Arsip Tag: UKM eksportirir

UKM Didorong Masuk Pasar Digital dan Manfaatkan Smesco sebagai Center of Excellence UMKM


Jakarta:(Globalnews.id) – Para pelaku UMKM di Indonesia didorong masuk ke pasar digital dan memanfaatkan dengan optimal Smesco sebagai center of excellent UMKM sebagai upaya untuk menggarap potensi digital Indonesia yang diperkirakan bisa mencapai 1.700 triliun pada 2025.

Deputi Bidang UKM Kementerian Koperasi dan UKM Hanung Harimba Rachman dalam konferensi pers secara virtual Kamis, 26 Agustus 2021, mengatakan jumlah UMKM yang telah on boarding pada ekosistem digital mencapai 15,3 juta (23,9%) atau naik 7,3 juta selama pandemi. Sementara target sampai dengan tahun 2024 mencapai 30 Juta UMKM.

“Potensi Digital Indonesia pada tahun 2025 mencapai USD124 Milyar atau lebih dari Rp1.700 triliu  dan merupakan penggunaan e-commerce tertinggi se-Asia Tenggara,” katanya.

Berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan tahun 2021, jumlah transaksi e-commerce tahun 2020 mencapai Rp.266 triliun. Sedangkan sampai dengan triwulan II tahun 2021 jumlah transaksi e-commerce telah mencapai Rp.186,75 T atau meningkat 63,36% (yoy), hal ini menunjukkan potensi yang cukup besar. “Beberapa tantangan kita ke depan antara lain persaingan usaha yang tidak sehat, keamanan siber, literasi digital dan industri teknologi informasi komunikasi yang masih di dominasi produk impor,” katanya.

Oleh karena itu, kata Hanung, Kementerian Koperasi dan UKM terus berupaya mendorong para pelaku UMKM agar dapat masuk ke dalam sistem ekosistem digital melalui penguatan kapasitas dan daya saing KUMKM seperti EDUKUKM, webinar sparc campus, kakak asuh UMKM, pendampingan GEBER UMKM dan Inkubator Usaha.

Pada kesempatan itu, Kementerian Koperasi dan UKM menyiapkan SMESCO sebagai Center Of Excellence UMKM dengan beberapa strategi yakni Smesco Labo sebagai laboratorium eksplorasi serta riset UMKM masa depan; kurasi produk melalui Sparc Trade, hingga akses dan pendampingan UKM ekspor di BNI Xpora; serta pendampingan melalui Kakak Asuh UMKM, Sparc Campus, hingga kolaborasi dengan asosiasi pendamping UMKM.

Selain itu inovasi dukungan logistic melalui fulfillment center (konsolidasi pemrosesan logistik produk UMKM); factory sharing melalui cloud kitchen; dan Siren.id.

“Melalui Center Of Excellence UMKM SMESCO diharapkan dapat menjawab beberapa permasalahan seperti perluasan pasar, bahan baku, sumber daya manusia, analisis data, dan logistik. Saya berharap sinergi dan kolaborasi terus dilakukan antara Kementerian/Lembaga, SMESCO, Pemerintah Daerah, BUMN, Swasta dan seluruh stakeholder sehingga dapat melahirkan UMKM unggul di masa depan,” katanya.

Sementara itu, Direktur Utama Smesco Indonesia Leonard Theosabrata, mengatakan Smesco Indonesia memetakan pertumbuhan platform digital seperti e-commerce, ride hailing, dan pembayaran digital telah membawa Indonesia menjadi negara dengan ekonomi digital terbesar dan tercepat di ASEAN kurun dua tahun ini.

“SMESCO telah menuntaskan lima pilar pendekatan percepatan pemulihan ekonomi mikro yakni; Platform digital untuk menjangkau pelanggan, Platform digital untuk menjangkau pemasok, Platform digital untuk back office, Platform digital untuk analitic data dan Platform digital untuk logistic,” kata Leonard.

Lebih lanjut, Leonard memaparkan, SMESCO menargetkan digitalisasi 158.000 UMKM hingga tahun 2023, dalam kurun waktu tersebut akan terbentuk sebuah ekosistem UMKM SMESCO yang memiliki kekuatan ekonomi digital unggul.

Keberadaan UMKM tersebut akan didukung dengan tujuh fasilitas layanan usaha bagi pelaku UMKM yakni; Pusat Wastra Nusantara, Xpora, Fulfillment Center, Smesco Hub Timur, Smesco Labo, Pusat Layanan UKM dan Siren.id.

Siren.id sebuah platform dropship dan re-seller  yang dapat dimanfaatkan bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk membantu pemasaran produk UMKM dan member bisa mendapatkan keuntungan dari proses penjualan produk UMKM tersebut. Keistimewaan platform ini, yakni menetapkan satu harga harga ongkos kirim atau flat untuk tujuan kirim dari dan ke seluruh Indonesia.

Leonard mengatakan terciptanya sinergi antara UMKM, pemerintah dan stakeholder pendukung lainnya bisa dipastikan proses transformasi digital UMKM akan dapat berjalan sempurna.

Dengan begitu target pemerintah untuk memperbanyak UMKM berbasis digital dapat segera terwujud. Dalam ekosistem ekonomi digital Indonesia, yang bisa menjadikan SMESCO sebagai hub transformasi digitalisasi UMKM masa depan.(Jef)

MenkopUKM Ungkapkan 3 Strategi Utama Tingkatkan Ekspor UMKM

JAKARTA:(Globalnews.id)- Pemerintah Indonesia menyatakan bahwa kondisi perekonomian Indonesia mulai membaik meskipun saat ini Indonesia dan negara lain di dunia belum lepas dari jeratan pandemi Covid-19.

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, pertumbuhan ekonomi mulai membaik dari minus 2,19 di Q4-2020 menjadi minus 0,74 di Q1-2021.

“Hal ini ditopang dari berbagai stimulus terutama belanja pemerintah dan konsumsi rumah tangga yang semakin membaik,” tegas MenkopUKM Teten Masduki, dalam Webinar HR Academy, UMKM Fast Track untuk Peluang Ekspor Masuk Pasar Mesir, di Jakarta, Selasa (15/6/2021).

Hadir dalam kesempatan tersebut Dubes RI untuk Mesir Lutfi Rauf dan Atase Pertambangan Kedutaan Besar Indonesia di Kairo Firman Adi Purwanto.

Menurut MenkopUKM, hasil survei BRI Micro & SME Indeks (BMSI Q1-2021), Indeks Kepercayaan Pelaku UMKM kepada Pemerintah (IKP) terus meningkat dari 126,8 di Q3 2020 menjadi 136,3 di Q4 2020.

“Pelaku UMKM optimistis dan yakin Pemerintah mampu menangani dampak Covid-19 dengan baik. Saya kira IKP sudah pas dengan kebijakan pemulihan ekonomi nasional,” katanya.

Teten mengatakan, digitalisasi harus mampu meningkatkan ekspor produk UMKM ke pasar dunia, terutama ke Mesir. Menurutnya, kontribusi ekspor UMKM masih tergolong rendah, yaitu 14%, dibanding beberapa negara lainnya seperti Singapura 41%, Thailand 29%, atau Tiongkok yang mencapai 60%.

“Pada tahun 2024, Pemerintah menargetkan kontribusi ekspor UMKM akan meningkat menjadi 21,6%,” ujarnya.

Sayangnya, kata MenkopUKM, statistik e-commerce 2020 (BPS) menunjukkan hanya 4,68 persen usaha e-commerce melakukan ekspor, 54,01 persennya adalah usaha di sektor perdagangan besar dan eceran, bukan sektor produktif.

Untuk itu, MenkopUKM membeberkan 3 strategi utama yang akan dan sedang dilakukan untuk meningkatkan ekspor UMKM. Pertama, penguatan database, pemetaan potensi produk maupun pasar melalui Basis Data Tunggal UMKM, preferensi pasar di negara tujuan, jaringan distribusi dan gudang di luar negeri, serta affirmative-action penurunan tarif di negara tujuan dan memperluas kerja sama dagang luar negeri.

“Butuh peran aktif Kemenlu, KBI/KJRI, Atase Perdagangan dan ITPC, BKPM, serta beberapa inkubasi ekspor swasta yang sudah kuat,” kata Teten.

Kedua, peningkatan kualitas SDM dan produk melalui program pendidikan dan pelatihan, sekolah ekspor (target 500 ribu eksportir), standardisasi dan sertifikasi, dan factory sharing.

“Kami telah membuka pendaftaran bagi UKM yang memenuhi syarat untuk sertifikasi ISO, HACCP, SNI, Organik, FSSC/BRC, dan SVLK,” ujar MenkopUKM.

Selain itu, bersama Bappenas, tahun ini KemenKopUKM akan melakukan pilot project factory sharing di lima provinsi, dengan rencana awal FS untuk komoditas rotan (Jateng), FS untuk komoditas kelapa (Sulut), FS untuk komoditas sapi (NTT), FS untuk komoditas nilam (Aceh), dan FS untuk komoditas biofarmaka (Kaltim).

Ketiga, kemudahan pembiayaan. Skema pembiayaan UKM untuk ekspor terus dipermudah di antaranya melalui kerja sama dengan beberapa sumber pembiayaan ekspor seperti LPEI/KURBE, LPDB-KUMKM, perbankan/himbara, dan skema alternatif lainnya: crowd funding, modal ventura, dan CSR.

“Skema KUR sebagaimana arahan Presiden terbaru dapat dimanfaatkan: plafon KUR dari sebelumnya maksimum Rp500 juta naik menjadi Rp20 miliar. Dan, KUR tanpa agunan naik dari Rp50 juta menjadi Rp100 juta,” tambahnya.

Ia menjelaskan, komoditas ekspor terbesar dari Indonesia ke Mesir berdasarkan data International Trade Center 2021 adalah minyak sawit nilai aktual 609 juta USD dengan potensi 876,8 juta USD, kopi (green beans) nilai aktual 54,7 juta USD, kayu lapis/laminasi nilai aktual 6,4 juta USD dengan potensi 32,9 juta USD, kelapa kering nilai aktual 5,4 juta USD dengan potensi 28,2 juta USD, minyak cokat nilai aktual 5,4 juta USD dengan potensi 13,8 juta USD, dan tuna kering/diawetkan nilai aktual 3,3 juta USD dengan potensi 23,2 juta USD.

“Dengan data di atas, masih besar peluang dan potensi yang bisa kita maksimalkan untuk masuk pasar Mesir,” tegas Teten.

Digitalisasi UMKM

Teten menjelaskan, salah satu cara Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) mampu bertahan di masa pendemi adalah dengan digitalisasi. Menurutnya, selama pandemi, terdapat 38% pengguna internet baru dengan rata-rata waktu online per harinya 4,3-4,7 jam/orang (Riset Google, Temasek, Bain, 2020). Bahkan, World Bank menyebutkan, 80% UMKM yang terhubung ke dalam ekosistem digital memiliki daya tahan lebih baik.

Ia menegaskan, KemenkopUKM akan terus mendorong UMKM Go-Digital dengan 2 pendekatan, yaitu, pertama melalui peningkatan literasi digital, kapasitas dan kualitas usaha.

“Digitalisasi tidak hanya dalam memperluas pasar namun juga di dalam proses bisnisnya, melalui penguatan database (basis data tunggal), peningkatan kualitas SDM, dan pengembangan Kawasan/klaster Terpadu UMKM (factory sharing),” ujarnya.

Kedua, kata Teten, perluasan pasar digital melalui Kampanye BBI, On-boarding platform pengadaan barang & jasa (LKPP, PaDI), Live Shopping, dan Sistem Informasi Ekspor UMKM.

“Untuk onboarding UMKM, telah bertambah 5 juta UMKM atau total 13,7 juta UMKM sudah terhubung dengan ekosistem digital (21% total populasi UMKM),” tambahnya.(Jef)

SeskemenkopUKM Dorong Pelaku UKM Tingkatkan Kapasitas Guna Menembus Pasar Ekspor

MALANG:(GLOBALNEWS.ID)- SeskemenkopUKM Arif Rahman Hakim mendorong pelaku UKM Malang untuk terus meningkatkan kapasitas SDM dan usahanya, agar bisa menembus pasar ekspor. Dengan demikian kontribusi UKM pada PDB dan ekspor Indonesia akan semakin meningkat.

“Saya menyampaikan kekaguman saya pada peserta pelatihan baik yang offline maupun daring, karena ditengah pandemi covid-19 tetap semangat untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan memperluas jaringan,” kata SeskemenkopUKM Arif Rahman Hakim pada pembukaan Sinergi Kegiatan Pengembangan SDM UKM melalui Pelatihan Digital Markering, Keterampilan Teknis Produksi dan Vocational Digitalisasi Produk UKM, di Malang, Kamis (10/6/2021).

“Kami di Kementerian juga berusaha meningkatkan SDM dari waktu ke waktu. Selain offline kami juga menyediakan pelatihan secara online. Harapannya agar pelaku UKM terus secara berkesinambungan meningkatkan kapasitasnya. Kami berharap, narasumber juga tetap menjaga komunikasi dengan peserta, dan memberi kesempatan apabila ada informasi atau pengetahuan yang masih diharapkan pelaku UKM,” pesan Arif Rahman Hakim.

SeskemenkopUKM menjelaskan, struktur organisasi di KemenkopUKM kini dibagi empat tema besar, salah satunya adalah Deputi Bidang UKM yang terus menerus melakukan update peningkatan kapasitas UKM. “Tentu fokusnya berbeda dengan usaha mikro, karena tema besarnya agar pelaku UKM bisa memiliki kontribusi lebih besar terhadap PDB (Produk Domestik Bruto-ree) dan ekspor Indonesia,” kata Arif Rahman Hakim.

Karena itu, SeskemenkopUKM Arif Rahman Hakim berharap peserta pelatihan terus berusaha meningkatkan kualitas produknya sehingga target kontribusi UMKM pada PDB bisa sesuai target. Demikian juga dengan target ekspor,” ujarnya.

SeskemenkopUKM Arif Rahman Hakim mengakui, tentunya hal ini membutuhkan semangat tinggi dan kebersamaan. Karena dari itu, Arif Rahman Hakim mengingatkan akan sangat baik kalau ada kerjasama yang erat antar peserta, terlebih bila usahanya sama atau sejenis.

Butuh Sinergi

Dalam kesempatan yang sama, KadinaskopUKM Jatim, Mas Purnomo Hadi mengakui dengan anggaran yang ada pihaknya tidak mungkin melakukan sendiri pelatihan KUMKM, sehingga harus melakukan sinergi dengan stakeholder lain semisal kalangan swasta maupun Perguruan Tinggi. “Anggaran di kami hanya cukup melatih 1.500 pelaku usaha tiap tahunnya, sementara jumlah koperasi di Jatim mencapai 22.856 koperasi dan UMKM nya berjumlah 9,7 juta pelaku usaha,” aku Mas Purnomo Hadi.

Menurut KadiskopUKM Jatim, pelatihan secara berkelanjutan amat dibutuhkan pelaku UMKM dalam menjawab tantangan perkembangan jaman, seperti saat Pandemi seperti sekarang ini. “Selama pandemi banyak UMKM mengalami kesulitan dalam bahan baku atau pemasaran dan seterusnya yang akhirnya digitalisasi menjadi kunci jawaban dalam mengatasi kendala-kendala tersebut. Karena itu model pelatihan seperti digital marketing sangat diperlukan,” kata Mas Purnomo Hadi.

Hal ini menurut Mas Purnomo Hadi sudah sejalan dengan lima program prioritas Dinas Koperasi dan UKM Jatim. Pertama, kelembagaan dimana koperasi harus berkualitas. Dua, soal SDM dimana pelaku koperasi dan UMKM dituntut melakukan peningkatan kapasitas SDM nya. Ketiga, prioritas produksi, dan kebetulan dalam pelatihan ini ada materi digitalisasi produk. “Tantangannya adalah bagaimana membuat kualitas produk memiliki nilai tambah, menjadi produk berstandardisasi. Disitulah kemudian yang menentukan pasarnya kemana,” kata Mas Purnomo Hadi.

Keempat, masalah permodalan dimana hal ini menjadi penting ketika proses produksi dan pemasaran membutuhkan pendanaan. “Di Jatim kami menyiapkan berbagai skim pembiayaan seperti KUR (Kredit Usaha Rakyat) dari Bank Himbara, Bank Jatim maupun LPDB-KUMKM. Juga saya mencoba manfaatkan dana CSR dari BUMN dan BUMD,” jelas KadiskopUKM Jatim.

Prioritas kelima adalah pemasaran, dimana hal ini menjaid ujung tombak dari sebuah proses produksi. Kalau semua sudah dipenuhi, maka produk ini dikemanakan?Tentunya kita pasarkan ke konsumen, baik melalui pasar offline maupun online atau marketplace. Pihaknya juga memfasilitasi UMKM Jatim untuk bisa memasarkan produknya di 26 kantor perwakilan Jatim di berbagai daerah di tanah air.(Jef)

Produk Pakan Ternak Milik Koperasi Mampu Ekspor ke Brunei Darussalam

Malang:(Globalnews.id)- Koperasi Produsen Agro Niaga (KAN) Jabung Syariah telah berhasil memperluas pangsa pasar produk pakan ternak ke pasar international melalui ekspor perdana ke Brunei Darussalam, pada 30 April 2021 dan merupakan langkah awal dalam pengembangan pasar produk pakan yang mempunyai brand JABFeed.

Total volume ekspor yang dilepas sebesar 52.500 kg dan pengiriman ini direncanakan akan berkelanjutan sesuai dengan permintaan customer yang rencana ke depan akan dibagi dalam beberapa tahap pengiriman. KAN Jabung Syariah mempunyai usaha inti sapi perah dan unit usaha Pusat Produksi Pakan Ternak.

Awalnya, produksi pakan ternak hanya untuk mencukupi kebutuhan anggota. Tetapi, seiring perkembangannya Sapronak (Pusat Produksi Pakan Ternak) juga melayani penjualan pihak eksternal. Di samping menyediakan konsentrat, unit ini juga menyediakan kebutuhan sarana peternakan lainnya seperti susu pedet, ember perah, milk can (kaleng susu), karpet sapi, dan sebagainya.

Menanggapi hal itu, Deputi Bidang Perkoperasian Kementerian Koperasi dan UKM Ahmad Zabadi sangat mengapresiasi dan mendukung ekspor tersebut yang merupakan bukti komitmen kuat serta kerja keras KAN Jabung Syariah Jawa Timur.

“Hal ini sejalan amanat RPJMN Tahun 2020-2024 untuk meningkatkan kapasitas, jangkauan dan inovasi koperasi melalui strategi transformasi berupa modernisasi koperasi,” kata Zabadi, (2/5).

Zabadi menambahkan, pemerintah juga telah berupaya untuk melakukan kemudahan, pelindungan, dan pemberdayaan bagi Koperasi dan UKM dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah nomor 7 tahun 2021.

“Ke depan kami sangat berharap akan banyak terwujudnya kemitraan yang saling menguntungkan antara koperasi dengan perusahaan besar dan koperasi besar sebagai Off-taker. Keberhasilan KAN Jabung Syariah Jawa Timur juga dapat menjadi benchmarking bagi koperasi sektor riil lainnya dalam mengembangkan usaha koperasi,” pungkas Zabadi.(Jef)

SesmenkopUKM Dorong Sentra IKM Rendang Payakumbuh Jadi  Inkubasi Wirausaha dan Koperasi Modern

Payakumbuh:(Globalnews.id)-Sekretaris Kementetian Koperasi dan UKM Arif Rahman Hakim sesuai arahan Menteri Koperasi dan UKM melakukan kunjungan kerja di Sumatera barat untuk koordinasi pemberdayaan KUMKM dan mengetahui perkembangan UKM yang sudah siap untuk eksport. Dalam kunjungannya ke Pelaku usaha kecil olahan rendang Arif Rahman Hakim memberikan apresiasi atas keberhasilan sentra IKM (Industri Kecil Menengah) rendang Payakumbuh yang mampu menghimpun puluhan UMKM produsen rendang dalam satu wadah koperasi serta memiliki rumah produksi bersama.

Sentra produksi rendang dibawah binaan  UPTD (Unit pelayanan Teknis Daerah)  P3R  (Pusat Pengembangan dan Pelayanan Rendang) Kota Payakumbuh Sumbar  ini juga telah manpu memasarkan rendang ke berbagai penjuru tanah air, bahkan pasar ekspor untuk bumbu rendang ke Saudi Arabia.

” Luar biasa, itu yang saya tangkap dari penjelasan Bapak Wal Asri,  Kadinasterin Kota  Payakumbuh. ini menunjukkan kalau kita fokus pada satu usaha, dalam hal ini rendang, maka tingkat keberhasilannya akan sangat tinggi. mudah- mudahan ini dapat dikembangkan lagi dengan tehnologi menuju usaha yang lebih profesional,” ujar SesmenkopUKM Arif Rahman Hakim, saat mengunjungi sentra IKM Rendang  Payakumbuh, Sumbar, Sabtu (17/4/2021).

Arif Rahman menjelaskan, Kemenkop UKM  memiliki kegiatan kegiatan yang bisa disinergikan dengan pelaku usaha kecil menengah yang memiliki potensi ekspor.  “Juga telah dibentuk deputi khusus deputi bidang UKM yang tema utamanya memjadikan UKM naik kelas,  memberikan kontribusi yang lebih besar pada PDB  maupun  sumbangan ekspor,”kata Arif Rahman.

SesmenkopUKM  menjelaskan, IKM rendang bisa mencontoh Selandia Baru yang koperasinya fokus pada peternakan sapi sehingga mampu menguasai pasar dunia.” Sumatera Barat khususnya Payakumbuh dengan ikonnya rendang, saya kira juga mampu menguasai pasar domestik setidaknya. Rendang ini bisa diterima dari Sabang sampai Merauke, berarti ada 270 juta pasar domestik yang bisa digarap, tinggal bagaimana strateginya,” katanya.

Arif Rahman juga melihat,sentra IKM Rendang Payakumbuh ini  selain memiliki potensi besar juga dilengkapi peralatan produksi yang lengkap, dan UMKM nya juga sudah diagregasi dalam satu wadah koperasi. Karena itu pihaknya mendorong IKM Rendang Payakumbuh ini menjadi lembaga inkubasi koperasi modern.
” Nantinya akan banyak yang bisa kita sinergi kan,  karena sesuai juga dengan salah satu tema di KemenkopUKM yaitu koperasi modern. Selain itu juga bisa jadi inkubas wirausaha, dan itu juga sesuai dengan tema Kemenkop UKM dalam upaya menciptakan wirausaha muda produktif,”ujar Arif.

Siap Ekspor

Ditempat yang sama Kadinas Tenaga Kerja dan Perindustrian (Kadinasterin) Kota Payakumbuh, Wal Asri mengatakan didirikannya  sentra rendang oleh UPTD P3R kota Payakumbuh ini, karena melihat potensi UMKM rendang yang sangat besar namun belum terhimpun dalam satu wadah. ,” Karena itu kami kumpulkan mereka untuk dibimbing dan bagaimana memproduksi rendang yang higienis dan efisien,” jelas Wal Asri.

Apalagi kata Wal Asri, dalam hal pasokan bahan baku tidak menjadi masalah karena, IKM rendang  kota Payakumbuh ini berdekatan dengan lokasi Peternakan
Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Hijauan Pakan Ternak (HPT) Kementerian Pertanian yaitu di Padang Mengatas di Kabupaten Payakumbuh yang  dengan luas hampir 280 hektar dan memiliki 1.300 sapi.

” Kami  membentuk sentral IKM Rendang untuk peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat.  Yang berbinis itu koperasi sebagai  pelaku usaha sementara anggota koperasi adalah UMKM Rendang setempat,” jelas  Wal Asri.

Kini sentra IKM Rendang Payakumbuh, juga bersiap menembus pasar ekspor menyusul telah diterimanya sertifikat ISO 22000 dan membuatnya menjadi satu-satunya sentra rendang yang sudah memiliki kelengkapan sertifikasi olahan pangan. “Kami dari Pemerintah Kota (Pemkot) Payakumbuh terus berupaya melengkapi Sentra IKM Rendang dengan sertifikasi berskala nasional dan internasional. Alhamdulillah tahun ini semua sudah lengkap,” jelasnya.

Ia mengatakan berbagai sertifikasi dibutuhkan agar produk yang nanti dihasilkan bisa terjamin dan bisa menembus sampai ke pasar internasional.

“Untuk tahun lalu kita sudah dapat sertifikat izin edar untuk sembilan varian produk rendang, sertifikat halal, sertifikat daya simpan dengan masa kadaluarsa 14 bulan, dan terakhir sertifikat keamanan pangan HACCP,” terang dia.

Pihaknya juga telah menyelesaikan sertifikat Nomor Kontrol Veteriner (NKV) yang merupakan bukti tertulis yang sah telah dipenuhinya persyaratan higiene-sanitasi.

Hal itu merupakan kelayakan dasar jaminan keamanan pangan asal hewan pada unit usaha pangan asal hewan. Selanjutnya juga tengah diselesaikan sertifikat SNI.

Ia menyebutkan dengan lengkapnya sertifikasi tersebut artinya untuk kebutuhan ekspor sudah lengkap dan secara standarisasi produk IKM Rendang Payakumbuh sudah layak ekspor.(Jef)

KemenkopUKM Kembangkan Strategi Genjot Penambahan Ekspor Signifikan UMKM

Bandung:(Globalnews.id)-Deputi Bidang UKM KemenkopUKM Hanung Harimba Rachman mengatakan pelaku UMKM di Indonesia memiliki beberapa permasalahan, seperti : bidang manajemen, organisasi, teknologi, permodalan, operasional, dan teknis di lapangan, terbatasnya akses pasar, kendala perizinan, serta biaya-biaya non teknis di lapangan yang sulit untuk dihindarkan.

Jika di Identifikasi beberapa permasalahan dan kesulitan usaha yang dihadapi, antara lain masalah permodalan (51,09%,) pemasaran 34,72%, Bahan Baku 8,59%, Ketenagakerjaan 1,09%, Distribusi Transportasi 0,22%, dan lainnya 3,93%.
“Disisi lain, dua target besar Kementerian Koperasi dan UKM terhadap KUMKM adalah peningkatkan ekspor yang signifikan dan masuk dalam rantai pasok nasional, regional dan global,” kata Hanung Harimba Rachman dalam acara pembukaan Pelatihan Ekspor Bagi UKM/Start Up di, Bandung, Jum’at (2/4/2021).

Kegiatan pelatihan yang dibuka oleh Deputi Bidang UKM, merupakan rangkaian dari Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (BBI) di Bandung Jawa Barat, launching tanggal 3 April 2021. “DENGAN BELI dan GUNAKAN DENGAN BANGGA PRODUK UKM KITA DEMI TERCAPAINYA #UKMJABARPATEN. Gerakan Nasional ini menjadi momentum Bangga Buatan Indonesia (BBI) untuk membulatkan tekad meningkatkan ekspor UKM Jawa Barat dan UKM Indonesia.

Selain itu pelatihan ekspor bagi UKM/Start Up adalah langkah untuk mewujudkan 500.000 eksportir hingga tahun 2030.
Acara hasil sinergi dan kolaborasi antara KemenkopUKM , Pemrov Jabar, Pemda Kab Bandung dan Sekolah Ekspor mengundang 90 (sembilan puluh) orang pelaku UKM dan SDM aparatur pembina sebagai peserta pada Pelatihan Prosedur dan Standar Ekspor serta Pelatihan Strategi Pengembangan Produk KUKM Berorientasi Ekspor, yang dilaksanakan di Hotel IBIS Trans Mart Studio, Bandung selama 3 hari (Jum’at hingga Minggu).

Deputi Bidang UKM memaparkan rendahnya kinerja ekspor UMKM Indonesia dilatarbelakangi oleh beberapa tantangan. Diantaranya akses terhadap informasi pasar sangat rendah, serta baru 16% UMKM yang terhubung dengan ekosistem digital. Tantangan lainnya adalah keterbatasan skala kapasitas usaha dan standar produk, tingginya biaya transaksi dan kontrak dan rendahnya akses pembiayaan dimana hanya 19,41% yang terakses dengan lembaga pembiayaan dan tingginya biaya logistik.

“Berangkat dari hal itu KemenkopUKM memiliki sejumlah strategi untuk meningkatkan ekspor UMKM, antar lain dengan mengembangkan market driven/ intelligence. Melalui cara ini, UMKM akan mudah mendapat akses informasi, melibatkan ahli untuk kurasi champion sehingga dapat masukan untuk memperbaiki produk, digitalisasi UMKM,” kata Hanung.

Ekosistem Digital

“Pandemi yang terjadi saat ini tentu sedikit banyak memengaruhi seluruh sektor kehidupan. Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional yang salah satunya adalah melalui peningkatan ekspor produk-produk UMKM, sebab UMKM yang jumlahnya 64,1 juta unit diharapkan menjadi katub pengaman, sebagai buffer (penyangga) perekonomian Indonesia,” jelas Hanung. Sejauh ini jumlah UMKM yang lebih dari 64 juta unit usaha hanya bisa memberikan kontribusi terhadap ekspor sebesar 14,37% dibandingkan dengan Usaha besar yang berjumlah 5.550 unit usaha, berkontribusi terhadap ekspor sebesar 85,63%.

Hanung menegaskan menjadi hal yang sangat penting dengan pemasaran, sebab UMKM masa depan ini harus bisa merespon pasar, dengan memiliki kecakapan di bidang teknologi, mempunyai value creation, menjadi usaha yang market driven, mengenal pasar dan perubahan-perubahan serta inovatif, agar produk yang diciptakan bisa menjawab kebutuhan pasar.
“Dari pengalaman, UMKM yang eksis dan survival adalah yang terhubung dengan ekosistem digital, dengan memanfaatkan platform e-commerce, marketpalace. Sudah saatnya UMKM bertransformasi ke digital. Penetrasi digitalisasi, bagi UMKM akan mendapatkan margin lebih dan memangkas mata rantai penjualan,” papar Hanung.

Hanung menambahkan Pogram pelatihan dengan beberapa materi, kurikulum, bahan ajar telah disiapkan untuk memenuhi kebutuhan UKM, terutama UKM yang akan melakukan ekspor, sehingga dapat meningkatkan ilmu, baik tatakelola usaha, pencatatan keuangan, pemasaran, business plan dan pengurusan dokumen ekspor.

Hanung berpesan agar pelatihan ini dapat menjadi ajang untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan serta memotivasi UMKM untuk tetap survival dan naik kelas.
”Saya berharap pelatihan Ekspor akan menambah jumlah eksportir-eksportir baru khususnya di Provinsi Jawa Barat,” pungkasnya.(Jef)