Terdampak Pandemi Covid-19, Operator Transportasi Darat Rugi Rp 15,9 Triliun/Bulan

Jakarta:(Globalnews.id)- Operator transportasi darat seperti bus dan truk pengangkut logistik mengalami tekanan cukup berat sebagai dampak pandemi Covid -19 di sektor transportasi.

Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Budi Setiyadi, mengungkapkan catatan jumlah produksi berbagai jenis armada baik itu angkutan orang maupun angkutan barang.

“Penumpang juga kita kategorikan ada yang antar kota, antar provinsi kemudian pariwisata dan sebagainya. Pada saat sebelum adanya covid-19 memang cukup tinggi sekali. Namun demikian setelah mendekati bulan Mei sudah mulai turun,” ujar Budi Setiyadi dalam Webinar yang diselenggarakan Badan Litbang Perhubungan (Balitbanghub), Jumat (18/9/2020).

Dari jumlah penurunan tersebut, ia mengkaji angka kerugian bersama Organda. Hasil kajian sementara ini menunjukkan angka kasar yang relatif tinggi.

“Kerugian yang diakibatkan karena ada penurunan terhadap produksi penumpang dan juga kendaraan yang melayani dalam 1 bulan itu kehilangannya untuk AKAP saja bisa mencapai Rp 1,6 triliun,” katanya.

Dari bahan paparannya, secara keseluruhan angka kehilangan pendapatan per bulan mencapai Rp 15,9 triliun. Jumlah itu terbagi dalam angkutan penumpang sebesar Rp 8,4 triliun dan angkutan logistik senilai Rp 7,4 triliun.

Hal ini menunjukkan bahwa adanya tekanan terhadap para operator. Sejalan dengan itu, dia juga menganalisa perubahan traffic ketika sebelum, selama, dan sesudah penerapan PSBB di DKI Jakarta.

“Itu kita lihat memang grafik awalnya baik untuk pergerakan produksi kendaraannya, kemudian produksi juga penumpangnya, itu mengalami penurunan drastis dan pada titik akhirnya pada bulan Mei itu memang sangat di bawah sekali,” katanya.

“Dan kemudian setelah kemarin ada mungkin pelonggaran PSBB ada kenaikan. Namun demikian, saya baru saja komunikasi dengan beberapa operator saat PSBB yang di Jakarta kemarin diberlakukan pada hari Senin masyarakat kaget, 3 hari turun,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa terdapat tantangan yang harus dikerjakan Kemenhub. Dikatakan, saat sebelum ada pandemi, para operator sudah cukup memberikan pelayanan yang baik pada masyarakat.

“Tetapi setelah pandemi, mengalami penurunan atau katakan kerugian. Yang dipertanyakan lagi kita adalah bagaimana kita tetap mempertahankan operator itu bisa tetap eksis sampai dengan nanti pandemi bisa selesai. Dengan demikian mungkin pemerintah hadir untuk diskusi dengan para operator untuk memberikan semacam relaksasi bagi masyarakat, bagi operator ini untuk bisa nanti operator ini bisa melayani saat pandemi bisa selesai,” urainya.

Kajian Ekosistem Bisnis Transppetasi

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan (Balitbanghub) Umiyatun Hayati Triastuti  menjelaskan bahwa pihaknya memang melakukan kajian untuk mencari solusi bagi ekosistem bisnis transportasi di tengah tekanan pandemi.

Terdapat sejumlah klaster kajian, di antaranya klaster pertama yakni evaluasi kebijakan terkait kebiasaan bertransportasi di pandemi Covid-19 “Klaster dua apakah benar transportasi menyebabkan penyebaran Covid-19 atau tidak,” tuturnya.

Ketiga adalah terkait ketahanan dan adaptasi selama masa pandemi covid-19 dan sejauh mana resiliensi untuk menjawab keberlanjutan transportasi umum. “Kami menerima masukan untuk mempertajam kajian dan penelitian di masa mendatang,” kata Umiyatun.(jef)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.