informasi, teknologi, serta pemasarannya.

Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Deputi Bidang Perkoperasian Kementerian Koperasi dan UKM Devi Rimayanti pada acara webinar Koperasi Virtual Expo 2021 secara daring, Minggu. (12/12/2021).

“Tujuan dibentuknya korporasi petani dan nelayan adalah agar dapat meningkatkan skala ekonomi, meningkatkan pendapatan, serta meningkatkan produktivitas petani dan nelayan”, Ujar Devi.

Dalam mewujudkan korporasi petani dan nelayan ini, akan dilakukan pengembangan korporasi petani dan nelayan menjadi proyek percontohan bagi petani dan nelayan agar bisa ditiru di daerah lain, mendorong kredit KUR untuk membangun skala ekonomi yang lebih luas, hingga membangun ekosistem petani dan nelayan untuk disambungkan kepada perusahaan teknologi terkait seperti Tani Hub atau Sayur Box.

“Pemerintah juga akan melakukan tindak lanjut berupa penyiapan regulasi untuk mendorong terciptanya ekosistem bisnis pengembangan Koperasi petani dan nelayan”, tambah Devi.

Selain itu, korporasi petani dan nelayan ini juga didukung dengan penerapan corporate farming, yakni konsolidasi lahan kecil menjadi lahan ekonomi yang lebih efisien, kemudian diberikannya kemudahan akses pembiayaan, konsolidasi kelembagaan, pelibatan offtaker, adopsi inovasi teknologi dan digitalisasi, sinergi, hingga dukungan logistik.

“Sehingga untuk menciptakan korporasi ini kita tidak hanya berbicara terkait pertanian dan nelayan, tetapi menjadi sebuah transformasi agribisnis yang utuh dan berkelanjutan”, kata Devi.

Indonesia sendiri memiliki 127.124 unit Koperasi, baik primer nasional, primer provinsi, dan primer Kabupaten/Kota. Di mana Koperasi terbagi kedalam lima jenis yaitu koperasi konsumen, koperasi produsen, koperasi simpan pinjam, koperasi pemasaran, serta koperasi jasa.

Sedangkan melalui PP No. 7 Tahun 2021 terdapat kebijakan pengembangan koperasi sektor tertentu yang tertuang pada pasal 25, yakni Pemerintah pusat maupun Pemerintah daerah melakukan pemberdayaan bagi koperasi yang melakukan kegiatan usaha tertentu pada sektor kelautan dan perikanan, angkutan perairan Pelabuhan bongkar muat, kehutanan, dan pertanian.

“Pada sektor kelautan dan perikanan, pemerintah bekerjasama dengan koperasi perikanan untuk menyelenggarakan tempat pelelangan ikan, sedangkan pada sektor pertanian Pemerintah memberikan kesempatan berusaha bagi koperasi melalui pengembangan bisnis koperasi petani model koperasi”, jelas Devi.

Kementerian Koperasi dan UKM juga mengembangkan program Koperasi modern, yakni koperasi diharapkan dapat menjalankan kegiatan dan usahanya dengan tata Kelola koperasi yang baik, memiliki daya saing, dan aktif dalam perubahan. Koperasi modern sendiri dapat dilihat dari 3 pilar, yakni pilar kelembagaan, pilar usaha, dan pilar keuangan.

“Deputi Perkoperasian sendiri memiliki indikator utama untuk memenuhi jumlah koperasi modern sebanyak 500 Koperasi pada tahun 2024. Di mana target secara rinci antara lain 100 koperasi di tahun 2021, 150 Koperasi di tahun 2022, 150 Koperasi di tahun 2023, dan 100 Koperasi di tahun 2024”, tutur Devi.

Tahun 2021 menjadi tahun permodelan Koperasi modern, yakni dengan dilakukannya profiling pada 100 koperasi modern serta menyiapkan regulasi dan kebijakan pengembangannya. Pada tahun 2022 akan dilakukan replikasi koperasi modern di berbagai sektor usaha, yang didukung oleh Bimbingan Teknis, evaluasi dan monitoring, serta penyempurnaan desain koperasi modern.

Selanjutnya di tahun 2023 dilakukan masivikasi koperasi modern sesuai dengan kriteria yang diharapkan kepada masyarakat di seluruh Indonesia, dan pada tahun 2024 merupakan tahun pemantapan, yakni dilakukan publikasi koperasi modern secara massal yang mana diharapkan koperasi sudah bisa sejajar dengan PT.

“Indikator dari keberhasilan koperasi modern sendiri adalah adanya peningkatan anggota, peningkatan aset, peningkatan modal, serta koperasi yang transparan dan akuntabel”, pungkas Devi.(Jef)

MenkopUKM Fokus Pengembangan Model Bisnis Sektor Pertanian

Bogor:(Globalnews.id)- Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menegaskan bahwa pihaknya akan fokus dalam pengembangan model bisnis di sektor pertanian dengan membentuk korporatisasi petani. “Dari petani-petani perorangan berskala sempit, kemudian dikoperasikan agar masuk skala ekonomi dan model bisnis,” tandas Teten, saat bersama Mentan Syahrul Yasin Limpo mengunjungi Agribusiness and Technology Park (ATP) di kampus Institut Pertanian Bogor (IPB), kawasan Dramaga, Bogor, Minggu (30/5).

Dalam kunjungannya sekaligus melakukan panen melon di greenhouse melon di ATP IPB tersebut, Teten mengatakan, hal seperti itu perlu dilakukan supaya petani juga bisa lebih memproduksi dengan menggunakan bibit-bibit yang sudah melalui hasil riset yang bagus. Lalu, bisa terhubung dengan market dan pembiayaan.

“Korporatisasi petani juga upaya dalam peningkatan ekspor. Selain itu, substitusi produk komoditas pertanian yang impor akan didorong untuk mengurangi ketergantungan pada produk yang tidak bisa diproduksi dalam negeri,” jelas MenkopUKM.

Teten berharap, produk-produk petani itu bisa mensuplai pasar dengan stabil, baik kualitasnya maupun juga kapasitas produksinya.

Sementara Mentan Syahrul mengatakan bahwa dirinya bersama MenkopUKM ke IPB dalam kaitan mempersiapkan suatu konsepsi yang terukur dan terencana secara sistematis. “Artinya, komoditas komoditas unggul hasil riset dan uji coba harus diangkat untuk menjadi sesuatu yang mungkin langsung bisa diterapkan,” kata Mentan.

Mentan mengatakan, Kementan dan KemenkopUKM bersama perguruan tinggi akan bekerjasama dalam mengembangkan hulu hingga hilir sektor pertanian. Nantinya, KemenkopUKM bertugas dalam pembentukan kelembagaan dan off-farm, sedangkan Kementan akan melakukan budidaya dan peningkatan produktivitas, serta perguruan tinggi akan mengkoordinir budidaya tersebut baik hulu maupun hilir.

“Saya nanti akan main di budidaya dan produktivitasnya. Sehingga, nanti akan ada varietas-varietas tertentu apalagi untuk ekspor yang kita bedahi dari hulu sampai hilir dan itu yang kita hari ini kita lakukan di IPB,” ucap Syahrul.

Menurut Mentan, hal itu dilakukan sesuai arahan Presiden Jokowi terkait pelibatan perguruan tinggi dalam menciptakan inovasi produk, khususnya produk pertanian akan terus ditingkatkan. “Tentunya hal ini guna menciptakan sebuah terobosan baik di sisi hulu maupun hilir dengan teknologi pertanian yang maju atau menjawab kondisi kekinian,” jelas Mentan.

Dalam kesempatan yang sama, Rektor IPB Arif Satria menjelaskan Taman Teknologi Agribisnis yang dibangun belakang kampus, yaitu di Desa Cikarawang. Pengembangan ATP ini bagian dari Agromaritim 4.0 dan upaya mendorong petani untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi di bidang pertanian.

Rektor IPB mengatakan, produk pertanian yang dihasilkan di kampus IPB adalah hasil kerja sama dengan petani setempat. “Harapannya, manfaat ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakat, khususnya petani di sekitar IPB University,” kata Arif.

Kerjasama Taiwan

Sementara itu, Direktur Bisnis IPB University, Ahmad Yani, menambahkan,sejarah ATP IPB University bermula dari kerja sama antara IPB University dengan Taiwan dan fokus bekerja sama di bidang pembangunan kemitraan petani. Melalui kerja sama itu, kemudian dibangun kantor ATP IPB University yang berlokasi di Desa Cikarawang, Dramaga, Bogor.

ATP IPB University juga memiliki fasilitas penunjang bisnis seperti pembibitan, greenhouse, perkebunan dan area packaging house. Sebagai salah satu unit bisnis, ATP IPB University memiliki berbagai produk yang dihasilkan bersama petani mitra dengan produk unggulan sayuran organik.

“Sedikitnya, ada 30 petani mitra yang kami bina dan bekerja sama dengan ATP University. Melalui petani mitra inilah ATP University menghasilkan berbagai produk sayuran organik yang berkualitas,” kata Yani.

Selanjutnya, produk sayuran organik hasil dari petani mitra dipasarkan kepada pasar modern dan ritel di kawasan Jabodetabek, seperti Diamond Supermarket, Yogya, Total, Ranch Market, dan All Fresh market. Tidak hanya itu, ATP IPB University juga menggandeng toko online untuk turut memasarkan produk-produk yang dihasilkan.

“Selain produk sayuran organik, ATP IPB University juga menghasilkan produk buah jambu kristal, jambu mutiara, melon, sayur nonorganik, benih ikan nila, dan bibit tanaman,” jelas Yani.

Menurut Yani, ATP IPB memiliki hamparan pemandangan yang menyejukkan mata. Pengunjung, akan disapa oleh ranumnya golden melon di dalam greenhouse, hamparan jambu kristal dan jambu mutiara, warna warni sayur-sayuran, hingga ikan lele yang dibudidayakan di dalam kolam-kolam di dalam greenhouse.

Segmen bisnis ikan lele dimulai dari pembenihan, pendederan, pembesaran hingga pengolahan. Adapun produk bibit tanaman, ATP IPB University memproduksi berbagai bibit sayuran di dalam smart greenhouse yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bibit petani mitra. Selain bibit sayuran, ATP IPB University juga menyediakan bibit buah jambu kristal, jambu mutiara, buah pepaya calina.

Yani menambahkan, selain fokus pada lini bisnis, ATP IPB University juga memberikan layanan kepada mahasiswa dan masyarakat. Contohnya, lewat kegiatan kunjungan praktikum lapangan, agroedutourism, pelatihan dan kegiatan magang bagi mahasiswa.

“Kegiatan Agroedutourism merupakan salah satu bentuk layanan yang diselenggarakan di ATP IPB University dalam rangka mengenalkan model bisnis pertanian yang dijalankan ATP IPB University kepada masyarakat luas,” pungkas Yani.(Jef)

MenkopUKM Targetkan Korporatisasi Koperasi Penuhi Kebutuhan Pangan Domestik

Cikarang: (Globalnews.id)Kementerian Koperasi dan UKM kian memantapkan strategi menerapkan model bisnis korporatisasi petani dan menciptakan koperasi pangan modern. Salah satunya lewat kerja sama yang telah terjalin dengan TaniHub Group sebagai agregator.

TaniHub sendiri merupakan perusahaan agriculture technology. Melalui kerja sama kemitraan tersebut diharapkan TaniHub mampu menyerap hasil produk pertanian maupun perkebunan dengan pola yang menguntungkan bagi petani.

Bentuk keseriusan KemenkopUKM dibuktikan dengan kunjungan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki ke NFC Tanihub Group di Cikarang, Jawa Barat, Sabtu (20/3). Sebelumnya, MenjopUKM juga sudah melihat langsung pabrik Processing and Packing Center (PPC) TaniHub di Malang, Jawa Timur pada November 2020 lalu.

Teten menegaskan, pihaknya menggandeng TaniHub lantaran startup pertanian ini telah memiliki infrastruktur yang mumpuni. Upaya tersebut, sambungnya, sejalan dengan tugas yang diberikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada kementeriannya untuk membangun koperasi-koperasi pangan yang meliputi industri pertanian, perternakan, dan perikanan.

“Agar kita mampu membangun sistem produksi pangan nasional modern, yang lebih menjamin kualitas supply lebih stabil,” katanya.

Diakui Teten, hingga saat ini, sebagian kebutuhan pangan dalam negeri masih dipenuhi dari hasil impor. Oleh karena itu, dengan korporatisasi petani diharapkan kebutuhan pangan dalam negeri bisa dicukup dari produk lokal.

“Korporatisasi petani mengkonsolidasikan petani perorangan yang berlahan sempit untuk tergabung dalam koperasi pangan modern sehingga tercipta komoditi rantai pasok baik untuk pasar domestik maupun ekspor,” ucapnya.

Menurut Teten, adanya kepastian pasar bagi produksi pertanian ini juga sekaligus memudahkan koperasi dalam meraih pembiayaan. Sebab, selama ini koperasi sektor produktif seperti pertanian, perkebunan, dan perikanan dianggap sebagai sektor yang berisiko tinggi bagi perbankan.

“Jadi jika kita sekarang membangun koperasi pangan terhubung dengan market dan rantai pasok, maka akan mendorong perbankan lebih berani membiayai sektor pangan kita,” imbuh Teten.

Ke depan, Teten berharap, akan banyak pihak lain, tak hanya TaniHub, yang bermitra dengan petani dalam menyerap hasil produksi pangan. Dengan demikian, target pemenuhan industri pangan dalam negeri bisa terwujud lebih cepat.(Jef)

MenkopUKM Dorong Petani Bangun Korporatisasi Petani Melalui Koperasi

Jakarta:(Globalnews.id)- Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mendorong para petani, pekebun, dan nelayan yang sebagian besar tergolong pelaku UMKM di Indonesia untuk mulai berkonsolidasi dan membangun korporatisasi petani melalui koperasi.

MenkopUKM Teten Masduki dalam acara Jakarta Food Security Summit yang digelar secara virtual, Rabu (18/11/2020), mengatakan sektor pertanian termasuk di dalamnya perikanan masih didominasi oleh para pelaku UMKM dengan 90 persen pelaku di dalamnya.

“Kami mengembangkan program di KemenkopUKM yang disebut korporatisasi petani,” kata Teten.

Ia menambahkan, tantangan pengelolaan pertanian rakyat di Indonesia yakni diusahakan dalam skala kecil, tata kelola belum modern, dan masuk ke industri hilir. “Arahan Presiden Jokowi pada Rapat Terbatas di Kantor Presiden, Jakarta 12 September 2017 agar petani diorganisir dalam korporasi dengan tujuan agar berdaulat atas hasil produknya atau menikmati nilai tambah di on farm dan off farm, membangun industri dengan skala ekonomi yang besar dan tata kelola manajemen yang profesional,” katanya.

Pihaknya kemudian mencari solusi kelembagaan terkait tantangan di sektor pertanian dengan mendorong petani untuk membangun kelembagaan usaha yang dikelola secara profesional dan dalam skala keekonomian.

“Kalau kita lihat kondisi pertanian, perkebunan, dan perikanan kontribusi kepada PDB 13 persen, persentase terbesar UMKM di pertanian,” katanya.

Pihaknya telah memetakan koperasi di sektor pangan yang potensial untuk didorong menjadi koperasi modern. “Kami sedang mengexcercise 8 komoditas pangan untuk masuk dalam korporatisasi petani,” katanya.

Saat ini, kata Teten, KemenkopUKM bersama dengan Agriterra telah menggulirkan sebuah gagasan pengembangan korporasi petani model koperasi, yaitu sebuah upaya menjadikan petani sebagai penikmat terbesar dari nilai tambah yang tercipta dengan cara berinvestasi mendirikan industri pengolahan miliknya.

Terdapat 7 koperasi yang menjadi pilot project yakni KSU Citra Kinaraya, Demak – Jateng (Komoditas Beras premium specialty), Koperasi Berkah Multi Generasi, Bandung – Jabar (Komoditas Kentang), dan KPMK Pangandaran – Jabar (Komoditas Kelapa).

Kemudian Koperasi Rakyat Halmahera – Maluku Utara (Komoditas Kelapa), KAN Jabung, Malang – Jatim (Komoditas Tebu/Susu), Koperasi Pugar Ronggolawe Makmur, Tuban – Jatim (Komoditas Garam), dan KPSP Saluyu, Kuningan – Jabar (Komoditas Susu) (Jef)

Proyek Percontohan Korporasi Petani Berbasis Koperasi Ditargetkan Beroperasi Maret 2021

Semarang:(Globalnews.id)- Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan pilot project ( proyek percontohan) program korporatisasi petani modern berbasis koperasi (corporate modern farming based Cooperative) yaitu KSU Citra Kinaraya Demak, ditargetkan mulai beroperasi pada Maret 2021 dengan Rice Milling Unit (RMU) atau pabrik penggilingan padi berkapasitas 50 ton/hari.

” Saat ini lahan persawahan yang dikelola KSU Citra Kinaraya baru seluas 100 hektar yang akan kita dorong menjadi 1.000 hektar untuk mencapai skala ekonomis atau skala bisnis,” ujar MenkopUKM usai bertemu dengan pengurus KSU Citra Kinaraya yang merupakan Koperasi Tingkat Provinsi di Jawa Tengah, di Semarang Senin (9/11/2020)

Terkait pembangunan pabrik beras, KSU Citra Kinaraya akan membentuk perusahaan yang lalu akan membangun pabrik beras dengan nilai investasi total mencapai Rp 40 miliar, di mana 30 persen di antaranya berasal dari koperasi petani.

Terhadap petani anggota koperasi dalam menggarap lahannya akan diarahkan mengakses Kredit Usaha Rakyat (KUR).” Kalau sudah ada row model bisnis seperti ini maka perbankan tidak akan ragu mendanai. Kita sudah dapat perbankan yang siap mendanai petani yaitu BNI dan juga didukung penjaminan oleh Jamkrida Jateng,” jelas MenkopUKM. Sementara dana pembangunan pabrik pengilingan beras selain diperoleh dari modal koperasi, juga akan diperkuat oleh LPDB – KUMKM.

Nantinya koperasi yang membeli gabah petani secara tunai. Gabah akan diolah oleh pabrik sebelum dilepas ke food station seperti di Cipinang Jakarta atau ke swasta maupun BUMN sebagai offtaker beras.

“Jadi petani hanya konsentrasi pada penanaman lahan saja. Yang berhadapan dengan market adalah koperasi, bukan petani perorangan. Ini cara kita melindungi petani kita agar terlindungi dari market,” kata Teten. Selain itu, bantuan pemerintah seperti alat pertanian dan pupuk juga akan masuk ke dalam model bisnis tersebut. Ekosistem ini diharapkan mampu memberikan keuntungan kepada petani.

Produksi Varian Beras

Hery Sugiartono, Manager Utama KSU Citra Kinaraya mengatakan nantinya RMU akan berdiri diatas lahan seluas 7.000 m2 di Demak. Saat ini usaha bisnis KSU Citra Kinaraya yang sudah berjalan adalah dibidang pengolahan beras khusus organik (beras hitam protein tinggi, cokelat, merah), beras khusus (ekspor, japonica, jasmin, basmati), beras premium, beras medium, beras Genki, beras khas Mlathi, silica powder, pakan ternak produk samping pengolahan beras, tepung dedak, minum seduh dari beras hitam. Bahkan sudah ekspor ke mancanegara yaitu Vietnam, India, Pakistan, Myanmar, dan Thailand.

“Semoga impian selama ini untuk meningkatkan kapasitas pabrik pengolahan beras bisa terwujud,” ungkap Hery.
Dengan Program Korporasi dari KemenkopUKM dan dukungan pendanaan peningkatan kapasitas usaha dari LPDB-KUMKM, Hery berharap bisa menjaga pasokan pasar bahkan ekspor, terlebih saat pandemi ini animo masyarakat sudah bergeser tidak hanya untuk kebutuhan pangan namun kepada pangan sehat dan higienis.

Sebelum menjadi Koperasi Tingkat Provinsi dulunya KSU Citra Kinaraya adalah Puskud. Kini wilayah kerjanya sudah mencakup lima Kabupaten/Kota yaitu di Kudus, Pemalang, Sragen, Banyumas dan Kab Magelang.(Jef)